limited#1

188 10 1
                                    

Bahagia, itulah yang Adrian rasakan pagi ini. Dia dan Eli bercinta semalaman, sangat hebat. Adrian tidak mau ambil pusing darimana Elena mendapatkan sebotol obat perangsang dan menjadikannya sebagai senjata makan tuan akhirnya.

Adrian bangun dan senyuman masih terukir di mulutnya. Mulut yang sama, yang telah memberikan Eli kepuasan dan pelepasan semalaman. Setidaknya, kata benci yang Eli lontarkan hanyalah perasaan sesaat atau tipuan untuk menutupi rasa cintanya untuk Adrian. Adrian semakin yakin, bahwa hubungan ini akan terselamatkan dan berjalan menuju arah yang dia inginkan. Sekarang Adrian harus mandi, menengok, Julian dan Damian.

Entahlah, saat melihat sosok Damian yang begitu tergantung pada Eli membuat Adrian gusar sekaligus sedih. Bagaimanapun, Damian hanyalah anak kecil yang menginginkan sosok seorang ibu dalam hidupnya. Bukan salah Damian juga saat menganggap Eli sebagai ibunya, sekalipun sebetulnya semua itu adalah efek kemiripan genetika keduanya. Keberadaan Damian akan Adrian pertimbangkan, sekalipun Fero pastinya akan menjadikan Damian sebagai alasan untuk menahan Eli kembali ke samping Adrian.
.
.
.

Elena terbangun karena besutan sinar matahari yang menyiksa kedua matanya. Dia enggan meninggalkan ranjang nyamannya dan memutar tubuhnya untuk menghadap ke tengah ranjang. Dengan sengaja, Elena meletakkan tangannya di pusat kejantanan pria yang tertidur di sampingnya, mengelusnya perlahan hingga terbangun, memijat bola pelirnya bergantian, dari gerakan lembut hingga meremasnya.

"Engh..." Elena sontak kaget saat dirinya merasa tak mengenali suara tersebut. Dia pun menghentikan tangan nakalnya dan melihat sosok yang terlelap di sampingnya.

BLITZ

Kilatan kamera mengagetkan Elena.
"Adrian aku bisa jelaskan semuanya."
"Tenang saja, kau tidak perlu menjelaskan apapun."
"Tapi aku dijebak..."
"Siapa akan percaya dengan pengakuanmu? Tanganmu sedang meremas bola pelirnya dan kejantanannya masih berdiri dan tegang."
"Tapi sungguh, aku tidak tahu apa-apa."
"Tak apa, aku bisa maklum, ini adalah perjalanan pertamamu bersamaku. Tugasmu adalah diam, agar aku tidak berubah pikiran dan menyerahkan foto mesum ini kepada ayahmu. Sepakat?"
"Iya.

Adrian berjalan menuju pintu keluar sebelum akhirnya Elena menghentikannya.
"Apakah pertunangan kita batal?"
"Kita lihat saja nanti."
"Kau masih mencintai mantan tunanganmu?"
"Status kami, anak-anak kami, adalah sah. Jaga bicaramu setelah ini."
.
.
.
Eli terbelalak kaget mendapati dirinya yang telanjang bulat hanya dibalut dengan selimut katun yang lembut dan menyejukkan. Dari kamar, dia juga bisa mendengar deburan ombak pagi hari yang menyapu di sepanjang pesisir. Derap langkah tergesa-gesa membuyarkan lamunannya segera.
"Mama..."
"Damian."
Bocah itu langsung melompat ke atas ranjang, namun karena sulit jadi Adrian membantunya.
"Thanks uncle."
"Tentu boys." Damian pun memeluk Eli seolah merasakan kerinduan.
"Damian terbangun dan menangis, jadi aku memandikannya dan berjanji akan mengajaknya menemui mu."
"Thanks Adrian."
"Tentu, honey." Jawab Adrian sambil mencium puncak kepala Eli.
"Julian masih lelap, mungkin mereka kelelahan bermain. Aku akan bawakan sarapan untuk kita."
.
.
.

Dengan semua kekuasaan dan kekayaan, tentu saja Adrian membajak sepetak kitchen di hotel dimana ia tinggal. Dengan lihai ia memakai apron, mengaduk adonan hingga menyalakan kompor listrik. Dia bahkan menghangatkan piring yang akan digunakan, meletakkan tiap potongan waffle dan pancake di piring tersebut. Memberikan last touch untuk menyempurnakan tampilan plating tersebut, menyiapkan chamomile tea dalam sebuah teko, menyiapkan cream powder, gula block, dan beberapa potongan buah yang menjadi favorit Eli.

Sebagian dari mereka menatap tak percaya, bagaimana Adrian, sang senator muda, melakukan hal-hal manis untuk tunangannya. Food tray telah terisi penuh, dua orang butler juga membantunya menata sekaligus menyiapkan keperluan lainnya yang tak sempat Adrian siapkan.
"Jika semua pengunjung seperti Anda, maka kami akan kehilangan pekerjaan."
"Berjanjilah, kalian akan tetap disini saat aku akan menginap lagi kemari."
"Tentu, Mr. Gareth. Anything for you."
"Ayo, aku ingin melihat wajah keluarga kecilku."
"Please this way, Sir." Butler itu mempersilahkan agar Adrian berjalan mendahului, dia pun memberikan aba-aba agar salah seorang pelayan agar mengikuti mereka.
.
.
.
Fero terbangun dengan penyesalan hebat, dirinya pun tak habis pikir bagaimana bisa masuk dalam jebakan Adrian. Tapi dia pun juga tidak bisa membuktikan bahwa dalang dibalik tingkah lakunya yang tak senonoh semalam adalah pria itu.

Masalah terbesar adalah ketika Fero dalam keadaan setengah sadar, sedang menikmati persetubuhan dengan wanita yang kali pertama ia temui. Hebatnya lagi adalah, Fero sadar bahwa Eli juga berada disana, menyaksikan tindakan tidak senonoh yang bodohnya adalah Fero tidak mampu menguasai dirinya sendiri. Kini Fero sudah blank, selimut yang kusut, bau keringat dan sperma dimana-mana, juga...ah percikan darah yang tak lebih dari 3 sendok makan membuktikan banyak hal yang tidak seharusnya terjadi malam itu.

Fero masih mengumpulkan nyawa, saat akhirnya dia menyadari bahwa Eli dan Damian belum terlihat sama sekali. Dia menjadi gusar dan segera membersihkan diri di kamar mandi.
.
.
.
Elena sekarang bingung sekali, rencananya gagal total, Adrian justru semakin dekat dengan mantan tunangannya. Sedangkan dirinya terjebak dengan Fero, seorang pria yang begitu menginginkan Eli.
Ah, sial...pikirnya.

Sekarang, dia sedang berusaha bagaimana menghadapi amukan ayahnya. Atau sebisa mungkin dia harus berhadapan dengan Adrian sebelum ayahnya menjadi jantungan dan mati di tempat.
.
.
.
Adrian keluar dari elevator yang menghubungkan antara kitchen dengan lantai yang ditinggalinya. Penjaganya masih lengkap, bahkan sudah selesai membersihkan diri. Tapi kenapa firasat Adrian menjadi tidak enak, maka dia pun berlari menuju kamarnya, KOSONG!!!

Adrian berpindah ke ruangan dimana Julian dan Damian berada.
"Dimana mereka?" Adrian berteriak dan mengundang seluruh anak buahnya masuk.
"Dimana anak-anak?"
Seluruh anak buahnya terdiam.
"Cari mereka! Jika kalian tak menemukan mereka, kalian semua akan kugantung."
.
.
.

Tidak Terduga (The Red Line) - CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang