trial#2

147 10 0
                                    

Pertemuan tidak terduga tersebut membawa banyak perubahan dalam kehidupan Eli. Jules menjadi lebih manja kepada Damian, karena dia lebih sering membelanya saat bertengkar dengan Ian. Dan Ian, setidaknya dia memiliki teman bermain bola sekarang. Pemandangan indah sebetulnya.

Kemudian telepon rumah Eli berdering, membuatnya harus segera mencapai ke telepon terdekat yang berada di dapur.
"Halo?"
Tidak ada jawaban.
"Halo? Angelica disini... Ini siapa?"
Masih tidak ada jawaban. Eli pun meletakkan gagang telepon kembali ke tempatnya.

"Siapa menelepon?"
"Oh, hai Fero. Entahlah, aku sudah memanggilnya dua kali tanpa balas. Mungkin salah sambung."
"Dimana anak-anak?"
"Mereka sedang bermain di belakang."
"Jules?"
"Dia sedang bermain barbie nya."
"Bisakah kita bicara lagi, Angel?"
"Apa yang ingin kau bicarakan?"
"Aku ingin memasukkan Damian ke sekolah bagi anak usia dini, bagaimana menurutmu?"
"Itu bagus. Tapi mungkin kita harus mencobanya dulu."
"Great. Satu lagi, aku membawa form pendaftarannya tapi sayangnya disini hanya meminta untuk mencantumkan nama ibunya saja. Kuharap kau tidak keberatan."
.
.
.

Adrian baru saja menyelesaikan sesi wawancaranya dengan pihak majalah bisnis, sedikit menyinggung perihal rencananya untuk masuk dalam dunia politik. Well, Adrian pikir itu bagus, like killing 5 birds with one stone, jika pribahasanya tidak berubah.

Tyler sudah siap dengan segudang masalah yang akan ia laporkan pada Adrian sekarang. Melihat kondisi Adrian yang kelelahan, Tyler mengurungkan niatnya sejenak.
"Aku tahu jika ada masalah."
"Apakah wajahku sangat kentara?"
"Kau seperti buku yang terbuka. Katakan... Dan kuharap masalah itu penting."
"Ada pertemuan dengan client yang tidak bisa diwakilkan di Brazil."
"Kapan?"
"Akan ku atur waktunya setelah kau setuju."
"Memangnya aku punya opsi lain untuk menolak?"
"No."
"Bahkan setelah orang tua (Ayah Adrian) mendapatkan seluruh keinginannya, dia seolah tetap mengurungku dalam istananya."
"Aku janji, perjalanan ini akan menyenangkan."
"No much pleasure in my life."
"Except your fiance."

Jeda cukup panjang mewarnai keduanya.
"Well actually i have bad and good news."
"Then the worst first."
"Aku tidak sanggup untuk mengatakannya tapi sepertinya Ayahmu adalah orang yang terlibat dibalik hilangnya Eli."
"Kalau itu aku sudah tahu. Berita baiknya?"
"Eli ada di Brazil... Bersama anak-anaknya, kalau kau bersedia, aku akan serahkan rekaman teleponku beberapa jam lalu."

Adrian tak menanggapi apapun. Dia tahu semua akan sulit setelah kepergian Eli. Ayahnya memaksa agar dirinya tampil di hadapan publik untuk menarik perhatian dan mulai ikut berkecimpung dalam dunia politik. Bisnis itu dingin dan kejam, tapi politik itu kotor, sungguh tidak sesuai dengan tabiat Adrian. Well meskipun masa lalu Adrian tak sepenuhnya bersih.

Adrian harus pandai menyembunyikan Eli, sebelum akhirnya Senator Mc Cluskey mengendusnya. Tentu saja, Senator itu menyukai Adrian sebagai relasi dan menginginkan Adrian suatu hari nanti agar menjadi bagian dari keluarga kecilnya di Alabama. Dengan jaminan bahwa semua suara akan menjadi milik Adrian. Jika bukan karena Ayahnya, Adrian tak akan sudi melelangkan diri di dunia politik.

Adrian sedang berpikir untuk mendapatkan semua keuntungan tanpa harus berkorban lebih banyak dari sebelumnya. Empat tahun menggila karena kehilangan Eli, cukup membuatnya menjadi pemain yang keji sekaligus licin. Pion-pion catur adalah milik ayahnya, tapi meja permainan tetap dibawah kendali Adrian. Tapi akan ada waktunya untuk menutup permainan kotor ayahnya dan menyudahi Mc Cluskey yang serakah.

"Siapkan semuanya. Biarkan Elena dan ayahnya tahu bahwa aku ada pertemuan bisnis di Brazil."
"Kau berencana mengajak Elena kesana?"
"Tidak. Tapi jika dia memaksa, dia akan mendapatkan konsekuensinya."
"Kau akan membunuhnya disana?"
"Hatinya mungkin. Atau mungkin lebih jauh lagi. Dan satu lagi, cari tahu keberadaan Fero."
"Fero, mantan suami Ivanezca?"
"Iya. Mantan ipar Angelica."
"Sepertinya menarik. Karena aku dengar, sudah sejak 6 bulan lalu, dia mendapatkan penugasan disana."
"Siapa yang menandatangani suratnya?"
"Manager Human Capital, Jeremy Anderson."
"Another spy. Dia juga termasuk kaki tangan ayahku."
"Apa artinya kau akan perang secara terbuka?"
"Lihat saja nanti."
"Berhati-hatilah Adrian, putra-putrimu akan terlibat di dalamnya."
"Apakah mereka kembar?"
"Entahlah, tapi ada dua suara anak kecil."
--

Kediaman keluarga Senator tampak lengang seperti biasa. Putri bungsunya lahir bersama bintang timur yang akan terus bercahaya meski matahari ikut memerah. Elena sedang menata bunga yang sedang diletakkan dalan vas kristal dengan ukiran yang unik.
"Kau terlihat dewasa."
"Papa, selamat pagi. Apakah mau ku buatkan kopi?"
"Tentu. Papa sudah lama tidak menyesap kopi buatanmu."
"Kalau begitu, aku ke dapur dulu."

Nyonya rumah baru saja melintasi ruang depan menuju ke ruang tengah, mampir sebentar ke meja bundar besar yang terletak sebagai penyambut setelah pintu utama kediaman Mc Cluskey.
"Apakah kau sudah membaca berita pagi ini?"
"Kau bertanya, pasti ada suatu hal yang menarik kan?"
"Well, Adrian Gareth, menantu idaman mu, dia sedang menjadi sorotan publik atas aksinya menyantuni janda di negara bagian Washington."
"Itu bagus. Bukankah dia telah meraup suara dan perhatian begitu besar. Tugasnya kini adalah menjaga popularitasnya."
"Kapan pertunangan Elena dan Adrian akan diputuskan?"
"Tenang saja. Biarkan Elena menyempurnakan diri untuk menjadi istri dan menantu teladan di keluarga Gareth."
"Baiklah. Aku percaya padamu."

Pembicaraan berhenti saat Elena datang bersama nampan berisi teko kopi, krim, gula, dan beberapa cawan dengan lukisan abad pertengahan.
"Lihatlah putrimu, bukankah dia sudah pantas menjadi Ny. Adrian Gareth?"
"Mama... Jangan seperti itu."
"Apakah mama salah mengatakannya? Lagipula bukankah Adrian sangat... Hmm apa ya? Menarik atau diminati.. ya kan?" Elena hanya tersipu malu mendengarnya.

"Papa rasa, kopi yang enak adalah ketika diminum saat hangat."
"Oh papa, i am sorry." Elena segera menuangkan kopi dalam cawan, memasukkan satu blok gula dan setengah sendok krim cair. Kemudian Elena menyerahkan cawan tersebut kepada papanya untuk dinikmati.
"Apakah cukup enak?"
"Cukup. Teruslah belajar. Ku dengar Adrian menyukai espresso dan ice americano."
"Baik, papa."
"Bersiaplah, siang ini papa sudah mengundang Adrian untuk makan siang bersama."
"Benarkah?" Tanya Elena excited.
"Iya. Tunjukkan padanya bahwa kau layak menjadi istri seorang Senator masa depan dan Ny. Gareth."

Siang telah menjelang, sebuah mobil jeep rover terparkir sempurna di pelataran kediaman Mc Cluskey. Seluruh tim keamanan sudah hafal dan kenal dengan pemilik mobil tersebut. Dan menjadi kebiasaan bahwa pemilik kediaman pastinya telah mengundang pemilik mobil untuk bertandang.
"Apakah Senator di dalam?"
"Iya Mr. Gareth. Beliau sedang berada di taman samping."
"Apakah Senator masih bermain mini Golf?"
"Well, setelah hadiah dari Anda tiba disini, beliau menjadi sangat bersemangat berolahraga."
"Baguslah. Olah raga ringan sudah cukup baik untuk memelihara kesehatannya. Aku akan masuk."
"Tentu, silahkan Mr. Gareth."

Adrian tidak memasuki pintu utama, dia berjalan melewati teras di sepanjang tepian rumah. Memotong jalan di jalanan setapak yang terbuat dari pahatan kayu yang pastinya berusia lebih dari setengah abad, yang hanya bisa di dapatkan di hutan negara bagian sisi utara. Belum dia mencapai taman, Elena sudah menghampirinya dan bergelayut manja.
"Hai Adrian."
"Kau tidak ada acara dengan teman-temanmu?"
"Sudah kubatalkan."
"Mengapa?"
"Karena papa bilang kau akan menjadi tamu makan siang ini."
"Well, mungkin tidak selama itu."
"Sayang sekali, padahal aku sudah membuatkan makanan kesukaanmu."
"Apakah itu tepatnya?"
"Sup asparagus dengan daging kepiting."
"Apakah papa mu yang memberitahu?"
"Tidak juga. Aku mencarinya di google. Pastikan kau mencicipinya."
"Aku tidak janji tapi akan kuusahakan."
"Terima kasih." Elena pun mengecup pipi Adrian dan pergi meninggalkannya sendiri.

Adrian melanjutkan langkahnya menuju taman dan disambut dengan tatapan Senator Mc Cluskey.
"Apakah Elena menyusahkan mu?"
"No problem."
"Good. She is really excited when i told her that you will be our guest, having lunch together."
"Terima kasih. Tapi sejujurnya aku hanya datang untuk memberi tahu hal yang penting saja."
"Kita bicarakan sambil makan siang. Tidak keberatan kan?"
.
.
.

Tidak Terduga (The Red Line) - CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang