delapan : menikah

2.7K 507 27
                                    

Segala sesuatu benar-benar rumit bagi seorang Roseanne Park kali ini. Selama dia hamil entah anak siapa itu, dia tak lagi bisa bernafas lega seperti biasanya. Sehari untuk tidak merenungkan masalah pun tidak bisa.

Tiap harinya pikiran dan hati Rose tak bisa tenang seperti orang lain.

Semakin bertambahnya hari, bukannya masalah berkurang malah muncul masalah yang baru dan bisa dikata semakin rumit.

Dan saat ini, suasana tegang benar-benar mencekam ruang tamu rumah Rose. Disana sudah berdiri dua orang dewasa yang menatap penuh emosi Rose dan—Mark yang duduk bersebelahan di sofa.

Rose rasanya ingin menangis hebat sekarang, dia tak berani mendongak hanya sekedar untuk menatap kedua orangtuanya sekarang.

Alasannya hanya satu, Rose malu.

Rose menarik nafasnya panjang, dia sudah siap menerima bentakan nyaring maupun pukulan dari orangtuanya setelah ini. Bahkan dia sudah berpikir namanya akan ditendang dari KK keluarganya.

Sekarang yang Rose herankan adalah, apa orangtuanya itu tidak lelah? Apa tak lebih baik istirahat dulu sebelum menyidang Rose dan Mark saat ini?

Soal apa yang dibicarakan Mark kemarin memang benar, kedua orangtua Rose akan menjenguk Rose ke LA. Dan sekarang mereka sudah datang, tapi sampai saat ini tak ada suara dan mereka terus berdiri menatap tajam Rose dan Mark secara bergantian.

Jujur saja, Rose sendiri tidak mengerti kenapa Mark harus diikutkan dalam sidangnya setelah ini. Bukankah yang akan mendapat murka orangtuanya hanya Rose? Lalu kenapa Mark ikut duduk disampingnya—apa Mark sudah mengatakan sesuatu sebelumnya?

"Astaga Rose anakku..."

Rose tersentak. Dia tak percaya dengan apa yang keluar dari mulut Papanya barusan. Rose sebelumnya yakin akan mendapat bentakan bercampur umpatan dari Papanya tapi barusan yang dia dapat hanyalah suara lemah dari Papanya.

Lega? Tidak sama sekali bagi seorang Roseanne Park.

Hening, dan Rose penasaran dengan Papanya yang tak melanjutkan bicaranya lagi. Sekarang Rose memberanikan diri mendongak untuk memandang Papanya.

Bodoh kau Ros,

Hati Rose remuk melihat Papanya yang tiba-tiba terisak disana, bahkan mata Rose menangkap pria paruh baya itu tengah menyeka air matanya sendiri.

Durhaka sekali Rose yang berhasil membuat tangis orangtua kandungnya sendiri. Rose tahu apa yang dirasakan Papa dan Mamanya kali ini. Mereka marah, sangking marahnya sampai mereka bingung mengekspresikannya didepan anak satu-satunya itu.

Dan Rose tidak lega sama sekali, dia semakin malu sekarang. Pikiran untuk lenyap dari dunia kembali mengisi otaknya.

"I'm here, it's okay."

Rose menoleh cepat ke sampingnya, dimana ada Mark disitu. Mark tiba-tiba menggenggam tangan Rose dan mengusapnya lembut.

Tenang? Tidak, Rose tidak bisa tenang walaupun Mark berusaha memberinya sebuah ketenangan. Rose malah semakin kesal, seluruh amarahnya menjadi satu sekarang.

Intinya dia benar-benar malu. Dan Rose tidak bisa menangis begitu saja di hadapan orangtuanya, bisa saja orangtuanya mengira dia menangis karena ingin dikasihani.

"Rose, bisa bawa mama ke kamarmu nak? Mama pengen istirahat sambil bicara sama kamu."

Rose menghela nafasnya sebentar dan memberi isyarat pada Mark untuk melepaskan tangannya.

Tanpa membuka suaranya sedikitpun, Rose mengangguk mengiyakan perintah mamanya itu kemudian dia beranjak dari duduknya.

Rose berjalan menghampiri mamanya dan hendak membawakan barang-barang yang dibawa dari Indonesia. Namun, belum sempat Rose membawanya, mamanya sudah terlebih dahulu menahannya.

Bitter Sweet ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang