6

6 1 0
                                    

#Cinta_Datang_Terlambat 6

Tahukah kalian siapa yang tiba-tiba duduk di sampingku tadi saat aku nonton? Ah, rasanya masih tidak percaya. Itu Pak Ferdy, dosen muda yang dikenal galak di fakultasku. Terlambat 2 menit saja harus buat paper dan diceramahi selesai perkuliahan.

Selesai nonton, aku buru-buru kabur dengan alasan mau ke toilet. Tapi yang tak kusangka, ternyata dia menungguku di depan toilet. 😑

"Eh bapak, kirain udah pulang duluan", sapaku sambil cengengesan.

"Kan nungguin kamu", jawabnya sambil tersenyum

Allahu Akbar. Mimpi apa aku semalam. Kok bisa-bisanya dosen killer ku ini jadi super ramah.

"Emangnya ada apa ya pak? Kok nungguin saya?".

"Mau ngajak kamu makan sekalian anter kamu pulang".

"Duh ga usah repot-repot pak. Lagi off ngajar gini nganter saya ke kost-an nanti ga terasa liburnya"

Aku memang sengaja memilih kost ketimbang pulang pergi, agar tidak capek di perjalanan dan bisa lebih fokus belajar.

"Gapapa kok sekalian ada yang mau saya ambil di ruangan", jawab Pak Ferdy lagi.

Aku pura-pura mengecek whatsapp-ku.

"Waduh, baru inget pak, mama saya nyuruh pulang ke rumah hari ini, lagi ada perlu".

"Wah, bagus kalo gitu, kan rumah kita searah".

"Lhaa, bapak emang tau alamat rumah saya?".

"Tau dong", jawabnya sambil tersenyum misterius.

Idih, apa-apaan ini dosen, kok jadi centil begini. Jiwa pemaksanya tidak ketinggalan walaupun tampang dan sikapnya sedang dalam mode ramah.

Aku menghela napas pelan dan akhirnya mengiyakan tawarannya.
Dia memintaku untuk memanggilnya abang diluar perkuliahan. Aku diam saja tidak mengiyakan atau membantah. Mood ku masih jelek karena Mas Haris yang hingga saat ini belum ada kabar.

"Kamu kenapa sih? Sakit gigi?", tanya Pak Ferdy sembari memakan pizza-nya.

"Engga kok, emang kenapa pak?".

"Ya diem aja, makan juga keliatan ga selera".

Aku pura-pura tak mendengar dan melanjutkan makanku sambil melihat ke arah lain.

"Lagi patah hati ya? Cerita dong sama abang".

"Meni geuleuh bapak ih, biasanya juga saya sering kena marah di kelas, ini mesti panggil abang, disuruh curhat pula", semburku akhirnya karena sudah gatal ingin mempertanyakan keanehan sikapnya.

"Abang baru 25 lho Diana, di kelas ga protes dipanggil bapak karna jaim aja. Kalo sama kamu diluar kampus mah abang malu dipanggil bapak. Ntar disangka sugar daddy nya kamu lagi, hehe", jawab Pak Ferdy makin centil.

"Serah deh pak, saya udah kenyang. Mau pulang sekarang. Saya pesen taksi online aja ya".

"Eh jangan dong, abang juga udah kenyang kok. Tunggu sebentar ya abang bayar dulu. Awas kalo kabur".

Aku akhirnya tetap menunggunya karena sudah malas mendebat.

Sepanjang jalan kubiarkan dia mengoceh sendirian. Dia meminta nomor hapeku sebelum aku turun dari mobilnya. Dengan berat hati kusebutkan nomorku. Dia bahkan langsung missed call demi memastikan nomor yang kuberikan memang benar aktif. Huh, dasar dosen aneh.

------------------------------

Keesokannya Mas Haris baru menelponku dan meminta maaf karena terpaksa meninggalkanku sendirian. Dia panik takut terjadi sesuatu pada Mirna ketika tahu Mirna diturunkan di pinggir jalan tol. Hatiku rasa diremas kuat ketika mendengar kata-katanya.

Kenapa sih dia harus begitu jujur. Apa dia tidak paham kalau aku menyimpan perasaan lebih padanya. Aku ingin menyerah dan berpaling, tapi hati kecilku masih tak rela melepasnya.

Mas Haris mengabarkanku bahwa dia memutuskan untuk lanjut kerja bersama dosennya untuk menambah pengalaman. Dan dia ditempatkan di Solo. Dia akan berangkat tiga hari dari sekarang.

-----------------------------------

Aku memutuskan untuk menuju Stasiun Gambir, menemui Mas Haris sebelum keberangkatannya. Apa aku kualat karena begitu yakin tidak akan menjadi bucinnya Mas Haris. Nyatanya sikapku makin kesini menyatakan sebaliknya.

Aku hanya sempat mengobrol dengannya satu jam sebelum keretanya berangkat. Dia berpesan untuk aku jalan-jalan ke Solo kalau ingin liburan. Dia berjanji akan menjadi tour guide ku lagi.

Entah tawarannya serius atau sekedar basa basi. Nyatanya kata-kata terakhirnya tadi membuat degup jantungku semakin tak terkendali melihat senyum dan tatapan matanya yang teduh.

Ah, perhatianku ke Mas Haris sampai membuatku lupa bahwa Pak Ferdy sekarang ini gencar mendekatiku. Cenderung halus sih pendekatannya kalau di kampus. Tapi sejujurnya meski dia tidak kalah tampan, hatiku tidak merasakan debaran apapun setiap di dekatnya atau membaca chatnya.

Bersambung

Hayoo teman-teman galau ga kalo jadi Diana?

Kejar Mas Haris yang mirip Herjunot Ali, atau buka hati untuk Pak Ferdy yang 11-12 sama Evan Sanders?

Cinta Datang TerlambatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang