7. Main

36 5 0
                                    

Tiati,

part ini lebih pendek dari part sebelumnya—–🙃

Happy reading, gaes!

Cirebon, 13 Agustus 2016

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cirebon, 13 Agustus 2016

Author point of view

Di sinilah Seftri berada, tepatnya di rumah Austin. Dengan muka betenya, ia duduk di sofa rumah Austin. Sebenarnya ia tidak mau ikut, tapi apa boleh buat? Teman-temannya memaksanya untuk bermain di rumah Austin. Katanya mah, mumpung besok hari Minggu jadi bolehlah balik sekolah main dulu kerumah Austin. Padahal itu hanya akal-akalan temannya saja, bukan itu alasan yang sebenarnya.

Mereka hanya ingin menumpang makan saja.

Itu alasan mereka sebenarnya. Mumpung pulang sekolah, duitnya habis, perut yang mendukung untuk menjalankan aksi mereka buat menumpang makan. Oke sip!

"Nih tante buatin es jeruk buat kalian semua," kata Fira, bundanya Austin. Yang membawa nampan berisikan delapan gelas es jeruk.

Fira menaruh nampan tersebut di atas meja yang berada di tengah-tengah sofa yang mengelilinginya.

"Bentar ya, martabak sayurnya belum mateng." Lanjut Fira lagi.

Seftri menatap jengah teman-temannya. Ia melihat mereka—kecuali Ferisha—sedang menunjukkan tatapan berbinar kearah es jeruk, ditambah lagi saat Fira ngasih tau kalau dirinya akan membuatkan mereka martabak sayur, bertambahlah tatapan berbinar mereka. Ini mah bukan tatapan binar kayak anak anjing lagi, melainkan seperti singa yang kelaparan.

"Bun, Lena bantuin ya bikinnya." Dari pada ia bete hanya duduk dan memperhatikan teman-temannya yang sedang kelaparan, lebih baik membantu Fira, Bunda Austin, yang ingin membuatkan mereka martabak sayur.

"Yuk, seneng deh bunda, akhirnya ada yang nemenin masak juga." Fira tersenyum kemudian merangkul bahu Seftri.

Seftri beserta Fira lantas pergi meninggalkan Austin, Wisnu, Haufan, Ferisha, Latasha dan Zeevara, menuju dapur. Sampainya Seftri di dapur, ia melihat kalau bahan-bahan untuk membuat martabak sayur sudah disiapkan di atas meja makan.

"Bun, aku bagian motong daun bawangnya ya?" Pinta Seftri.

"Iya, tapi hati-hati ya, pisaunya tajem." Kata bundanya Austin yang sedang mengambil kulit lumpia di dalam kulkas.

Seftri mengangguk, ia pun membawa satu plastik daun bawang untuk dicuci terlebih dahulu, kemudian kembali ke meja makan untuk memotongnya. Setelah beberapa lembar daun bawang yang sudah ia potong, matanya mendadak ingin mengeluarkan air mata, rasanya pedas.

"Aih, matanya pedes ya kena getahnya daun bawang? Duduk sini di deket pintu dapur, biar kena angin." Suruh Fira kepada Seftri.

"Iya, Bun." Seftri menurut, ia membawa baskom yang di dalamnya berisi daun bawang yang sudah terpotong, beserta papan pengirisan, pisau dan beberapa daun bawang yang belum di potong ke dekat pintu dapur.

Social Three (1.0)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang