lima belas : promise

2.3K 479 67
                                    



Tangan Rose gemetaran tak karuan, siapa yang tidak akan takut setelah mengalami kejadian menyeramkan seperti tadi?

Yaitu seseorang sedang berusaha membunuhnya.

Setelah beberapa saat akhirnya Rose bisa bernafas normal seperti biasanya, berkat dokter yang sigap menanganinya.

Rose masih terbayang-bayang dengan kejadian sebelumnya. Sampai-sampai dia tidak menyadari orang lain yang ada di ruangannya saat ini.

Mark berjalan pelan menghampiri Rose, dia tak tega melihat perempuan itu ketakutan disana.

"Rose, now you're fine."

Dengan pandangan kosongnya Rose menoleh ke sampingnya dan sedikit mendongak melihat siapa yang mendekatinya itu.

Mark tersenyum membalas tatapan itu dengan lembut, kemudian dia menggerakkan tangannya untuk mengusap wajah Rose yang penuh dengan keringat dingin disana.

"Aku disini, jangan takut." Gumam Mark sebelum akhirnya menunduk untuk mencium kening Rose cukup lama.

Rose memejamkan matanya erat, dia kembali menangis hebat. Tangannya sekarang mencengkram kuat baju yang dikenakan Mark,

Rose memang sangat nyaman menerima perlakuan dari Mark itu, bahkan dia merasa sedikit tenang sekarang. Tapi entah kenapa dia menangis sekarang,

"Kenapa nangis?" Tanya Mark yang buru-buru sedikit menjauhkan dirinya dari Rose.

"Aku takut, Mark." Lirih Rose.

Mark tahu itu, dan tanpa permisi dia memeluk tubuh Rose.

"Ada aku, Ros."

Rose balas memeluk Mark, tidak bisa dipungkiri lagi bahwa saat ini Rose merasakan apa itu ketenangan.

Sama seperti Mark, dia juga nyaman memeluk Rose. Dia mengusap pundak perempuan itu dengan lembut, berharap perempuan itu benar-benar tenang sekarang.

"Aku takut, Mark. Takut banget..." Rose melepas pelukan Mark, dia mendongak menatap wajah Mark dengan sendu.

Dia memang sedang ketakutan bukan main, tangannya masih gemetar dan kakinya masih lemas setelah menyadari dia hampir terbunuh oleh temannya sendiri.

"Ssst..." Mark menaruh jari telunjuknya di bibir Rose.

Mark kembali menunduk, kali ini dia tak lagi mencium kening Rose lagi. Tapi dia ingin menatap Rose lebih dekat.

"Tolong percaya sama aku Ros, aku bakal jagain kamu."

Rose terpejam seiring merasakan sapuan lembut di bibir pucatnya. Luar biasa seorang Mark Tuan yang sangat mudahnya membuat dirinya tenang dalam sekejap.

Tapi jantung Rose tidak bisa tenang, jantungnya kini berdetak tak karuan. Betapa bodohnya di saat-saat seperti ini dia malah merasa gugup.

Dia ingat ketika dia ketakutan atau emosinya tak terkendali—Mark selalu melakukan hal itu.

Mark memiringkan kepalanya mencoba mencari posisi yang pas selagi berciuman dengan Rose saat ini.

Lisa dan Bambam yang berdiri jauh dari mereka hanya bisa memandangi dengan lega, bercampur bersyukur.

"Ada Mark, semua bakal baik-baik aja." Celetuk Lisa tiba-tiba yang membuat Bambam menoleh ke sampingnya.

Bambam mengangguk, "Gue tau, Mark yang pertama kali peduli sama Rose saat berita kehamilan Rose tersebar."

"Saat itu juga gue percaya sama dia." Sambung Bambam.

Lisa mendesah berat. Soal berita kehamilan tersebar saat itu dia malah memblokir Rose dan tak memberi penjelasan apapun pada Rose. Lisa sangat menyesal, sementara dirinya tak ada salah apapun saat itu.

Bitter Sweet ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang