"dia telah kembali
atau hanya sebuah ilusi
bahkan kehadirannya kini terasa sangat nyata
setelah aku merasakan kehilangan serta luka
dia kembali hadir memberikankan ku warna"
- entah ini yang dinamakan takdir, atau hanya sebuah kebetulan. dimana Deva...
Gue menatap tubuh mungil cewek itu yang mulai merasa jengkel saat mendapat perlakuan seperti itu dari gue.
Wajah kesalnya sangat mirip dengan Alana, membuat gue ingin sekali membuat dia kesal secara terus menerus.
Gue membuntuti dia yang duduk di sofa ruang tamu sambil menonton televisi, membuat gue juga ikut duduk bersama dengan dia, menonton televisi walaupun sesekali memandang ke arahnya.
"Anggep aja rumah sendiri, yakan?" Dia menatap gue sinis lalu mengalihkan pandangannya lagi.
Hahaha, menggemaskan... Mungkin dulu gue selalu melihat wajah menggemaskan itu dari Alana, tetapi sekarang berbeda. Sekarang bukanlah Alana melainkan Aila.
"Aduhhhh... gue laper banget." Keluh gue sambil mengelus perut rata gue yang sama sekali tidak merasa lapar tapi gue sangat suka mengganggu perempuan di samping gue ini.
"La, gue laper banget..."
"Abis mabok terus kelaperan? Gila sih." Ucapnya ketus sambil menggelengkan kepala terheran heran, gue sedikit tertawa mendengar ucapannya.
"Laper kan manusiawi, La." Aila memutar bola matanya muak, gue rasa dia sedikit kesal dengan tingkah laku gue yang menyebalkan.
Kita baru kenal, baru ketemu, mungkin Aila belum tahu bagimana sikap gue yang sebenarnya. Tapi karena rasa kehilangan yang membuat gue sedih, gue cenderung lebih sering diam.
Entah kenapa gue menjadi banyak tingkah saat gue bersama dengan Aila, karena gue selalu banyak tingkah saat gue bersama dengan Alana. Seakan akan gue memperlakukan kedua perempuan itu dengan sama.
"Lo mau makan apa?"
Gue terdiam sambil bergumam, "nggak jadi deh, La. Gue mau nyebat aja." Ucap gue sambil merogoh saku celana untuk mengeluarkan sekotak rokok mild kesukaan gue.
"Gue nyebat di balkon lo ya..." Aila hanya berdeham sebagai jawaban, tatapannya masih terfokus ke layar televisi tanpa melihat ke arah gue.
Gue bangkit dari duduk dan melangkah ke arah balkon ruang tamu Aila, mengeluarkan sebatang rokok, lalu membakarnya setelah itu menghisapnya dengan leluasa.
"Lo tadi bawa mobil gue?"
"Iya." Aila menjawab dari ruang tamu, walaupun dengan nada lesuh dan juga kecil, gue masih dapat mendengar jawabannya.
"Terus lo kesananya naik apa?"
"Naik mobil." Singkat, tapi terdengar sangat menggemaskan di telinga gue. Gue menarik senyum tipis dengan tatapan lurus ke depan.
Melihat ke arah kebun halaman rumah Aila, menampilkan pemandangan yang sangat asri dan juga nyaman.
"Mobil lo gimana?" Aila mematikan televisi lalu melangkah menghampiri gue, "asli deh, banyak tanya." Gue tertawa pelan saat mendengar ucapannya.
"Lo ninggalin mobil lo di Savari?" Aila menganggukkan kepalanya, ia berdiri di samping gue, memandang lurus ke depan, menikmati pemandangan sore bersama dengan gue.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.