0.1 | Angan

4.5K 413 12
                                    

Haiii! Selamat membaca dan maaf jika terdapat typo(s) 🙏

Semoga kalian bisa suka, menikmati, dan ikut jatuh cinta dengan kak Arkan di cerita ini

Instagram : im.hyera

***

"Teteh yakin mau ke Jakarta?" tanya gadis berumur 16 tahun itu sembari menghampiri kakaknya yang sibuk memasukkan barang ke dalam ransel besar.

"Iya. Kamu jaga Baba di sini, ya. Uang untuk makan ambil aja di celengan yang kemarin Teteh kasih."

"Semoga Teh Ira dapet uang banyak di Jakarta."

Khaira tersenyum. "Aamiin. Nanti kalau Teteh udah punya banyak uang, Kia bisa masuk perguruan tinggi dan kesehatan Baba bisa kita cek di rumah sakit."

"Kia antar, Teh. Ba, adek mau antar Teteh dulu, ya."

Mereka berdua berpamitan pada pria tua yang sudah berumur kepala 5. Matanya sudah rabun, fisiknya begitu kurus, kakinya pun lumpuh. Kalau kata orang luar, Baba Khaira dan Kia sudah tinggal menunggu ajal saja. Namun mereka tidak mempedulikan banyak warga yang begitu membenci keluarganya.

"Hati-hati, Ira." Baba mengelus pipi Khaira, putri sulungnya. Walaupun sudah tidak bisa melihat begitu jelas, tapi Baba tahu betul bahwa Khaira yang paling dominan menuruni wajah cantik mendiang istrinya.

"Tongkatnya jangan lupa dibawa."

"Baik, Ba. Ira sayang Baba."

Usai berpamitan, kedua gadis berselisih umur 3 tahun itu pergi meninggalkan gubuk tua yang selama ini menjadi rumah mereka.

Khaira berjalan memakai tongkat alat bantu untuk tuna netra yang dulu diberikan secara cuma-cuma oleh seorang dermawan. Sementara Kia tetap membantu menuntun kakaknya berjalan.

Mereka sama-sama berharap di dalam hati. Semoga dengan mencari peruntungan di ibu kota, pintu rezeki akan terbuka luas untuk keluarganya.

***

Hidup di Jakarta dengan segala hiruk-pikuknya memang sulit bagi seorang tuna netra sepertinya. Apalagi ia yang tidak memiliki kenalan satu orang pun di ibu kota Indonesia ini, kecuali pemilik kontrakannya.

Begitu sampai di Jakarta beberapa bulan lalu, ia langsung mencari kontrakan terdekat. Berbekal dengan bertanya pada orang sekitar, dalam hitungan jam ia langsung dapat kontrakan.

Saat itu ia baru saja keluar dari terminal dengan seorang ibu yang berbaik hati mengantar dan menuntun jalannya. Tidak lama setelah ibu itu pamit pergi, Khaira segera bertanya pada orang-orang mengenai kontrakan kosong di dekat sana.

Cuaca yang terik dan lelahnya kaki karena terus bertanya meminta bantuan, ia pun memutuskan untuk istirahat sejenak. Saat itulah seseorang-yang mungkin sudah melihatnya sejak ia bertanya pada pedestrian yang lewat-menghampiri. Ia langsung menawarkannya kontrakan murah milik temannya.

"Khaira!" bentakan Ibu Ros, pemilik kontrakan sekaligus atasannya menggelegar. "Jangan banyak melamun saat bekerja! Ingat itu."

"Ba-baik, Bu."

Khaira menunduk dalam, menyadari kesalahannya. Ia tidak ingin bentakan Ibu Ros saat ini berujung pada pemecatan sekaligus ia yang harus angkat kaki dari kontrakannya.

Jangan sampai itu terjadi, Ira. Mau tinggal di mana kamu kalau beliau mengusirmu dari kontrakannya?

Ibu Ros begitu baik. Ia diberi keringanan hanya membayar kontrakan 3 bulan sekali dengan syarat wajib bekerja dengannya. Tentunya ia harus membalas kebaikan tersebut dengan giat bekerja. Meskipun pekerjaannya merupakan pekerjaan yang mungkin menggelikan.

Menjadi operator saat ada pelanggan yang memesan wanita untuk one night stand melalui telfon tempat kerjanya.

Rumah bordil.

Ya. Ia bekerja di sebuah rumah bordil yang memiliki banyak pelanggan tetap. Tidak ada alasan untuk menolak pekerjaan tersebut. Karena dengan kebutaannya, mau dapat pekerjaan di mana dia? Sedangkan pekerjaan saat ini sebagian besar memerlukan indra penglihatan dalam bekerja. Toh, ia hanya menerima telfon dari pelanggan yang memesan para PSK, bukan menjadi yang 'dipesan' oleh pelanggan.

Yang penting kamu dapat uang banyak untuk biaya kuliah Kia dan perawatan Baba, Ra.

Benar.

Ia ke Jakarta tujuannya untuk mencari pekerjaan yang uangnya bisa ia kumpulkan dalam waktu singkat demi kuliah Kia dan perawatan Baba. Kalau uangnya sudah terkumpul, ia janji akan mencari pekerjaan baik. Tentu yang sesuai dengan kemampuan dan tidak membutuhkan indra penglihatan dalam menyelesaikan pekerjaan. Namun pekerjan seperti itu pasti sulit dan tentunya gaji yang diterima tidak terlalu besar.

Seandainya aku tidak buta dan dapat menikah dengan orang dari kalangan ekonomi kelas sedang atau tinggi. Tentunya mencari uang untuk Baba, Kia, dan kehidupan sehari-hari tidak perlu serumit ini.

Khaira tersenyum getir. Entah kapan angannya itu akan berubah menjadi sebuah kenyataan.

***

Gimana bab awalnya? Semoga suka dan tetep stay dengan cerita ini, ya! 😊

Terima kasih bagi yang sudah mampir untuk baca, voment, dan kritik-sarannya. Jangan lupa jadikan al-qur'an sebagai bacaan utama. Laff

26 Juni 2018
Republish : 28 April 2019

(Im)perfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang