trial#3

135 9 0
                                    

Senator memang tidak mengaminkan perkataan Adrian bahwa dirinya datang hanya untuk mengatakan kepentingannya saja, tapi orang tua yang satu ini benar-benar bermulut manis dan lidahnya bercabang. Adrian mengingatkan dirinya sendiri agar tidak menjadi sepertinya di masa mendatang. Jika Adrian tahu bahwa makan siang adalah jamuan makan lengkap satu set hingga dessert dihidangkan, mungkin dia akan bersikeras menolak. Jangankan menolak, Adrian justru terpaksa mengiyakan permintaan Senator Mc Cluskey untuk membawa serta putrinya, Elena.

Tentu saja, sore itu juga, Elena mengemasi pakaian yang dibutuhkan. Dengan dalih agar Elena belajar menjadi asisten yang handal. Karena memang Elena adalah lulusan sekolah sekretaris di Hamburg, Jerman. Well, setidaknya Adrian tidak akan kebosanan selama di Brazil tanpa pendamping.

Sejujurnya, Adrian menangkap maksud dari arti kata 'tidak kebosanan' yang dimaksud Senator dan istrinya. Bodoh memang, tapi nampaknya sepasang suami istri itu benar-benar menjajakan putrinya untuk dinikmati secara sukarela oleh Adrian. Bukankah Adrian hanya mengikuti saran yang baik dari orang tua?

And here they are. Adrian sedang meyakinkan Elena, bahwa sepanjang perjalanan mereka tidak akan menjadi membosankan. Adrian bukanlah penggemar sex keras, tapi jika dipaksa, maka dia pun tak akan keberatan. Lagipula, bukankah dosa sudah menolak rezeki yang ada di depan mata?

Elena belajar menyenangkan Adrian selama di pesawat. Awalnya dia sendiri yang memberikan Adrian minuman dan kudapan. Dan lihatlah dia sekarang, Elena terduduk secara tidak pantas diatas sofa panjang yang terletak di salah satu sisi badan pesawat. Kedua kakinya saling berjauhan, memperlihatkan pakaian dalamnya yang sepasang. Matanya telah Adrian tutup menggunakan kain napkins yang tersedia di meja, kedua tangannya terikat ke belakang dengan dasi Adrian.

Adrian menurunkan celana dalamnya perlahan hingga sebatas mata kaki. Dia mengambil sebongkah batu es dan menempatkannya di mulut kewanitaan Elena yang sudah bergairah.
"Aahh... Adrian... Dingin." Jawab Elena saat jemari Adrian menekankan batu es tersebut untuk masuk ke dalam kewanitaan Elena lebih jauh.
"Katakan Elena, apakah kau bosan dengan permainanku?"
"Hmm.. no.. aku senang dengan sentuhan mu. Touch me more Adrian." Jawab Elena dengan nadanya yang mengiba. Adrian meletakkan beberapa bongkah batu es ke dalam bra Elena, membiarkan disana agar putingnya menegang. Kemudian meremasnya beberapa kali dari luar.

"Apakah kau belum pernah berpacaran sebelumnya Elena?"
"Belum. Kenapa?"
"Good. Artinya ini adalah pengalaman pertama bagimu."
"Kau yang pertama, Adrian."
Tapi kau bukan yang ku mau Elena, batin Adrian.

Beberapa kali Elena mendesah karena puting dan vaginanya merasakan sensasi dingin sekaligus nikmat yang panas bersamaan. Adrian memampangkan payudara Elena tanpa melepaskan pengaitnya, memainkannya dan menghindari putingnya.
"Aahh,, Adrian, berhenti mempermainkan ku."
"What do you want, Elena?"
"Sentuh putingku." Adrian pun menyentuhnya tanpa melakukan apapun.
"Seperti ini?"
"Oh,, Adrian... Lakukan sesukamu. Hisap putingku, please." Bukannya menghisap, Adrian justru hanya memainkannya. Mencubitnya, menariknya, dan meremasnya sedikit keras.
"Ahh..." Lagi lagi Elena mendesah.

Adrian membuka penutup mata Elena dan menunjukkan bagaimana caranya seorang pria memperlakukan wanita semurah Elena. Adrian menjilati seluruh bagian payudara Elena, kecuali bagian putingnya.
"Ah... Lakukan dengan benar."
"Memohon lah Elena.. belajar lah memohon padaku."
"Hisap putingku please..."
"Laters baby. Now, feel this..." Jemari Adrian mengobrak abrik sisi sensitif Elena dan menekan habis-habisan clitorisnya. Membuat Elena bukan hanya menggelinjang, dia pun orgasme di tempat.
"Just come for me. Jangan ditahan."
"Aahhh.... Aaah... Aah... Aaaaahhh... Adrian... Ahhh...." Nafasnya kian pendek dan Adrian pun menambah kecepatan jari-jarinya. Kemudian Adrian membersihkan tangannya dengan tissue terdekat.

Adrian duduk dan menyuruh Elena agar menungging dengan posisi lututnya di karpet lantai. Adrian sungguh mempermalukan Elena dengan membuka rok mininya.
"Kau menyukai jariku Elena?" Tanya Adrian saat jarinya menari dari sisi belakang menuju kewanitaan Elena, membelainya dan menusuknya tiba-tiba.
"Adrian... Teruss... Ini nikmat... Aahh.."
"Apakah ayahmu juga menyuruhmu seperti ini?"
"Papa bilang agar aku membuatmu senang."
"Really?"
"Anything for you, Adrian." Tak lama, Elena pun kembali orgasme.

Belum tuntas dari orgasmenya, Elena merasakan Adrian menempelkan sesuatu di antara mulut kewanitaannya dan menekan lebih dalam. Kemudian Adrian menaikkan celana dalam Elena, agar vibrator berbentuk kapsul kecil itu tidak terjatuh.

Elena duduk dengan posisi menyembah di hadapan Adrian, sejajar dengan lutut dan kemaluannya.
"Akan ku tunjukkan milikku. Tapi dengan satu syarat."
"Apa itu?"
"Puaskan dia dengan mulutmu. Kau bisa?"
"Iya, aku bisa."
"Kau bahkan belum melihatnya."

Jantung Elena terasa dipompa saat Adrian membuka celana dalamnya di hadapan Elena dan memperlihatkan keperkasaannya. Inilah kali pertama baginya melihat penis laki-laki dengan mata terbuka.
"Kita lihat apakah kau sanggup memuaskannya."
Adrian pun menuntun ujung penisnya untuk masuk ke dalam mulut Elena. Di dalam bayangannya, dia berfantasi bahwa Eli yang sedang berada di posisi itu, sedang bergairah dan pasrah untuk memuaskan Adrian kapanpun pria itu ingin. Sayangnya Adrian sadar, dia tidak akan merendahkan Eli seperti dirinya merendahkan Elena sekarang. Tapi biarlah, bukankah berkhayal sudah menjadi keahlian Adrian selama 4 tahun terakhir saat dirinya menyenangkan penisnya sendiri bersama bayangan Eli.

Baru satu menit Elena belajar dan menjelajahi tekstur penis Adrian, Adrian pun mengambil remote yang berada di sakunya untuk menyalakan vibrator yang sudah siap dibawah sana. Elena bergerak gelisah selaras dengan getaran pada vibratornya, Adrian dengan santai melakukan take video saat Elena mengulum penisnya dan memasang wajah gelisahnya karena belum diizinkan untuk orgasme terlebih dahulu oleh Adrian.
"Kita akan lihat apakah kau sudah melakukan tugasmu dengan baik sebagai pendamping perjalananku."

Nyatanya bahkan sudah hampir 15 menit, masih sulit bagi Adrian untuk orgasme, menegang pun tidak. Karena memang bukan Eli yang ada dihadapannya. Adrian pun menyudahi aksi tak senonoh ini dan mengirimkan videonya pada Tyler dengan caption : Harga putri Senator, lebih murah daripada jalang tepian jalan.

Setelah Elena orgasme dengan hebat beberapa kali, tentunya setelah di videokan Adrian, akhirnya Elena pun terbebas dari penyiksaan dan Adrian menyuruhnya untuk membersihkan diri. Selagi Elena membersihkan diri, Adrian tetap setia bersolo ria dengan memandangi foto-foto Eli di ponsel canggihnya.
Ah, gadisku yang manis, hanya dia yang sanggup menjerumuskan ku dalam lembah kenikmatan. Batin Adrian.

Setelahnya, Elena datang dan meminta maaf bahwa service nya mungkin kurang memuaskan.
"Maafkan aku Adrian."
"Untuk?"
"Aku tahu, aku masih perlu belajar memuaskan mu. Aku akan berusaha agar kau tidak lari dariku. Oleh karenya..."
"Kau memang masih baru. Tidak apa."
"Benarkah? Kau tidak marah? Kau tidak akan menyewa jalang diluar kan?"
Kau sudah mirip jalang, batin Adrian.

"Untuk apa marah? Belajarlah memuaskan ku di ranjang, kecuali jika kau ingin aku mengalamatkan pinangan ku untuk gadis lainnya."
"Aku akan berusaha sebaik mungkin. Terima kasih. Selamat malam Adrian." Elena pun mengecup pipi Adrian.
"Ehmm... Apakah dulu tunangan mu juga hebat di ranjang?"
"Kau mengenalnya dari internet juga?"
"Ya, namanya Angelica. Dia cantik."
"Yes. Dia sangat hebat. Bahkan hanya dengan tatapannya saja, penisku bisa berdiri sempurna. Jika dia berjalan mendekat, penisku langsung terasa berat dan berurat."
"Apakah dia juga bercinta denganmu di pesawat?"
"Apa yang kita lakukan hari ini bukanlah bercinta Elena. Kita hanya making out. Dengannya, aku lebih sering bercinta di atas ranjang. Kepuasannya lebih maksimal dan tahan lama."
"Aku akan lebih baik darinya.. aku janji."
"Beristirahatlah."
"Kau tidak mau tidur denganku?"
"Belum saatnya Elena. Nanti, saat kau sudah mahir dan mampu membuatku ketagihan."
Elena pun pergi dan tidur di kamar yang telah disediakan.

Eli bahkan jauh lebih polos darimu Elena. Tapi justru dia tampak lebih menarik dan menantang, bukannya murahan layaknya jalang.

Tidak Terduga (The Red Line) - CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang