08 : tentang masa lalu

111 15 2
                                    

Paham — Syahlas.

Paham,
Karena memang seperti ini takdirnya
Karena memang seperti ini alurnya
Karena memang seperti ini kesepakatannya

Dan jika Tuhan sudah berkehendak
Bahkan menentang pun aku tidak berhak

Jika dia di takdirkan kembali,
Dalam wujud apapun dia sekarang,
Maka akan aku terima dengan sangat baik
Dan memperlakukannya dengan hangat.

Devaro Prahadi.

Pandangan gue terpaku,
Mungkin 2 jam lebih gue duduk di bangku Restoran Dirgantara, pandangan gue tidak pernah lepas dari wajahnya.

Wajahnya yang cantik, penampilannya yang anggun, meski hanya memakai kemeja berwarna abu abu, tanpa memakai make up sedikit pun selain lipstik di bibir manisnya, ia akan tetap terlihat cantik dengan kesederhanaannya.

Sama dengan sosok yang gue tatap terakhir kali 1 bulan yang lalu, dengan wajah pucat dan bibirnya yang mulai membiru, tubuh nya yang mulai kurus, ia masih tetap cantik walau kondisinya sudah terbujur kaku.

Dalam kondisi apapun,
Dan sampai kapan pun,
Gue akan menilai wajah itu adalah wajah paling cantik yang pernah gue lihat seumur hidup gue selain wajah Mama dan juga Kak Dinara.

Sementara sosok yang tengah gue pandang saat ini tengah mendengarkan cerita Daniel dengan seksama.

Wajahnya yang terlihat sangat serius saat mendengarkan cerita itu, kembali mengingatkan gue dengan wajah seseorang yang akan terus menatap wajah gue disaat gue tengah mengerjakan tugas kuliah.

Dengan tatapan yang sama, sangat lekat, seakan akan tidak ingin memandang siapa pun jika dia sudah terlalu serius memperhatikan sesuatu.

Gue menarik senyum tipis,
Disaat dia memainkan ujung kemeja abu abunya itu dengan jari jemarinya yang sangat lentik terawat.

Gue seperti tengah memandang sosok yang sama, sosok yang selama ini gue sayangi.

Dan jika memang di perbolehkan, gue ingin sekali memeluk dirinya, menuntaskan segala kerinduan dan juga kesedihan yang selama ini gue rasakan.

"Kondisi Alana menurun tepat setelah Devaro sampai ke Jakarta, dan disaat Devaro sampai di Rumah Sakit tempat Alana di rawat, ternyata Devaro terlambat menemuinya." Ucap Daniel yang sedari tadi menceritakan semuanya dengan detail.

Gue ingin sekali berbicara,
Tapi seakan akan bibir gue menghalangi semuanya, dia tidak ingin mengucapkan sepatah kata pun.

Dan membiarkan mata gue memperhatikan setiap jengkal wajah perempuan itu walaupun gue tidak bisa memperhatikan wajahnya dari jarak dekat.

Dan membiarkan mata gue memperhatikan setiap jengkal wajah perempuan itu walaupun gue tidak bisa memperhatikan wajahnya dari jarak dekat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aila Danuarta.
Gue melihat namanya sangat jelas di sebuah tas selempang berwarna biru muda, dan nama itu ia jahit dengan benang berwarna Putih.

Gue terus memperhatikan wajahnya,
Bahkan matanya, mata indah itu sangat mirip dengan Alana. Alana mungkin akan menatap gue dengan jangka waktu yang lama sambil menopang dagunya.

Destiny or CoincidenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang