Happy reading, gaes!
Cirebon, 02 September 2016
Author point of view
Kelas Social Three hari ini terlihat begitu tenang, damai, dan sentosa. Dikarenakan pada pelajaran pertama, tepatnya adalah pelajaran matematika, Bu Reina yang selaku guru pengajarnya langsung memberi tahu mereka jika hari ini akan dilakukan ulangan harian. Sungguh sarapan yang paling mengenyangkan.
Mengingat Minggu depan mereka semua juga akan melaksanakan Penilaian Tengah Semester, jadinya Bu Reina punya inisiatif agar hari ini anak-anak Social Three melakukan Ulangan Harian, supaya ia bisa mengevaluasi murid-muridnya yang ada dikelas ini sampai dimana menguasai materi yang ia ajarkan sewaktu minggu-minggu kemarin.
Lihatlah situasi dikelas Social Three sekarang, ada beberapa murid yang sedang sibuk berkutat dengan soal yang diberikan guru cantik nan imut di depan sana. Ada juga yang hanya menatap kosong ke arah soalnya dan enggan menggerakkan tangannya sama sekali untuk mengerjakannya.
Dan ada pula salah satu anak yang sembunyi-sembunyi membuat Snapgram sambil mengarahkan ponselnya untuk memperlihatkan bagaimana ekspresi teman-temannya yang lain ketika sedang mengerjakan soal ulangan harian matematika.
Anak perempuan yang bername tag 'Safira Annisa' terkikik pelan dengan tangannya yang masih menggenggam erat ponsel miliknya. Ia adalah pelaku yang sembunyi-sembunyi membuat Snapgram dari gurunya.
Sungguh ajaib bukan kelakuannya?
Setelah selesai membuat Snapgram, ia kemudian menaruh ponselnya ke dalam kolong meja, dan mulai ingin mengerjakan soal ulangannya. Tapi baru beberapa detik ia ingin mengerjakannya, perutnya langsung mual, seolah melihat kertas itu seperti makanan yang tidak disukainya.
Safira menengok ke kanan dan kiri, depan dan belakang sambil menampakkan raut wajah meminta tolong. Parahnya lagi ia tidak diacuhkan sama sekali oleh semua temannya.
Bu Reina yang menyadari gerak-gerik salah satu muridnya, pun langsung mengarahkan pandangannya ke arah Safira. Dan menatapnya dengan tatapan sedikit menyelidik.
"Safira, kamu sedang apa tengok kanan, tengok kiri? Nyari bantuan ya?" Tanya Bu Reina dengan nada halus namun nyelekit.
Safira gelagapan sendiri dibuatnya. Ia terciduk oleh guru matematikanya. Untungnya Safira tidak sedang menerima jawaban dari temannya, tapi tetap saja ia melakukan pelanggaran terhadap aturan yang dibuat Bu Reina, yaitu dilarang tengak-tengok saat sedang ulangan harian atau pun yang berbau ulangan lainnya.
"Eung ... Ma—ap, Bu, tadi saya lagi nyari—–" jawabnya dengan gugup sambil menyari benda apa saja yang bisa membuatnya selamat dari tuduhan Bu Reina.
"Nah ini, saya nyari penghapus, Bu." Jawabnya lagi dengan sedikit keras. Si pemilik penghapus yang direbut oleh Safira langsung menatapnya dengan sinis, kesallah tentunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Social Three (1.0)
Roman pour Adolescents"Kami bukan murid berandalan, nakal, pemalas, dan lain-lain, tapi kami adalah murid yang memiliki kelebihan." ••• "Lo mau bantuin gue gak?" "Bantuin apa?" "Sini gue bisikin." Austin tanpa rasa curiga sedikit pun, ia mendekat kearah orang itu. Set...