lima : kita

3K 524 44
                                    




Rose menatap jenuh makanan yang tergeletak di depan pandangannya. Tepatnya bosan dengan menu makannya tiap hari.

Mau protes atau menolak pun tidak bisa, karena memang yang memasak bukan dirinya sendiri. Tapi Mark yang memasak setiap harinya.

Melihat Rose yang belum kunjung menyantap hidangan makan siangnya, Mark berjalan menghampirinya.

"Kok nggak dimakan?" Tanya Mark seraya menarik kursi yang ada di dekat Rose.

Rose menyunggingkan senyuman yang dibuat-buat sebelum akhirnya menggeleng pelan menjawab pertanyaan Mark itu.

"Nggak enak ya?" Sahut Mark cepat dan tanpa permisi meraih sumpit yang sedari tadi tak tersentuh oleh tangan Rose.

Rose sedikit terkejut, dia hanya bisa menatap bingung Mark yang tiba-tiba melahap hidangan makan siangnya itu.

Rose sedikit terkejut, dia hanya bisa menatap bingung Mark yang tiba-tiba melahap hidangan makan siangnya itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Oh iya pantesan, sini gue buang. Mending delivery aja deh." Ucap Mark cepat, seakan-akan dia tak memberi kesempatan sedikitpun untuk Rose berbicara.

Tapi bukan itu maksud Rose.

Soal kelezatan masakan Mark itu tidak ada masalahnya, malah menurut Rose masakan Mark lebih enak daripada Ibunya.

Lalu kenapa dia seperti itu ...

"Mark..."

Sontak Mark menghentikan aktivitas membereskan makan siang Rose yang belum tersentuh itu. Dia menatap Rose yang tiba-tiba memanggilnya itu.

Ya, bagaimanapun juga Mark tidak bisa emosi dengan ibu hamil.

"Apa? Deliv aja, masakan gue kan gaenak." Potong Mark cepat sebelum Rose membuka suaranya lagi.

Rose menggeleng cepat dan menahan Mark yang hampir bangkit dari duduknya.

"Suapin aku, Mark." Sahut Rose sedikit meninggi namun nada suaranya berubah menjadi pelan saat dia menyebut nama Mark di akhir kalimatnya.

Ya, malu.

"Dia yang minta..." Sambung Rose dengan kepala yang tertunduk tak kuasa menatap Mark.

Ah tidak, tapi Rose sedang memberi isyarat pada Mark dengan menunduk memandang perutnya yang semakin membentuk itu.

Alias, bayinya itu sedang ingin disuapin.

Mark terkekeh, dia menggeleng pelan dan mengusap puncak kepala Rose gemas.

"Mulai manja ya." Cletuk Mark seraya mengangkat wajah Rose yang ternyata sudah memerah padam karena malu.

Rose sedikit memanyunkan bibirnya, dia tiba-tiba kesal tak karuan mendengar suara Mark yang seolah-olah sedang mengejeknya itu.

Jujur saja, Rose sendiri tidak tahu kenapa menjadi lebih manja dengan Mark. Ah, apa mungkin karena kehamilannya yang sudah menginjak 2 bulan itu.

"Nggak papa deh, asal manjanya jangan ke yang lain."

Bitter Sweet ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang