5

89 9 0
                                    

Disepanjang koridor sekolah, aku hanya berjalan cepat mengikuti tarikan Devan dengan mulutnya yang tak berhenti menyumpah serapah tentang kelakuanku di kelas tadi.

"Lu itu, ga seharusnya kek gitu! Masa lu suruh cewe ke gudang".
Ucap Devan yang jika ku hitung, ini sudah kali kelima ia mengucapkan hal yang serupa.

Bahkan, aku menghitung tiap helaan napas panjangnya!

"Gua ga nyuruh"
Ucapku dengan langkah semakin cepat mengikuti tarikan Devan.

'Lorong ini sangat ramai' pikirku melihat pasang mata yang intens memperhatikan ku dengan Devan. Yah,, seperti kata Devan,,

'Cogan mah auranya beda!'
Wahh sepertinya pikiranku mulai gila karena mengikuti kenarsisan Devan.

"Tolong bedain" Lanjutku acuh.

Devan yang tak terima dengan pembelaan ku kembali mengomel. Toh, aku tak benar-benar menyuruh perempuan itu buat pergi nyari Orion  ke gudang kan?

"Iya lu ga nyuruh, tapi nada lu. Dan harusnya lu tau kalo dia lagi serius. Dan lagi, semua yang berurusan sama tuh guru harus dapetin apa maunya."

"Harusnya lu ngerti! Dan seandainya kalo lu asal ngomong, emang ga ada tempat lain selain 'gudang'? Ya gua tau..."

'Gudang'

Ucapan Devan tiba-tiba perlahan memudar, kurasakan tarikannya di tanganku semakin kencang. Udara di sekitarku perlahan menusuk hingga ke tulang, dingin. Dan suara bising di sekitarku mendadak lenyap, hening.

'Tidak, tidak,,,'
Jeritku dalam hati, kilasan-kilasan itu tiba-tiba muncul secara buram.

'Gelap,, dingin,,'
Tanganku mulai kebas, kakiku melemas. Tubuhku mati rasa. Sialan.

'Leon.. Goldie..'
Pikiran sadarku bertarung dengan heningnya tempat ini, tidak, tidak.. Jangan!!

'Mama!!!'
"AKKHHHH!!!!"

Gelap.

Yang terakhir ku tahu adalah jeritan histeris perempuan yang saling tumpah tindih, dan raut muka Devan yang....

Menyesal?

.
.
.
-Line__

Line_: SicknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang