13. Fitnah!

1.9K 142 9
                                    

On Pict Letnan Arga
———————————————

     Dhuha membawa Alina ke bukit didekat sana, Alina yang sudah mulai terengah-engah karena tidak biasa jalan jauh dan menanjak, tapi Dhuha sama sekali tidak mempedulikan keadaannya. Dirinya hanya jalan terus menjauh tanpa menunggu Alina. "Sumpah, gue nyesel ikut kesini ya allah" keluh Alina yang kesekian kalinya. Akhirnya Alina sampai tepat dibelakang Dhuha, Alina sibuk mengatur nafas tapi pernyataan Dhuha membuat Alina bingung.
     "Kamu gak usah katain Keisha yang ngga-ngga. Gak perlu juga kamu jelek-jelekin dia" Alina menatap Dhuha aneh "maksudnya gimana ya?" Tanya Alina, Dhuha tersenyum "kamu gak usah sembunyi dibalik hijab kamu itu. Kalau hati kamu busuk, akan tercium juga" ucapan Dhuha semakin membuat Alina bingung dan mulai kesal "maksudnya gimana ya? Aku serius gak paham disini" Alina masih berusaha sabar untuk saat ini.
      "Keisha memang masa lalu saya! Tapi kamu! Gak perlu bilang brengsek didepannya!" Dhuha membentak Alina sambil menunjuk-nunjuk dirinya "aku gak pernah ngatain Keisha sampai sebegitunya ya! Aku selalu rangkul dia! Dan aku juga gak peduli dia masa lalu kamu!" Balas Alina yang mulai terpancing emosi, Dhuha tersenyum meremehkan "saya tau kamu suka sama saya, tapi tolong jaga harga diri kamu!" Ucapan tajam kembali dilontarkan oleh Dhuha.
     "Saya aja gak tau ya kenapa anda tiba-tiba ngajak saya kesini dan berbicara seperti ini! Oke saya akan jaga harga diri saya tapi tolong jaga omongan anda dan pahami semuanya sebelum anda memaki-maki orang!" Kini Alina berbicara sambil menunjuk-nunjuk Dhuha, dirinya langsung berbalik badan dan jalan terburu buru menuruni bukit pasir itu "gak jelas banget! Gue gak tau apa-apa juga! Kasar banget sih omongannya" gerutu Alina sambil sibuk memperhatikan langkahnya dan memperhatikan sepatunya yang setiap ia melangkah terendam oleh pasir.
     Lula melihat kedatangan Alina dengan wajah yang kesal dan jalan yang terburu-buru. Lula pun langsung mengejar Alina "lo kenapa Lin?" Tanya Lula, Alina mengambil nafas yang dalam dan memejamkan mata "lo bener! Dia itu emang cewek uler Lul!" Sahut Alina, Lula menyerit "kapten bilang apa sama lo?" Alina menatap Lula "pokonya gue gak suka sama Keisha! Nyesel gue baikin tingkah dia kaya bocah SD baru kenal cinta tau gak!" Gerutu Alina.
      "Tunggu-tunggu, ini gimana sih gue ga ngerti Alina" Alina menghela nafas "intinya, gue di fitnah sama Keisha!" Lula yang mulai sedikit mengerti pun mengangguk-angguk "gila gue dibikin emosi banget!! Bisa-bisanya ya universitas lolosin dia buat jadi dokter!" Umpat Alina, Lula menahan tawa "iya kan dia paling jago cari muka Lin" Alina kembali menarik nafas yang dalam agar dirinya rileks "gue kalo emosi bawaannya pengen makan" Kini Lula melepas tawanya.
     "Kita ke gudang pangan deh!" Mereka pun jalan ke arah gudang pangan dan kebetulan ada beberapa tentara yang sedang merapikan dus-dus pangan dari Indonesia "kalian mau apa kesini?" Tanya seorang tentara yang mukanya kaku bukan main, yaitu sarsan David "kita mau cari cemilan" jawab Alina, David sedikit menyerit namun hampir tidak terlihat karena wajahnya yang super duper datar "kalian pikir ini rumah kalian?" Tanya David. Alina dan Lula menggeleng.
     "Kalo gak ada, gak apa-apa ko hehe maaf ya kita nyari yang gak ada disini" sahut Alina lagi sementara Lula udah memancarkan aura kejulidan dan siap-siap meledak ingin memarahi tentara datar itu "terima kasih.." Alina sedikit mengangguk lalu menarik Lula "tunggu!" David mengeluarkan sebungkus coklat chewy dari saku seragamnya "mungkin ini cukup" David menyodorkan coklat itu pada Alina, Lula langsung terbelalak menghilangkan aura kejulidannya yang akan keluar.
     Alina menerima coklat tersebut dan membungkuk "terima kasih! Aku gak nyangka kamu punya coklat kaya gini" sahut Alina, David mengangguk kecil "ya.. dan sekarang kalian sebaiknya pergi" ucapan David membuat Lula kesal lagi "itu orang kalo punya istri, istrinya serasa naik roller coaster kali ya. Perasaannya dibawa naik turun" gerutu Lula saat mereka sudah menjauh dari gudang pangan. "Iya lagian kita juga aneh masa tentara punya cemilan" Lula langsung melirik Alina.
     "Eh elo yang aneh, yang laper kan elo" Alina mendecak "yang ngajak ke gudang siapa?" Tanya Alin lalu Lula menunjuk dirinya sendiri "yaudah berarti sama nya lah" ucap Alina final "tapi Lin, gue masih penasaran cerita detail lo sama kapten tadi" ucap Lula dan akhirnya Alina menceritakan semuanya dari awal "ih! Sumpah! Kaya bocah banget si Dhuha!" Bentak Lula, Alina langsung membungkam mulut Lula karena takut ada yang mendengarnya.
     "Sst! Lo gak sopan banget langsung nyebut nama gitu!" Sahut Lula "ya abis gue kesel! Nih ya lo sama dia itu udah kepala 2 sama-sama udah lewatin masa remaja masa dia bisa ketipu sama omongan si uler!" Sebenarnya omelan Lula ada benarnya juga tapi Alina masih penasaran apa yang Keisha bicarakan dengan Dhuha. Perasaan Alina, ia tidak pernah memaki Keisha bahkan ia selalu menemani Keisha, menyapa, bahkan berbincang.
     "Pokonya gue gak setuju lo sama si Dhuha!" Lula berbicara sambil menunjuk Alina yang membuat Alin salfok dengan jari tangan Lula yang polos "cincin lo ilang Lul?" Tanya Alina, Lula pun langsung konek dan ingat kalo cincinya ia simpan disaku celana "i..iya ilang pas tadi" jawab Lula sambil gugup, Alina menatap Lula dengan tatapan selidik "lo kalo bohong awas ya! Gue beneran aduin Dito!" Ancam Alin, Lula sebenarnya sedikit takut tapi ia menutupi rasa takutnya.
     "Yee! Kaya yang kenal aja lo sama Dito!" Lula pun pergi meninggalkan Alina.

=========
Rencananya cerita ini gak bakal sampe 20 part kayanya sih karena i want make it simple aja gitu hehe

K A P T E N Dhuha Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang