VIII : Sepetak Ruang

97 36 40
                                    

Hari itu waktu terasa cepat berlalu hingga silau sinar mentari digantikan oleh sinar rembulan yang tertutup awan gelap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari itu waktu terasa cepat berlalu hingga silau sinar mentari digantikan oleh sinar rembulan yang tertutup awan gelap.

Pintu kayu itu terbuka menebar aroma wangi yang lembut dari dalam kamar mandi. Dengan handuk yang melilit rambut panjangnya, Seanne melangkah mendekati nakas yang berada tepat disisi ranjang.

Diraihnya ponsel diatas nakas yang memperlihatkan beberapa notifikasi masuk, salah satunya adalah notifikasi yang dikirimkan lelaki bernama Elkhairo.

'Besok berangkat bareng gue.'

'kenapa harus?'

'Kalau mau rencana lo jalan, hal pertama harus nunjukin secara jelas kalau lo ada hubungan sama gue.'

'Emang mau lo mesra-mesraan di kantin? '

'Jemput gue, nanti gue kirim alamatnya.'

'Nice choice, see u soon kak.'

Seanne mematikan layar ponselnya, mendudukkan tubuhnya diatas ranjang.

Apa yang sebenarnya ia pikirkan hingga memiliki hubungan dengan lelaki yang lebih muda dibanding dirinya? Tidak— lebih tepatnya hubungan kontrak. Tetap saja itu gila. Bagaimana ia harus bersikap nantinya? Apakah pilihannya sudah tepat?

Entah mengapa, nasi telah menjadi bubur. Dirinya merasa khawatir dengan langkah yang diambilnya kali ini.

 Dirinya merasa khawatir dengan langkah yang diambilnya kali ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Sea, di depan teman mu?"

"Eh?" Seanne berjalan mendekati jendela, melihat di depan sana sebuah motor terhenti tepat di pekarangan rumah. "Iya kayaknya itu temen Sea, Ayah."

"Kayaknya itu bukan salah satu dari Caraka, Jenando dan nak Helga ya? Suruh mampir dulu sini."

Seanne dengan cepat memakai sepatunya dan melirik sang Ayah. "Mampirnya lain kali nggak apa 'kan yah? Sea ada piket pagi." Bohongnya.

NAWASENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang