0.6 | Keputusan

3.1K 375 46
                                    

Haiii! Selamat membaca dan maaf jika terdapat typo(s) 🙏

Semoga kalian bisa suka, menikmati, dan ikut jatuh cinta dengan kak Arkan di cerita ini

Kalau kalian merasa suka dengan kak Arkan, bisa di tag atau diberi tahu temannya untuk baca dan ikut meramaikan cerita ini, hehe.

Kalau ada kata-kata, quotes, atau ada adegan yang kalian suka, kalian bisa tag aku juga di instagram😊

Instagram : im.hyera

***

Arkan menyesali dirinya yang sudah menolong gadis itu kalau tahu akhirnya akan seperti ini.

Lagi pula, ia tidak mungkin tidur bersama dengan—siapa namanya tadi? Ah, Khaira—gadis yang bahkan untuk melihat dirinya saja tidak bisa. Tidak ada yang menarik dari seorang gadis buta. Gadis itu tidak memiliki mata indah seperti Freya yang mampu membuat pandangannya teralihkan.

Sial!

Kenapa ia jadi memikirkan Freya yang bahkan sudah jelas menolaknya hanya karena pekerjaan bercelemek?

Arkan rasa ia semakin tidak bisa fokus ketika dua keluarga yang sudah bertemu membahas mengenai pernikahan mereka yang akan dilaksanakan seminggu kemudian.

Diliriknya Khaira yang masih tertunduk memainkan ujung kemeja lusuhnya. Sementara adiknya yang terlihat manis itu terlihat seperti menenangkan kakaknya.

Selama keluarga Khaira tinggal di Jakarta usai kejadian kemarin, mereka bertiga difasilitasi untuk tidur di rumah Sarah yang sudah menjadi tempat belajar al-qur'an. Sesekali bundanya ikut menemani keluarga Khaira dan mengajarkan beberapa hal yang belum diketahui sang adik untuk membantu kakak dan babanya selama di sana.

"Arkan, coba tanya dong sama Khaira. 'Mau mahar apa', begitu?"

"Bunda saja yang tanya," jawab Arkan malas.

"Kok bunda, sih?"

"Yang ingin pernikahan ini terjadi bunda dan ayah, kan?"

"Arkan! Jaga lisanmu!" Akmal angkat bicara, menegur putranya yang sudah berkata tidak sopan di depan keluarga Khaira

Arkan mendengus pelan dan menatap Khaira lekat. "Mau mahar apa dari saya? Seperangkat alat shalat? Cincin?"

"Bo—boleh."

"Kalau begitu, sudah selesai kan pembahasannya?" Arkan bangkit berdiri. "Kakak harus ke café. Assalamu'alaikum."

***

"Itu muka apa baju yang abis dijemur? Lecek amat, bos," komen Momo begitu Arkan masuk ke dalam kafe.

Gatot dan Junet tertawa mendengarnya.

"Pagi-pagi itu kerja keras, Mo. Bukan cari bahan gosipan," jawab Arkan dan bergegas masuk ke dalam ruangannya.

"Ayay, captain!" layaknya anak kecil Momo membalas jawaban Arkan dan meneruskan kegiatan bersih-bersih sebelum kafe dibuka.

Laki-laki itu menghembuskan nafasnya kasar tatkala sudah masuk ruangan. Masih teringat dengan jelas wajah si Khaira yang kelak akan menjadi istrinya tertunduk sepanjang pertemuan keluarga. Berbeda jauh dengan adiknya yang terlihat lebih ceriwis mengetahui kakaknya dipersunting.

Sejauh yang Arkan lihat dan rasakan, anggota keluarga Khaira sangat baik dan sopan. Tapi entah kenapa, ia masih tetap kukuh pada penolakannya.

Bagaimana bisa ia menghabiskan hidup bersama gadis yang tidak ia kenal sama sekali?

(Im)perfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang