Beberapa tahun kemudian.
Diana baru saja selesai memasak untuk sang suami, Danar yang kini sudah menjadi seorang Dokter muda, sedang menunggu sang istri, sambil asyik membaca. "Mami, udah selesai masak belum? Tanya Bagas, sambil menghampiri nya di Dapur.
"Udah Nak, baru saja selesai. Ucap Diana, sambil menuang masakan ke Wadah.
"Ayo Ma, aku dan Papi udah lapar nih. Lanjut Bagas, sambil memegang perut.
"Iya Nak, ayo kita makan lihat nih. Mami, sudah masak banyak.
"Iya Mih, ayo Papi sudah nunggu di Ruang makan.***
"Wah masak apa Istriku? Sambut Danar.
"Aku masak sup ayam.
"Wah, sup ayam kamu kan tiada tandingan nya.
"Bisa aja kamu, ya udah sekarang kita makan dulu ya. Abis ini Papi, dan Mami akan mengajak Bagas ke Taman.
"Taman Mih? Tanya Bagas girang.
"Iyaa...
"Asyik.... Bagas, udah lama mau ke Taman.
"Ya udah sekarang kita makan dulu ya. Ucap Danar sambil menyendok nasi.***
Di Taman, Bagas terus berlarian mengitari Taman. "Hati-hati Nak, nanti jatuh. Ucap Danar, mengingatkan sang anak yang masih berumur 9 tahun.
"Jangan lari-larian Nak, nanti jatuh. Timpal Diana.
Saat sedang asyik, Bagas bertemu seorang anak perempuan yang sebaya dengan nya. "Hai nama kamu siapa? Tanya Bagas.
"Aku Sindas.
Sindas mengulurkan tangan nya.
"Bagas.
"Main bareng yuk. Ajak Sindas.
"Ayo. Kata Bagas.***
"Sindas... Kamu main sama siapa Nak? Tanya seorang wanita muda.
"Hallo Tante, nama saya Bagas. Ucap Bagas mengulurkan tangan.
"Hai, nama Tante Olla. Ibunya Sindas. Balas Olla ramah.
"Sindas, kamu lagi apa? Tanya seorang lelaki muda berwajah oriental.
"Sama Bagas Yah.
"Hai Om, saya Bagas.
"Hai, saya Om Farish Ayahnya Sindas.
"Ibu, Ayah. Sindas, mau lanjut main dulu ya. Pamit Sindas.
"Iya sayang. Balas Olla lembut.***
"Bagas kemana? Tanya Diana.
"Tuh. Ucap Danar, sambil menunjuk sang anak, yang sedang menghampiri mereka.
"Mami, Papi kenalin temen baru Bagas.
"Hai Om, Tante. Nama saya Sindas. Sapa Sindas ramah.
"Hallo, kenalin saya Tante Diana.
"Saya Om Danar.
Tak lama kemudian, kedua orangtua Sindas datang. "Sindas, ayo pulang Nak. Ajak Farish.
"Iya Ayah sebentar. Ucap Sindas pada sang Ayah.
"Ya udah sebentar lagi pulang ya. Timpal Olla.
"DIANA? Sapa Farish.
"Farish??? Balas Diana.
"Kamu apa kabar? Tanya Farish, sambil berjabat tangan.
"Alhamdulillah.... Aku baik. Kamu apa kabar? Kenalin ini Danar, suamiku.
"Alhamdulillah.... Aku baik, and ini Olla istriku.
"Hallo I'm Olla.
"Diana.
"Hai bro, Gua Farish.
"Danar.
"Jadi gini Farish ini teman SMA aku, dia dulu murid baru di Kelas ku. Jelas Diana.
"Jadi Diana ini, dulu teman sekelas aku, pas di SMA. Sebelum pindah ke Singapura. Jelas Farish, pada Olla. "Oh iya ini anakmu? Tanya Farish.
"Iya, ini anakku. Dan ini, anakmu ya?
"Iya ini anakku yang pertama. Jelas Farish.
"Emang anakmu berapa? Tanya Danar.
"Tiga, adiknya Sindas meninggal enam bulan lalu, dan sekarang, Olla sedang mengandung. Jelas Farish.
"Congratulations, sekarang tidak terasa ya. Kita sudah menjadi orangtua, kayak baru kemarin pakai seragam putih abu-abu. Canda Diana.
"Iya hehe. Balas Farish.
"Oh iya sekarang kamu kerja apa? Tanya Farish.
"Aku kerja di rumah sebagai Penulis buku. Kalau kamu?
"Aku kerja sebagai Chef. And, kalau Elu gua gak perlu tanya hehe. Canda Farish.
"Emang tau profesi gua? Tanya Danar, namun dengan sedikit candaan.
"Dokter.
"Tau dari mana? Tanya Danar heran.
"Dulu waktu SMA, foto elu terpajang di Mading Sekolah. DANAR ANDRYANTO LULUSAN TERBAIK SMA ATMAJA, BERHASIL MERAIH BEASISWA KEDOKTERAN DI AUSTRALIA. Jelas, Farish.
"Ohhh gitu hehe. Ucap Danar terkekeh kecil.
"Duh, aku dulu sempat koma lama, jadi ketinggalan banyak berita ya. Ucap Olla sendu.
"Koma karena apa? Tanya Danar.
"Kanker otak. Jawab Olla.
"Tapi sekarang. Alhamdulillah.... Udah sembuh total. Lanjut Olla.
"Wahhh, sungguh keajaiban. Ucap, Danar dengan penuh kekaguman.***
Setelah dari Taman, mereka memutuskan makan di Restoran, yang berada tak jauh dari Taman. "Dulu, ini tempat favorite Gua, sama Diana pas masih pacaran. Jelas Danar, sambil memotong steak ayam.
"Iya, dulu hampir setiap bulan kesini. Jelas Diana.
"Oh ya? Tanya Farish.
"Yeah. Ucap Diie singkat.
"Dulu ini juga kan tempat kita Diie. Gumam Farish dalam hati.
"Iya Rish, aku tau dulu ini juga pernah jadi tempat kita. Ucap Diana dalam hati.
"Kamu kenapa? Tanya Danar.
"Nggak apa-apa kok, yuk kita lanjut makan aja. Ucap Diana, sambil menusuk steak.
Lalu mereka melanjutkan makan, hingga selesai.***
Malam ini terasa sunyi, tiada bulan maupun bintang. Namun, tidak bagi Danar, dan Diana. Mereka tampak asyik mengisi satu sama lain.
"Diie. Panggil Danar.
"Yeah.
"Can I something? Tanya Danar.
Diana tersenyum. "Tanya apa?
"Do You Love Farish?
"Dulu iya, tapi sekarang tidak. Itupun saat aku memiliki kamu, dan aku memutuskan untuk setia kepadamu, karena hatiku saat itu, aku masih mencintaimu.
"Really?
"Iya, aku bener kok.
"Terimakasih kamu udah jujur. Ucap, Danar kepada sang istri.
Lalu mereka pun, menatap langit, yang kini menampakkan ribuan bintang. Mereka tidak bisa berkata apapun selain bersyukur, karena kebahagiaan yang telah diberikan Tuhan.Cinta memang tidak harus memiliki, cinta itu rela melihat orang yang dicintai bahagia. Meskipun bukan bersama kita, karena hanya saling mencintai. Tanpa, bisa saling memiliki sudah lebih dari cukup.
Memiliki, belum tentu saling mencintai, begitupun sebaliknya. Tak saling memiliki, belum tentu tak saling mencintai.Lebih baik memiliki hati, meskipun tak memiliki raga. Daripada memiliki raga, tanpa bisa memiliki hati. Cukup dengan, saling mencintai, danenyayangi apa adanya.
TAMAT
KAMU SEDANG MEMBACA
MELEKAT DIJIWA
TienerfictieMengisahkan tentang Diana (16 tahun). Seorang gadis cantik, pintar, dan sederhana. Ia adalah gadis yang selalu ceria, dan memiliki kehidupan yang mendekati sempurna, untuk gadis seuisanya. Adik yang selalu kompak, Ibu yang selalu menyayangi apa ada...