4. Dikejar

4.2K 221 12
                                    

Sesampainya Alina dan Lula di barak, ternyata barak sudah ramai dengan anggota medis dan juga para anggota tentara. "Oke semuanya dengarkan saya, karena saya tidak akan berbicara dua kali" jelas tentara bernama Rivaldy "team jurnalis jadwal hari ini ikut dalam kendaraan 224 dan tiga anggota medis" sahut Rivaldy dengan lantang dan tegas.
"Anggota yang ikut tugas dalam kendara 224, kapten Dhuha, sersan Andy, dan letnan Haris" jelas Rivaldy "mohon yang sudah dibagi nomor kendaraan agar segera berangkat" Lula langsung menarik tangan Alin "Lin tar liputnya sebentar aja ya, gue pegel megang kameranya" ujar Lula, Alina tersenyum remeh "gimana gue dong, kan lo asisten gue" jawab Alina sombong.
     Jurnalis dan tim medis pun di arahkan ke sebuah truck ber-nomor 224. Alina naik terlebih dahulu dibantu oleh salah satu tentara dan disusul dengan yang lainnya. Semua tentara yang bertugas di kendaraan 224 pun naik diakhiri dengan sang kapten. "Semua siap?" Tanya sang kapten "siap" jawab tentara yang lain dan truck pun melaju.
Belom ada 30 menit truck melaju, truck tiba tiba rem mendadak yang menyebabkan semua orang dibelajangnya terhuyung ke depan "lapor, ada yang menghentikan jalan" suara dari HT sang kapten terdengar, semua panik terutama Alina yang persis mendengar suara HT tersebut. Alina menatap sang kapten begitu juga kapten yang menatap Alina. "Sarsan, tolong cek siapa yang menghentikan jalur kita dan apa tujuannya" perintah sang kapten tanpa melepaskan pandangan nya dari Alina.
Sarsan pun turun dan mengecek siapa sebenarnya yang menghentikan jalur patroli mereka disusul letnan dibelakangnya. "Kapten! Suku janjaweed menghentikan kita dan mereka membawa benda tajam" lapor sarsan lewat HT "baik semuanya tetap diam didalam truck sampai semua nya membaik dan jangan ada satu pun yang keluar dari truck ini mengerti?" Ucap sang kapten dan yang lain mengangguk.
Lalu sang kapten pun menuruni truck dan menghampiri kericuhan "hetoaveibeanchea anak now tinih?" Ucap kepala suku, kapten mun maju kedepan untuk menangani amarah sang kepala suku "yeung saumtosa nih kuchea karngear robsa keung. Kar banhcheatinh pi thnakleu robsa yeung" raut wajah sang kepala suku langsung menggeram marah saat sang kapten berkata demikian.
"Yeung min trauvkar chomnuoy robsa anak te! Yeung ach daohsray banhhea daoyokhluoneng ban!" Teriak sang kepala suku disusul dukungan para anggota suku yang lain dan tanpa diduga suku janjaweed itu menodongkan senjata tajamnya kepada para tentara "kirim bantuan koordinat 224" bisik letnan Haris pada HT yang ada di bahunya dan ternyata tindakannya itu diketahui anggota suku janjaweed "e! Tae anak kampoung niyeay ampi avey?!" Bentak orang suku tersebut yang mau tidak mau, kapten, letnan, dan sarsan menodonhkan senjata apinya.
"Anak ku kmean brayoch now tinih!!!" Teriak sang kepala suku dan serentak yang lain mendukung sambil menyuarakan Hu! Hu! Hu! Dan tanpa diduga, seorang perempuan keluar dari truck "meul! Mean kmengosrei mneak!" Anggota suku langsung menunjuk perempuan itu refleks kapten pun menoleh kebelakang. Matanya terbelalak melihat salah satu anggota jurnalisnya turun dari truck dan dengan muka tegangnya perempuan itu hanya diam dipinggir truck melihat kejadian aneh didepannya!
"Cepat minta bantuan dan segera pergi amankan tim medis dan tim jurnalis yang lain!" Teriak kapten Dhuha lalu berlari menarik tangan Alina jauh dari sana. Para suku janjaweed pun ricuh namun berpas-pasan mobil bantuan datang. "Apa kita akan mati?" Tanya Alina yang masih berlari ditarik sang kapten "tentu saja jika kamu terus bertanya dengan hal-hal bodoh" jawab sang kapten lalu memasuki sebuah gedung rumah sakit yang sudah lama tidak terpakai.
"Chenh borsa anak!" Alina melotot kaget saat mengetahui ada dua anggota suku yang mengejarnya sampai kesini "mereka ada disini" bisik Alina pada Dhuha yang sepertinya sedang memikirkan bagaimana cara mereka bebas "saya tau mereka ada disini bodoh" jawab sarkas dari Dhuha, Alina menggigit bibir bawahnya, keringat nya mengalir dari dahi serta tangannya yang dingin "kalau kamu tadi tidak nekat turun dari truck kita tidak akan seperti ini" marah sang kapten Dhuha membuat Alina menunduk.
Srak! Seseorang ada yang menyibak tirai satu persatu dari ujung dan semakin mendekat kearah mereka. Sekarang mereka sedang bersembunyi diantara kasur yang sudah rusak dengan beberapa tirai yang bolong "mereka menghampiri kita" bisik Alina, Dhuha menarik nafas lalu memperhatikan langkah kaki yang semakin mendekat. Langkah kaki itu semakin mendekat lalu BRAK! Dhuha menendang besi ranjang bekas itu dan salah satu anggota suku tersebut mundur akibat terdorong oleh kerangka ranjang.
"Ayo lari!" Dhuha menarik tangan Alina dan keluar dari ruangan tersebut namun sayangnya dibelakang masih ada suku janjaweed tersebut "kom rt tow chhngay!" Teriak suku janjaweed yang tersisa satu itu "lari terus dan jangan lihat kebelakang, mobil bantuan sudah didepan" ujar Dhuha dan Alina menurutinya. Dirinya terus berlari bersama Dhuha tanpa menoleh kebelakang sedikit pun hingga mereka menemukan mobil bantuan dihalaman rumah sakit itu.
"Cepat masuk, sepertinya malam ini akan ada perselisihan" sahut Dhuha saat menaiki mobil tersebut.

=====
Akhirnya yaaa update:")
Dikebut ini tadi:) jadi maaf kalo gak ngerti sama ceritanya..

Bahasa yang digunakan sama suku janjaweed itu bahasa khmer kalau di translate ga ketemu boleh tanya di comment ya!!

K A P T E N Dhuha Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang