Cross#1

171 9 0
                                    

Tubuh nya penuh rasa sakit akibat bekas keunguan, ditambah lagi kedua kakinya tak mampu digerakkan. Rupanya ada yang menahan posisi tubuh Eli agar tak pergi, siapa lagi? Adrian tentunya.

Disaat seperti ini, wajah Adrian yang begitu damai sungguh membuat Eli terenyuh dan tersentuh. Bagaimanapun juga, pria berwajah damai inilah yang telah merebut mahkota wanitanya. Tak henti-hentinya memberikan rangsangan dan cumbuan, salah Eli sendiri kenapa dia juga terbuai. Kini dalam hati justru Eli yang balik bertanya, benarkah ada cinta diantara mereka? Atau hanya sekedar nafsu belaka?

Kini pikiran buruk mulai merajai, berasumsi sudah jadi makanan sehari-hari. Tapi semalam, kewaspadaan Eli menurun drastis. Tidak ada lagi pembeda antara dirinya atau Inez, mereka berdua sama-sama telah melepaskan keperawanannya bahkan sebelum lonceng pernikahan berbunyi. Jika hal yang terburuk terjadi, akankah ayahnya akan menerimanya kembali? Atau akan memaksanya untuk menerima pinangan Adrian? Masalahnya, Eli tengah meragukan perasaan Adrian sekarang.
--

Beberapa minggu berlalu, Eli merahasiakan banyak hal dari Adrian. Sesuai dengan perjanjiannya dengan Mr. Gareth, semua ini tak akan lama. Lagipula, Eli yakin setelah kepergiannya, Adrian akan pulih dan sanggup memilih wanita lainnya. Bukankah sebelumnya, Adrian juga telah sering ditemani para wanita jalang? Jadi bukan hal sulit bagi Adrian untuk berlalu dari bayangan Eli. Video itu adalah buktinya, serta segudang bukti fisik lainnya.

"Kau memikirkan sesuatu?" Tanya Adrian sambil memeluk Eli dari belakang.
"Tidak ada. Aku baik-baik saja."
"Kau... Tidak berencana pergi kan?"
"Tentu, aku akan pergi ke kantor."
"Aku justru ingin mengajakmu berlibur."
"Nanti saja."
"Apakah setelah menikah, kita bisa honeymoon?"
"Mungkin. Kau ingin kemana?"
"Ada sebuah pondok kayu yang biasa digunakan untuk perburuan di perbatasan Amerika-Kanada."
"Baiklah, kita akan kesana."
"Aku ingin membuat anak tanpa diganggu."

Oh, Adrian. Tidak bisakah kau merasakan dia telah hadir sekarang? Batin Eli.
"Kau berubah, sweety."
"Apa?"
"Kau lebih... Berisi. Dan juga pinggulmu lebih besar. Apakah kau tidak ingin ke dokter?"
"Aku baik-baik saja. Ok?"
"As you wish, madame."

Hari itu setelah beberapa jam beraktivitas di kantor, Eli menyiapkan beberapa tumpukan berkas yang harus Adrian tangani sendiri. Menyiapkan menu makan siang, karena pastinya dia akan stay di dalam hingga malam. Kemudian Eli mengatakan bahwa dia perlu membawa sopir untuk mengambil pesanan kantor. Sejujurnya hal itu hanya alasan klasik, agar sopir memiliki pekerjaan. Untungya, sopir yang biasa mengantarkan mereka sudah siap di mobil untuk mengantarkan Eli.
"Mr. Gareth mengatakan Anda ingin mengambil pesanan Miss."
"Ya, ini resinya. Bolehkah anda mengambilnya sendiri?"
"Tentu. Saya yakin pekerjaan anda sangat banyak."
"Ya, aku harus kembali ke kantor."
"Baiklah Miss. Saya berangkat sekarang."

Setelah sopir diatasi, kini giliran Eli masuk ke dalam ruang loker pegawai. Dia mengambil sneaker yang biasa ia gunakan apabila sedang lelah menggunakan heels. Sepatu telah diganti, dia memastikan ponselnya untuk disimpan dalam kantung plastik.

Setelah meninggalkan gedung kantor, Eli membuang ponsel tersebut ke dalam saluran kota dan masuk ke dalam taxi yang baru saja melintas.
Selamat tinggal Adrian, semoga kau bahagia dengan kehidupanmu.
--

Tidak Terduga (The Red Line) - CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang