9

2 0 0
                                    

#Cinta_Datang_Terlambat 9

Haris POV

Aku tidak bisa menghubungi Diana. Dia hanya mengirim pesan untuk menemuinya besok, dia masih lelah. Hari ini dia ingin sendiri dulu.
Akhirnya aku langsung pulang dan bertanya pada Mirna, apa tujuannya datang kali ini. Awalnya dia tidak mau mengungkapkan masalahnya dan berusaha mengalihkan pembicaraan. Namun setelah kupaksa akhirnya dia jujur padaku bahwa dia hamil oleh mantan pacarnya.

Astaga. Aku heran dengan kelakuannya yang semakin liar. Dulu dia gadis baik-baik ketika bersamaku. Aku pun selalu menghormatinya. Lalu kenapa bisa sampai seperti ini. Dan lagi katanya mantan pacarnya tidak mau mengakui anaknya. Dia menuduh Mirna berhubungan dengan orang lain.

Ayahnya Mirna belum mengetahui berita ini, baru ibunya yang tahu. Mirna bilang ayahnya punya penyakit jantung, dia takut ayahnya tiba-tiba terkena serangan kalau dia menyampaikan berita kehamilannya. Dan sekarang dia meminta tolong padaku untuk menikahinya.

Sudah gila. Mungkin jika aku masih mencintainya, aku bersedia saja menjadi ayah dari anaknya. Tapi saat ini hatiku sudah dimiliki oleh Diana. Hanya Diana yang terbayang olehku untuk menjadi ibu dari anak-anakku kelak.

Ada setitik rasa kasihan di hatiku melihat dia bersujud di kakiku memohon bantuanku. Untuk sementara kutitipkan dia di rumah sahabatku yang perempuan. Aku tidak mau mengundang fitnah dari warga jika membiarkan perempuan bukan mahramku menginap di rumah.

-----------------------------------

Diana POV

Mas Haris hari ini menjemputku pagi-pagi sekali. Dia izin libur ke proyek katanya. Dia mengajakku ke Tawangmangu. Wajahnya terlihat menyimpan beban pikiran, tapi dia berusaha menutupinya. Aku juga berpura-pura tidak mengetahui kalau Mirna saat ini ada bersamanya. Aku ingin egois sekali ini saja. Biarkan dia bersamaku.

Aku agak kesal sedari tadi karena merasa salah bawa sendal. Aku menggunakan wedges cukup tinggi dari Jakarta. Akhirnya kucopot wedgesku, Mas Haris menawarkan diri membawakan wedges dan tasku agar aku bisa menjaga keseimbanganku sendiri ketika berjalan.

Meski sama sekali tidak ada kontak fisik diantara kami. Tapi aku bisa merasakan ketulusan kasih sayangnya. Dan manisnya dia ikut berjongkok menungguku dan menyemangatiku ketika aku kelelahan menaiki anak tangga selepas bermain di air terjun. Sesekali dia mengusiliku dengan melempar kacang di dekatku agar kera-kera mendekatiku. Padahal dia tau aku takut binatang berbulu. Gemas sekali ingin mencubitnya, tapi aku ingat kalau belum halal, hehe.

Pulang dari Tawangmangu kami mengunjungi Candi Cetho.
Dia mengambil gambarku di setiap spot yang bagus. Tak jarang aku lihat dia mencuri foto candid ketika aku sedang menoleh padanya. Tuhan, rasanya aku ingin membekukan waktu. Aku tidak mau beranjak dari momen ini.

Dari Candi Cetho kami berkeliling mencicipi kuliner Solo. Sampai aku puas makan berat, baru kami menutup wisata kuliner kali ini dengan mampir di Srabi Notosuman. Perutku sampai begah dan tidak mampu lagi menampung potongan surabi terakhir.
Kami berdiam diri hanya saling melempar senyum , kami sudah tak sanggup banyak bicara karena kekenyangan.

Tiba-tiba ada telepon masuk untuk Mas Haris dan dia terdengar sangat panik. Dia segera membayar makanan kami dan tanpa sadar menarik tanganku untuk segera mengikutinya ke mobil. Dia membawa mobil dengan kecepatan penuh. Aku tidak berani bertanya-tanya.

Mobil Mas Haris ternyata masuk ke parkiran rumah sakit. Aku bertanya-tanya untuk apa kami kesini. Turun dari mobil dia kembali menggenggam tanganku dan menarikku untuk segera ikut bersamanya ke IGD.  Karena tidak boleh banyak orang di dalam IGD akhirnya dia memintaku menunggu di depan IGD bersama temannya.

Temannya yang bernama Anita menceritakan padaku, Mirna yang ternyata dititip menginap di rumahnya melakukan percobaan bunuh diri dengan mengiris tangannya siang tadi. Kami terlalu asyik jalan-jalan sampai Mas Haris tidak mengecek ponselnya sama sekali. Aku juga benar-benar lupa dengan keberadaan Mirna meski kemarin sudah bertemu dengannya.

Dokter sedang melakukan tindakan di dalam. Aku heran dengan tindakan bodoh Mirna, apa hanya karena cintanya kepada Mas Haris dia sampai nekat seperti itu.

Aku menunggu kira-kira dua jam sampai Mas Haris keluar ruangan. Aku ngeri melihat bajunya yang terkena darah Mirna. Saat kami duduk bersisian. Tiba-tiba aku lihat seorang ibu paruh baya datang, sepertinya ibunya Mirna. Beliau menangis dan menanyakan kondisi Mirna pada Mas Haris. Mas Haris mempersilahkan ibunya Mirna untuk langsung masuk dan melihat kondisi anaknya.

Tak lama, ibunya Mirna kembali keluar dan tiba-tiba berlutut di hadapan Mas Haris. Situasi ini semakin membuatku bingung.
Sampai kemudian ibunya Mirna bilang pada Mas Haris, "Tolong nikahi Mirna, Ris. Tolong selamatkan anak dan calon cucu ibu".

Bersambung

Shock banget ga sih kalo jadi Diana? Hiks. Mas Haris kudu piye? Cintanya padahal udah buat Diana.

Cinta Datang TerlambatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang