13. Sandal swallow cokelat

50 4 0
                                    

Happy reading, gaes!

Cirebon, 11 September 2016

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cirebon, 11 September 2016

Author point of view

Hari Minggu adalah hari dimana semua orang bisa bermanja ria diatas tempat tidurnya. Namun, beda dengan Seftri dan kawan-kawan. Mereka harus pergi dan berkumpul membuat atau mengecat sebuah barang keperluan untuk camping nanti.

Tapi Seftri yang sudah memiliki sifat malas dan kebo dari orok, pun sampai sekarang belum bangun juga dari tidur nyenyaknya. Sampai-sampai membuat ponselnya berkedip terus-terusan.

Apakah ia tidak tahu? Kalau teman perempuan sekelasnya sudah menunggu dirinya sejak dari jam delapan pagi tadi? Dan sekarang jarum jam sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh pagi. Mereka sudah menunggu seorang Seftri selama satu jam setengah sendiri.

"Lena! Bangun, ih!" Perintah mamahnya sambil mengoyang-goyangkan tubuh Seftri yang masih setia meringkuk dibawah selimut.

"Apaan sih, mah?" Ceracau Seftri yang merasa terganggu.

Sinta yang selaku ibu kandung Seftri menggelengkan kepalanya pelan, "Katanya kamu mau ke rumah kakak kelas kamu?" Tanyanya.

"Ah, itu mah masih lama mah." Jawab Seftri seenaknya.

Sinta melotot, "Masih lama dari Hongkong! Ini udah hari Minggu, dan kamu bilang ke mamah kalo hari ini bakalan ke rumah kakak kelas kamu kemarin!" Habis sudah kesabarannya.

Seftri jadi terbangun karena kaget mendengar apa yang mamahnya katakan.

"Jam berapa sekarang mah?!" Tanya Seftri yang masih dalam keadaan kaget.

Mamahnya bersidekap dada sambil tersenyum miring, akhirnya anaknya itu terbangun juga.

"Jam setengah sepuluh."

Mata Seftri rasanya ingin keluar saja dari kelopaknya begitu mendengar jawaban dari mamahnya.

"Kenapa mamah gak bangunin aku dari tadi sih?!" Cetus Seftri yang sedikit menyalahkan mamahnya, lalu dia bangkit dari tempat tidur untuk pergi ke kamar mandi yang berada di luar kamarnya.

"Heh, enak aja nyalahin mamah kek gitu!" Sewot mamahnya yang masih setia bersidekap dada sambil melotot.

Seftri hanya mengacuhkannya saja dan ia lebih memilih melanjutkan perjalanannya menuju kamar mandi.

"Emangnya kamu gak denger mamah teriak-teriak bangunin kamu dari tadi?! Sampe mau bikin pita suara mamah kepotong tau gak." Mamahnya masih sewot kepadanya.

Seftri berhenti dan menggelengkan kepalanya saja seraya menunjukkan muka polosnya.

Sinta menghembuskan napas beratnya, susah emang kalau udah berurusan sama anaknya yang satu itu.

"Ya udah sana mandi! Semoga aja temen kamu belum selesai ngecat sendal swallownya." Suruh mamahnya.

"Iya,"

Social Three (1.0)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang