dua puluh enam : kacau

1.6K 276 17
                                    

"Better a cruel truth than a comfortable delusion."

—Edward Abbey




Saat ini terdengar suara yang cukup keras dari pintu yang sedang dipaksa untuk terbuka. Berkali-kali, hingga menciptakan suasana yang sangat menegangkan. Tampak dengan jelas, pintu bercat putih itu juga bergetar seiring dobrakan keras yang diberikan seseorang dari luar sana.

Ditambah lagi teriakan yang semakin terdengar penuh emosi bercampurkekhawatiran itu terus terulang-ulang.

Seperti sedang tuli dan bisu, dua manusia yang ada di dalam ruangan itu hanya diam dengan dunianya sendiri. Ya, tak sekalipun manusia yang ada di dalam ruangan itu tergerak karena suara yang terbilang annoying dan bising itu.

Memang Rose dan Yugyeom mendengar dengan jelas suara teriakan seseorang di luar sana yang sedang berusaha mendobrak pintu kamar itu, tapi mereka benar-benar enggan melakukan sesuatu untuk menghentikan teriakan orang di luar sana.

"ROSE! BUKA!"

Rose memilih diam dengan pikiran campur aduknya, dia tidak tuli untuk mendengar namanya yang diserukan berkali-kali oleh Mark di luar kamarnya.

Orang yang berusaha mendobrak pintu kamar Rose yang terkunci itu Mark. Dewi Fortuna benar-benar mengirimnya tepat waktu.

"ROSE!"

Pintu akhirnya terbuka, ya dengan sekali dobrakan yang lumayan keras. Menimbulkan suara yang lebih keras dari sebelumnya, bahkan sekarang pintu itu tampak rusak.

Ketika pintu itu benar-benar sudah terbuka, pertama yang dilihat oleh Mark adalah Rose.

Jantung Mark memompa lebih cepat dari biasanya. Nafasnya hampir tercekat ketika matanya harus menangkap Rose terduduk di lantai dengan bersandar pada tembok.

Keadaannya cukup menyedihkan dan tentu saja mengkhawatirkan Mark. Bagaimana tidak, Rose hanya diam, dia duduk di lantai dengan tatapan lurus yang kosong. Ditambah lagi, wajahnya begitu pucat dan rambut acak-acakan yang menunjukkan dengan jelas bahwa dia benar-benar kacau.

Mark segera menghampiri Rose dan ikut tersungkur ke lantai. Dia mensejajarkan dirinya dengan Rose yang terduduk lemas di lantai.

"Rose... Kamu ngga apa-apa?"

Diam, hening. Hanya terdengar nafas tersengal-sengal saja dari Mark yang memang telah menghabiskan seluruh tenaganya hanya untuk mendobrak pintu kamar Rose.

Rose sendiri diam, masih bergelut dengan pikiran campur aduknya. Dia masih tak menyadari kehadiran Mark yang bahkan sekarang memeluknya erat.

"Rose, aku khawatir. Kamu ngga apa-apa? Ada apa?"

Sepertinya itu sia-sia. Sama saja berbicara dengan angin.

Rose tak mempunyai niat sedikitpun untuk bersuara, bergerak saja tidak dia lakukan. Semua perkataan Yugyeom sebelumnya berhasil membuatnya lemas dan ingin mati saja.

Mark yang menyadari perempuannya itu hanya diam akhirnya melepas pelukannya dan memandang penuh khawatir perempuannya itu.

"Rosee, hey... Aku Mark!"

Takut terjadi apa-apa. Mengingat di saat-saat pertama kali hamil, Rose gampang sekali melamun dan berakhir seperti orang kesetanan. Mark takut itu terulang kembali. Dan sekarang Mark menyentuh pipi Rose, menepuknya berkali-kali dengan pelan dan sesekali mengusap keringat Rose.

Sepertinya telah terjadi sesuatu.

Mata Mark yang tajam itu tak bisa berhenti menyoroti tatapan kosong yang dipancarkan Rose. Terlihat jelas sekali dirinya saat ini benar-benar takut dan mengkhawatirkan Rose.

Bitter Sweet ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang