- 04 -

6.2K 408 10
                                    

Mobil yang di kemudikan oleh Keynal memasuki pekarangan rumah milik Satrio Hakim dan memarkirkan nya di depan garasi.
Dengan gesit, pria itu turun dari sisi kemudi kemudian berjalan dengan sedikit cepat mengitari mobil untuk menuju sisi penumpang di mana Veranda berada tengah tertidur.

Ia meraih gadis itu dalam gendongan nya. Dengan enteng ia berjalan menuju rumah. Membalas hormat para penjaga dengan anggukan kepala. Ia berjalan masuk kedalam dengan seorang pengawal yang sigap membuka pintu untuk nya masuk.

"Key!" Panggilan itu menghentikan langkahnya yang hendak menuju anak tangga.
Dengan gerakkan sigap ia berdiri tegap menghadap sang jendral.

Satrio menghembuskan napas kasar ketika mencium aroma alkohol dari putrinya saat ia mendekat. Kemudian menatap pada Keynal.

"Dia mabuk?"

"Iya pak!" Jawab Keynal sigap dan lantang. Namun, masih terkontrol.

Satrio kembali menghela napas berat. Kepalanya menggeleng sendiri melihat kelakuan anaknya yang tidak sama sekali berubah.

"Kamu bawa dia ke kamar, setelah itu temui saya di ruang kerja " perintah beliau dengan nada lelah.

"Siap pak!" Ucapnya lagi. Ia menunduk sekali sebagai tanda hormat. Dan, Satrio langsung berlalu menuju ruang kerjanya. Sedangkan Keynal melanjutkan langkah nya menuju tangga dan menuju ke kamar Veranda.

Dengan hati-hati ia menempatkan Veranda di atas kasurnya. Membuka sepatu gadis itu, dan kemudian menarik selimut untuk nya. Namun, saat ia menarik diri tiba-tiba Ve memeluk lehernya. Keduanya mata gadis itu terbuka dengan sayu. Kemudian, tersenyum padanya.

"Kenapa kamu bawa aku kerumah? Seharusnya kamu membawa ku ke apartemen atau kerumah kamu " ujar Veranda menatap lekat pada pria itu.

"Maaf, aku -" ucapan Keynal terhenti karena jari telunjuk Ve menghentikan nya.
Gadis itu masih tersenyum memandanginya. Kemudian menarik leher itu agar semakin dekat.

"No-"
"Ve " sela Ve dengan cemberut ketika lagi-lagi pria itu menyebut dirinya Nona. "Kamu kekasih ku sekarang, jadi panggil aku Ve."

Keynal pun mengangguk, membuat Ve tersenyum lagi dan mengecup bibir Keynal sekali.

"Saya harus menemui Pak Satrio sekarang. Bisa tolong lepaskan ?" Ve sepertinya masih di bawah pengaruh alkohol. Tatapan mata gadis itu masih terlihat sayu. Seperti orang setengah sadar.

"Lima menit " pinta Ve dengan memohon.

Keynal menghela napas berat, kemudian menuruti ke inginan Veranda. Ia menunduk lebih dalam, mencium Veranda dengan lembut. Membuat gadis itu tersenyum dengan pada terpejam dalam ciuman mereka.

Veranda memeluk lehernya lebih erat, menbalas lumatan bibir Keynal di bibirnya. Jemarinya dengan sensual meremas rambut pendek Keynal. Memberinya sensasi yang beda. Ia bahkan menghisap lebih dalam bibir seksi pria itu. Sesekali Keynal menggigit bibirnya, dan kemudian mulai bermain lidah.
Sampai ia merasa sedikit kehabisan oksigen baru ia sedikit menarik diri. Napas mereka menjadi tersengal, dengan kening saling menyatu.

"Hah hah hah.. aku harus keluar sekarang" ujar Keynal dengan napas tersengal seperti habis berlari jauh.

Ve mengangguk, walau tidak rela ia harus membiarkan Keynal pergi sebelum Papa nya curiga karena pria itu terlalu lama di kamarnya. Tapi, ia senang begitu Keynal tersenyum dan memberi kecupan terkhir kening nya. Dan juga tidak lupa mengucapkan selamat tidur padanya sebelum keluar dari kamarnya.

***

Keynal berdiri di hadapan Satrio Hakim yang baru saja menutup telfon nya. Dan, kemudian pria paruh baya itu duduk di kursi kebesaran nya sambil membuka sebuah dokumen yang ia tidak tau apa itu.

Dia Anak JendralTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang