0.8 | Membimbingmu

2.3K 371 40
                                    

Haiii! Selamat membaca dan maaf jika terdapat typo(s) 🙏

Semoga kalian bisa suka, menikmati, dan ikut jatuh cinta dengan kak Arkan di cerita ini

Kalau kalian merasa suka dengan kak Arkan, bisa di tag atau diberi tahu temannya untuk baca dan ikut meramaikan cerita ini, hehe. Kalau ada kata-kata atau ada adegan yang kalian suka, kalian bisa share dan tag aku di instagram😊

Instagram : im.hyera

***

Adzan subuh membangunkan Arkan yang terlelap begitu nyenyak karena lelahnya acara kemarin. Meskipun hanya melakukan akad, tetap saja lelahnya terasa. Bagaimana ketika resepsi nanti?

Setelah nyawanya terkumpul, Arkan beranjak untuk turun dari kasur dan terkejut karena kakinya bukan menapak lantai, namun menginjak kaki Khaira.

"Astaghfirullah."

Untung saja gadis itu tidak terbangun, padahal Arkan yakin ia menginjaknya cukup keras. Pria itu tidak tahu jika istrinya jatuh dari kasur.

Errr ..., istrinya.

Arkan berusaha membiasakan predikat tersebut kini melekat pada sosok Khaira. Perlahan dia akan mengusahakan hatinya untuk menerima takdir yang telah Allah gariskan kepada keduanya.

Khaira bergerak tidak nyaman ketika Arkan mengangkat tubuh istrinya untuk berbaring di atas kasur. Tangannya berusaha menggapai selimut untuk memberikan kehangatan padanya, setelah sekian lama tidur di lantai yang dingin.

"Jatuh dari tempat tidur saja tidurmu masih nyenyak?" Arkan berdecak heran sembari merapikan anak rambut Khaira.

Kalau dilihat-lihat, saat tidur seperti ini wajah Khaira terlihat polos dan cantik. Berbeda jika ia melihat gadis itu tatkala beraktivitas.

"Argh, mikir apa sih aku ini," gumamnya dan segera meluruskan niat untuk kembali ke kamar mandi dan bergegas ke masjid menunaikan shalat subuh.

***

"Istrimu sudah kamu bangunin, kak?" tanya bundanya usai mencium punggung tangan sang ayah yang sama-sama baru kembali dari masjid.

Kepala pria itu menggeleng sebagai jawaban.

"Bangunin, gih. Imam yang baik itu yang bisa membuat istri serta keluarganya semakin dekat dengan Allah."

"Biar teteh aku yang bangunin aja, A'," ujar Kia tiba-tiba muncul masih terbalut mukena, namun segera disahut dengan penolakan oleh Arkan.

"Eh, Kia. Udah shalatnya, Sayang? Gimana? Bacaannya nggak begitu susah, kan?"

Arkan berdecak pelan mengetahui perhatian bundanya begitu cepat teralih. Dari yang ditangkapnya, keluarga Khaira memang bukan dari keluarga religius. Kia bahkan tadi baru diajarkan shalat.

Ah, apakah istrinya juga sama?

Ia bukannya menjudge, tetapi apakah selama ini berarti mereka begitu jauh untuk dekat dengan Tuhan?

"Kita nggak tau yang terjadi di masa lalu keluarganya. Yang terpenting, di masa depan kita bisa membantu untuk menjadikan kehidupannya lebih baik lagi dalam ridho Allah. Tuntun untuk sama-sama ke surgaNya. Segera bangunkan istrimu. Kalau ia tidak bisa, ajarkan dengan lembut, sabar, dan perlahan."

Senyum bijak sang ayah mengakhiri perkataan pelannya. Tidak ada lagi sosok beliau seperti saat menemukan ia dan Khaira dalam keadaan yang bisa dikatakan 'buruk' atau ketika perdebatan terakhir mereka. Arkan pikir, ayahnya masih merasa marah atau kecewa terhadapnya.

(Im)perfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang