13 : tentang mereka

216 16 15
                                    

Kadang yang terindah tak diciptakan untuk dimiliki. Cukup dipandangi dari jauh, lalu syukuri bahwa ia ada disana untuk di kagumi dalam diam.

— Fiersa Besari.

Devaro merebahkan tubuhnya di rooftop rumah sambil memandangi langit malam yang saat itu hampa tanpa bintang dan juga bulan.

Mengingat apa yang terjadi beberapa waktu lalu, dimana Devaro dibantu oleh Aila saat ia hangover di club membuat Devaro menarik senyum kecil di bibir tipisnya.

Suatu hal yang belum pernah Devaro rasakan selain pada wanita itu adalah, sebuah tatapan penuh arti.

Bukan tatapan iba, bukan tatapan penuh rasa kasihan, melainkan tatapan hangat yang seakan akan meredam kepiluan di dalam diri Devaro.

Tap tap tap

Devaro menoleh ke arah sosok yang saat itu tengah berjalan mendekatinya, sambil berkacak pinggang dan menggelengkan kepala terheran heran.

Melihat sosok itu membuat Devaro menghembuskan nafasnya pelan, entah ada keperluan apa orang itu datang ke rumahnya.

Daniel.

Daniel merebahkan tubuhnya di samping Devaro sambil merentangkan telapak tangan sebagai bantal kepalanya saat itu.

"Lo ngapain kesini?" Tanya Devaro sebelum Daniel menghela nafas pelan, "nengokin temen, mau nyari tau dia masih hidup atau udah mati."

Devaro memejamkan matanya tanpa menghiraukan keberadaan Daniel, membuat Daniel ikut hanyut dalam keheningan malam saat itu.

"Eh..."

Devaro memicingkan sebelah matanya untuk melihat ke arah Daniel, "hm?" Daniel menoleh ke arah Devaro yang tengah melihat dirinya hanya dengan sebelah mata saja.

"Ceritain dong, waktu itu gimana?"
"Gimana apanya?"
"Ya gimana..."

Devaro langsung mendudukkan tubuhnya sambil menggaruk kepala belakangnya yang sama sekali tidak terasa gatal. Sementara Daniel masih dalam posisi yang sama.

"Gue cuman di bantuin sama dia, setelah gue sadar, kita ngobrol sebentar habis itu gue pulang."

Daniel tertawa pelan mendengar ucapan Devaro, "gue kira lo lost control terus one night stand sama dia." Mendengar ucapan temannya, Devaro langsung menoyor kepala Daniel pelan.

"Gila lo, semabok maboknya gue juga masih bisa ngendaliin semuanya kali." Bantah Devaro tidak terima.

Daniel tersenyum tipis mendengar ucapan Devaro, "parah lo, akhir akhir ini jarang banget ngeluangin waktu bareng gue." cibir Daniel yang membuat Devaro berdecak pelan.

Memang benar, akhir akhir ini Daniel dan Devaro jarang menghabiskan waktu bersama. Mungkin mereka akan pergi bolos bersama, ke club bersama atau menghabiskan waktu di rooftop kampus sambil merokok.

Tapi Devaro tidak bisa menyalahkan Daniel yang akhir akhir ini sangat sibuk dengan tugas kuliahnya sampai lupa menghabiskan waktu bersama dengan dirinya.

Jadi tidak heran jika Devaro mulai membiasakan diri untuk sendiri. Karena menurut Devaro kalaupun mereka meluangkan waktu bersama, Devaro tidak ingin Daniel menjadi korban disaat mood Devaro sedang tidak bagus.

Maka dari itu Devaro lebih sering menghabiskan waktunya sendiri, entah di club, rooftop, kampus, ataupun kamar.

"Kita kayak orang musuhan tau gak?"

Devaro tertawa mendengar ucapan Daniel, lalu ia menarik tangan Daniel yang spontan langsung membuat Daniel terbangun dari posisinya.

"Alay lo..." Devaro masih tertawa melihat wajah Daniel yang lecek seperti rok anak sekolahan yang belum di setrika sama orang tuanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 02, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Destiny or CoincidenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang