0.9 | Kenapa Tidak dari Dulu?

3.5K 382 89
                                    

Haiii! Selamat membaca dan maaf jika terdapat typo(s) 🙏

Semoga kalian bisa suka, menikmati, dan ikut jatuh cinta dengan kak Arkan di cerita ini

Kalau kalian merasa suka dengan kak Arkan, bisa di tag atau diberi tahu temannya untuk baca dan ikut meramaikan cerita ini, hehe. Kalau ada kata-kata atau ada adegan yang kalian suka, kalian bisa share dan tag aku di instagram😊

Instagram : im.hyera

***

Khaira merasa bahwa keluarga suaminya begitu menerima ia dan keluarga dengan tangan terbuka . Walaupun sempat ada kesalahpahaman yang membuatnya sungkan pada Akmal atas pertemuan pertamanya dengan sang putra-kalau kejadian tersebut bisa dibilang sebagai pertemuan pertama mereka-.

Sebelumnya, ia tidak benar-benar merasa dirinya dan keluarga dihargai. Namun bersama dengan keluarga Arkan, mereka begitu peduli akan dirinya, terlebih pada Baba. Dan Khaira yakin, sikap mereka seperti itu pun bukan karena dirinya yang memiliki kekurangan fisik, tetapi memang tulus dari hati.

"Jangan melamun terus."

Suara Arkan menginterupsi dan membuat Khaira menoleh ke sumber suara. Ia mengangguk kecil lalu memakai ranselnya. Siap untuk ke kontrakan sang suami dan melanjutkan hidup berdua di sana.

"Saya sudah minta tolong dengan ayah bunda untuk mencarikan kontrakan terdekat dari kontrakan saya supaya keluargamu bisa tinggal dekat denganmu. Tapi kamu dengar sendiri, kan, kalau Baba menolak?"

Mendengar perkataan suaminya, membuat Khaira kembali teringat bagaimana ia menangis bahkan memohon pada Babanya untuk tinggal dengan mereka atau setidaknya dekat dengan mereka. Namun Baba menolak karena beliau merasa sungkan dan tidak ingin lebih banyak merepotkan keluarga Ardicandra dan menantunya. Bantuan dari Arkan berupa pengobatan, kursi roda, hingga tanggungan biaya kuliah untuk Kia bahkan sudah membuatnya tidak enak.

"Melamun itu nggak baik," ujar Arkan lalu menghidupkan mesin motornya untuk dipanaskan.

"Eh, iya, A'. Maaf."

Mereka berdua berpamitan dengan keluarga masing-masing dan berjanji akan kembali ke sini ketika Kia dan Baba kembali ke rumah mereka.

"Pegangan."

Khaira menurut dan memegang erat kedua sisi baju suaminya.

"Dipeluk."

"Hah?"

Karena tidak begitu jelas, Khaira memajukan kepalanya, bermaksud meminta sang suami untuk mengulang perkataannya.

"Kalau naik motor dengan saya, pegangannya itu dipeluk. Saya suami kamu bukan tukang ojek."

Malu-malu Khaira melingkarkan kedua tangannya dan menyenderkan kepala pada punggung kokoh yang terbalut kemeja hitam milik Arkan.

Arkan mungkin belum menyukai bahkan mencintainya. Tapi merasakan perhatian dan sikap pria itu padanya, tidak sulit bagi Khaira untuk jatuh cinta pada suaminya sendiri.

***

Mereka sampai di kontrakan Arkan dengan baju yang sedikit basah karena hujan tiba-tiba saja turun tepat saat motor Arkan masuk ke dalam area kontrakan.

"Kuncinya mana A'?" tanya Khaira.

Arkan merogoh kantong jaket hingga celananya, namun hasilnya nihil. Keberadaan kuncinya tidak ada pada pakaian yang dikenakannya.

(Im)perfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang