"Masih pusing, Ndra?" lelaki itu mengangguk. "Makan dulu nih," ucap Bapak Sadewo.
Narendra mendudukkan dirinya kemudian mengambil mangkuk yang disodorkan oleh sang bapak. "Udah kena typhus, gak ada yang rawat lagi. Dasar jomlo kamu, Ndra," ucap bapak-bapak 57 tahun tersebut sambil terkikik.
Narendra mendengkus sebal mendengarnya. "Bapak ini loh, anaknya lagi sakit kok malah diejek," sahut Ibu Sasmita yang baru keluar dari toilet.
"Biar dia sadar kalo dia perlu pendamping hidup, Bu," ucapnya lagi.
"Bapak aja nikah umur 29," gumam Narendra disela-sela suapannya.
"Bapak kan sibuk kerja," kata Bapak Sadewo, ngeles.
"Narendra juga sibuk kerja, Pak," jawab Narendra.
Bapak Sadewo berdecak, sementara Ibu Sasmita terkikik melihat adu argumen anak dan suaminya itu. "Sssttt... Gak usah debat lagi," katanya kemudian menyodorkan rantang kepada suaminya.
"Ndra?"
"Iya?"
"Habis ini kamu cuti aja dulu. Ambil jatah liburanmu. Lagipula kamu itu kurang piknik," ucap Ibu Sasmita.
"Gak usah, Bu. Ntar kerjaan Narendra makin numpuk. Bukannya seneng ntar balik dari liburan Narendra malah tambah stress liat tumpukan berkas," ujarnya.
"Alah, alasan aja terus. Udahlah, ambil cuti aja. Ntar Bapak yang ngomong sama Pak Syarif," bujuk sang Bapak tak mau kalah.
"Kalian ini kenapa, sih? Yang ngerasain kan Narendra, kok kalian yang repot. Lagipula Narendra udah gede, Pak, Bu. Gak usah kalian minta juga kapan-kapan Narendra ambil cutinya,"
Bapak Sadewo dan Ibu Sasmita menghela nafas. "Pokoknya Bapak gak mau tau, ya. Kamu harus ambil cuti setelah keluar dari rumah sakit,"
"Pak, tapi..."
"Gak ada tapi-tapian. Selama ini kamu udah kerja terlalu keras sampai lupa piknik dan istirahat. Akhirnya jadi tumbang begini,"
"Udah, nak. Ikuti saja kata Bapakmu," mau tidak mau Narendra mengangguk meski dengan perasaan campur aduk.
[]
Bosan. Yap, hal itu lah yang kini dirasakan oleh Narendra. Sedari tadi ia hanya bisa menatap ruangan putih atau memainkan ponsel-itu pun hanya bertahan paling lama satu jam. Pria itu berulang kali menghela nafas dan berharap seseorang dapat menolongnya untuk keluar dari suasana ini.
Bapak Sadewo dan Ibu Sasmita sedang pulang ke rumah dan tidak kembali bahkan sampai detik ini. Narendra sebenarnya tidak masalah, ia terbiasa dengan kesendirian. Tetapi, please, izinkan Narendra memainkan ponsel untuk meredakan rasa bosannya itu.
Sepi bener astaga. Batinnya berucap.
Narendra akhirnya memilih bangkit dan berjalan ke arah jendela. Meskipun langkahnya terseret-seret seperti orang mabuk, namun Narendra tak pantang mundur. Ia duduk di sofa dan menikmati pemandangan kota dari lantai tiga rumah sakit ini.
"Permisi," pria itu menoleh dan mendapati seorang gadis cantik dengan pakaian SMA tengah membawa keranjang buah di tangannya sambil menyembulkan kepala.
Narendra mengernyit, ia sepertinya tidak asing dengan wajah itu namun Narendra sama sekali tidak mengenalnya. Gadis itu mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan kemudian ketika matanya bersitatap dengan Narendra, ia langsung terkejut dan menutup pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kulacino [Very Slow Update]
RomanceSeperti kulacino yang berarti bekas air di meja akibat gelas dingin, seperti itulah sosok gadis yang menyebut dirinya Saraswati Natalya bagi Narendra Pramana Yudha. Narendra selalu menganggap bahwa di dunia ini tidak ada yang namanya kebetulan. Semu...