07 : tentang bertemu

120 13 0
                                    

Percayalah — Syahlas.

Nanti, pasti akan tiba
Sesuatu yang tidak pernah kita tau
Namun sudah di takdirkan kehadirannya.

Percayalah,
Dia pasti akan datang
Di waktu yang tepat
Dengan segala cara yang tepat.


Makaila Danuarta.

Gue menghabiskan 5 jam lebih bersama dengan Audi dan juga Rara setelah kita sibuk di kampus seharian.

Setelah jam mata kuliah selesai, gue, Audi, dan juga Rara memutuskan untuk pergi ke salah satu rumah makan favorite kita yaitu rumah makan sederhana Pak Narjo.

Setelah 4 jam menahan lapar dan akhirnya perut kita kembali terisi dengan ayam bakar yang selalu menjadi menu favorite kita di saat kita berkunjung kesini.

"Ini Mbak Aila, pesanannya." Gue menganggukkan kepala saat Pak Narjo datang mengantarkan makanan pesanan kita bersama dengan para pelayannya.

"Terima kasih, Pak." Gue tersenyum sopan kepada Pak Narjo sebelum kembali melanjutkan melahap menu makan siang gue.

Rara dan Audi terlihat sangat lahap memakan menu makan siang mereka, sama halnya seperti gue saat ini.

Seperti biasa, gue hanya memesan es teh manis serta ayam bakar yang tidak terlalu pedas, karena ini adalah menu makanan yang sudah menjadi menu favorite gue sejak kecil.

"Coba sekali sekali pesen nasi gorengnya, enak banget tau." Ujar Audi dengan mulut yang masih terisi dengan banyak makanan.

"Gak mau, enakkan juga ayam bakarnya. Ini tuh menu terenak di alam semesta ini." Bantah gue sambil tersenyum kecil.

"Lebay, enakkan juga nasi goreng. Rasanya bisa ngalahin ayam bakar." Protes Rara yang sepertinya berada di pihak Audi.

Tring tring tring

Gue terdiam menatap ke arah Audi yang saat itu merogoh saku jaketnya untuk mengangkat telfon dari seseorang.

Ia sedikit tersentak saat mendapatkan telfon yang ternyata telfon dari Kak Daniel, seorang laki laki yang pernah gue temui beberapa hari lalu di kampus.

Audi segera mengangkat telfon itu dan menjawabnya dengan nada suara yang terdengar sangat gugup.

Setelah pembicaraan singkat mereka, Audi memutuskan sambungan telfon dengan mimik wajah yang terlihat ketakutan.

"Lo kenapa, Di?" Tanya gue dengan perasaan sedikit penasaran, apa yang mereka bicarakan sampai Audi terlihat khawatir setelah pembicaraan itu selesai.

"La, lo di suruh Kak Daniel ke Dirgantara sekarang." Gue mengernyitkan dahi bingung saat mendengar ucapan Audi, karena gue tidak tau kenapa Audi meminta gue untuk pergi ke Dirgantara sekarang.

Dirgantara adalah salah satu tempat makan yang letaknya lumayan jauh dari tempat gue berada sekarang.

"Mau ngapain?"
Gue mengedipkan mata cepat, merasa sangat kebingungan karena secara tiba tiba Kak Daniel meminta gue untuk segera menemuinya.

"Katanya ada perlu, ada seseorang yang mau ketemu sama lo." Jawab Audi yang membuat gue bingung, penasaran, sekaligus takut saat mendengar ucapannya.

Gue merasa enggan untuk pergi ke sana, apalagi hanya gue yang diminta untuk datang tanpa di temani oleh Audi dan juga Rara.

"Gak mau, ah." Tolak gue dengan tatapan sedikit takut menatap ke arah Audi dan juga Rara yang saat itu juga tengah menatap ke arah gue.

"Kalau misalkan permintaan Kak Daniel gak di jalanin, dia pasti marah, La." Ucap Rara sambil menggenggam tangan kanan gue erat.

Destiny or CoincidenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang