05 : tentang menerima

137 16 0
                                    

Kosong — Syahlas.

Ini semua bukan tentang segala luka.
Bahkan perasaanku pun tak tau apa jawabannya.

Semacam ada yang hilang, dan mengajariku seribu cara melupakan. Dan semenjak dia pergi, dia sudah mengajari diriku bahwa tak ada yang selamanya.

Dan perasaanku saat ini,
Aku bahkan sulit menjelaskannya.

Ruang hatiku kosong,
Ia tidak dapat merasakan apapun lagi,
Bahkan aku tidak senang,
Tidak sedih pula.

Perasaanku menjadi kosong semenjak kepergianmu.

Lagu lama Devaro — Mengenangmu.

Dinara melangkah masuk ke dalam kamar adiknya, Devaro. Untuk memastikan bahwa adiknya sudah tertidur lelap.

Ia membuka pintu Devaro secara perlahan, karena takut mengganggu Devaro yang sedang tertidur nyenyak. Tapi kenyataannya tidak, Devaro masih terjaga di pukul 3 malam.

Dinara menghela nafas pelan ketika mendapati Devaro tengah terduduk di atas kasur sambil menghisap rokok dengan tatapan datar tanpa emosi.

"Dev?"

Dinara melangkah perlahan mendekati adiknya, dan mendudukkan tubuhnya tepat di samping Devaro dengan tatapan cemas.

"Kamu belum tidur?"

Devaro tidak menjawab pertanyaan Dinara, lagi lagi sikap Devaro kembali seperti yang dulu.

Dinara pikir Devaro tidak akan bersikap seperti ini lagi, karena dia mulai melihat Devaro kembali beraktivitas seperti biasanya.

Devaro mulai berhenti mengurung dirinya di dalam kamar, Devaro mulai berbicara kepada semua orang, Devaro mulai keluar rumah, dan Devaro mulai beraktivitas seperti biasanya.

Hari ini, malam ini, Dinara tidak pernah menyangka kalau Devaro akan kembali  seperti Devaro yang tidak memiliki tujuan hidup.

Sama dengan sosok Devaro yang Dinara temukan setelah kepergian Alana, kini ia kembali melihat sosok itu malam ini.

Devaro terkadang merasa sangat lelah jika terus berlari seperti ini, terkadang seribu usaha melupakan sudah ia lakukan.

Tetapi dengan satu hal, hal itu mampu membuat Devaro kembali mengingat segala hal tentang masa lalu.

Di tambah dengan kehadiran sosok perempuan yang memiliki wajah sangat mirip dengan Alana.

Dan disaat menatap mata perempuan itu, sama seperti halnya disaat Devaro tengah menatap mata Alana.

Hal itu membuat Devaro kembali mengingat jelas bagaimana suara Alana, bagaimana raut wajahnya yang sangat cantik, bagaimana penampilannya yang sangat sederhana, bahkan Devaro masih mengingat bagaimana hangatnya pelukan dan genggaman tangan Alana.

Devaro berfikir, bahwa dia akan menghentikan seluruh kegiatannya agar dia bisa memiliki banyak waktu untuk melupakan Alana.

"Dev, listen to me. Kamu kenapa?" Dinara meraih pundak Devaro dan menatap Devaro dengan tatapan penuh dengan kekhawatiran.

"Aku baik, Kak." Ucapan itu tidak membuat Dinara langsung percaya kalau Devaro tidak kenapa napa.

Itu tidak cukup membuat Dinara percaya bahwa adiknya sekarang baik baik saja, karena dengan ucapan baik baik saja tidak dapat membohongi kondisi hati dia yang sebenarnya.

Devaro, begini lah dia setelah kepergian Alana. Ia merasa bahwa, Alana pergi, maka kebahagiaan di dalam dirinya pun juga pergi.

Selama 1 bulan, Devaro menahan kakinya untuk melangkah ke tempat dimana dia dan juga Alana selalu datangi, ke tempat dimana tempat itu tersimpan banyak kenangan tentang dirinya dan juga Alana.

Destiny or CoincidenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang