0.4 | Gadis di Tepi Jalan

2.8K 341 27
                                    

Haiii! Selamat membaca dan maaf jika terdapat typo(s) 🙏

Semoga kalian bisa suka, menikmati, dan ikut jatuh cinta dengan kak Arkan di cerita ini

Instagram : im.hyera

***

Seperti biasa pada weekend kafe Arkan tidak pernah sepi dari pengunjung. Kalau biasanya pukul 8 malam di weekday kafe sudah tutup, namun di weekend penutupan kafe mundur 3 jam, yaitu pukul 11 malam.

Arkan semakin menyibukkan diri dan melupakan sejenak perihal patah hati yang melanda. Laki-laki dewasa itu sama sekali tidak menoleh sedikit saja untuk melihat pengunjung yang rata-rata membawa pasangan di kafenya.

"Belum ada pesenan lagi, bos. Tapi lo masih betah aja di dapur," kata Jordi.

"Udah bos, cari aja cewek baru. Di luar banyak banget yang lebih baik daripada Freya itu," timpal Momo.

Tangan Arkan yang sedang meracik hot chocolate untuk dirinya berhenti. "Mulutnya gue sumpel pake lap dapur, mau?"

Mereka terkekeh.

"Ampun, bos. Galak bener sih, kayak cewek kalau lagi dateng tamu bulanan," celetuk Gatot, si penjaga kasir.

Seluruh pegawai kafe ataupun restoran Arkan memang tidak ada spesies makhluk berjenis kelamin perempuan. Itu karena ia juga ingin menambah lapangan kerja bagi para kepala keluarga yang pengangguran ataupun yang baru saja mencari pengalaman kerja.

Mereka semua—baik yang sudah tua dan menikah maupun yang masih muda—menganggapnya bagai teman sebaya. Tidak sungkan berkata gue-lo ataupun saling curhat masalah asmara. Namun di sisi lain juga tidak lupa posisi Arkan selaku bos sehingga mereka menghormatinya.

Dari pegawai yang masuk dititik nol ataupun yang sudah memiliki pengalaman. Dari yang dulunya kafe kecil hingga menjadi kafe besar dan berkembang pesat, pun sampai membuat restoran di beberapa mall. Arkan selalu turun tangan mengajari pegawainya dan menghandle kafe atau restoran walau usianya tergolong lebih muda dari mereka.

Meskipun terbilang usahanya cukup sukses, Arkan masih saja betah tinggal di kontrakan. Ia mengabaikan permintaan orangtuanya untuk tinggal di rumah atau diberikan apartemen.

"Eh iya, bos. Rencana buka cabang di Bandung jadi nggak? Kalau jadi gue mau ajuin diri ngurus kafe yang di sana. Soalnya cewek gue orang Bandung dan nggak enak juga ninggalin ayahnya yang sakit," jelas Jordi.

"Cewek? Sejak kapan lo punya cewek, Di? Emang laku?"

Jordi meninju pelan bahu Arkan. "Sialan lo, bos. Gini-gini juga gue punya tampang cakep yang dikagumi cewek, nggak cuman lo doang."

Arkan terkekeh. "Iya, jadi. Kita pakai jasa salah satu perusahaan arsitektur yang udah trusted hasilnya. Karena konsepnya kan nanti juga beda dari kafe gue yang lain," jawabnya.

***

Kafe sudah rapi seperti sedia kala. Piring maupun gelas pun sudah tercuci bersih dan terletak rapi di rak.

Satu per satu pegawai kafe pulang ke rumah masing-masing, tak terkecuali Jordi. Pria yang biasanya setia pulang berbarengan dengan Arkan harus segera menuju Bandung. Tak lupa sebelumnya ia meminta izin untuk cuti selama 2 hari pada bosnya itu.

Suasana yang sudah sepi seperti ini paling Arkan tidak sukai karena bayang otaknya tiba-tiba memutar masa lalu. Kejadian di mana Freya menolaknya terus menari di atas kepala membuat ia menghembuskan nafasnya kasar.

(Im)perfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang