Happy reading, gaes!
Warning!
Part ini sedikit panjang dari part sebelumnya, jadi kalian jangan sampai bosen ya ngebacanya. Tenkyu—💜
Cirebon, 29 September 2016
Author point of view
Suara dentingan sendok diatas piring terdengar dengan jelas dari arah meja makan di rumah Seftri. Seftri yang sudah siap untuk berangkat ke sekolahnya dan melakukan kegiatan camping pun terlihat begitu semangat hari ini. Pasalnya dari semalam dirinya selalu ribut terus-menerus mengenai camping.
Entah itu meributkan masalah tentang bagaimana serunya pada waktu camping, sampai bagaimana rasanya berada jauh dari jangkauan kakaknya yang begitu jahil.
Ya, kakak Seftri —Fuad— memang sangat jahil kepadanya. Sampai-sampai Seftri jadi nyesal sendiri memiliki kakak yang seperti itu.
Pernah waktu itu Seftri bisa-bisanya menanyakan kepada mamahnya begini;
"Mah, Abang terbuat dari apa sih? Jahil banget sama adiknya sendiri."
Tanyanya dengan begitu sinis sembari menatap kakaknya tajam. Dan kakaknya itu hanya menghiraukannya tanpa berniat untuk membalas apa yang diperbuat oleh Seftri kepadanya. Tumben.
Suasana meja makan yang tadinya hanya didominasi dengan suara dentingan sendok kini berubah menjadi hening. Karena orang-orang yang berada disitu semuanya sudah menyelesaikan menyantap makanannya masing-masing.
"Kamu keliatan semangat banget hari ini, Na? Ada apa?" Tanya Ayahnya yang heran melihat ada perubahan dari salah satu anaknya.
"Itu, yah, dia seneng karena hari ini berangkat camping." Jawab Sinta.
"Wah serius? Kok, ayah baru tau sih?" Tanya Ayahnya lagi.
Fuad maupun Seftri sama-sama menolehkan kepalanya kearah Arsyad, ayah mereka. Kaget tentunya saat mereka berdua mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut ayahnya tersebut.
Arsyad mengernyitkan dahinya. "Kenapa? Ada yang salah sama pertanyaan ayah tadi?" Tanya Ayahnya lagi.
Lagi-lagi Fuad dan Seftri secara bersamaan saling bertatapan. Dan seolah-olah tatapan mereka seperti sedang menanyakan sesuatu. Iya sesuatu, kenapa ayahnya bisa bertanya seenaknya barusan. Padahal tadi malam Seftri sudah ribut secara terus-menerus mengenai dirinya yang akan pergi camping.
KAMU SEDANG MEMBACA
Social Three (1.0)
Teen Fiction"Kami bukan murid berandalan, nakal, pemalas, dan lain-lain, tapi kami adalah murid yang memiliki kelebihan." ••• "Lo mau bantuin gue gak?" "Bantuin apa?" "Sini gue bisikin." Austin tanpa rasa curiga sedikit pun, ia mendekat kearah orang itu. Set...