Cinta Sang Abdi Negara 3

2K 64 0
                                    

Happy Reading

Allea berusaha meyakinkan Aldo, bahwa dirinya tidak berbohong, meski nyatanya memang iya. Ah, senjata makan tuan, pikir gadis itu, resah.

'Aduh, bagaimana ini?'

"Kakak pembohong ...!" Anak laki-laki itu beteriak cukup kencang, hati Allea semakin kalang kabut.

Bu Hera tergopoh menghampiri suara teriakan yang ditimbulkan putranya, menyerobot masuk ke kamar.

"Aldo, kenapa kamu teriak seperti itu, Nak?"

"Ma-maaf, Tante, Allea-"

"Kak Allea pembohong, Bunda!" Aldo dengan wajah marah menudingkan telunjuknya ke arah gadis yang tengah bingung itu.

"Aldo jangan bicara seperti itu sama Kak Al. Allea tolong maafkan Aldo, ya!" Bu Hera merasa tidak enak hati dengan sikap sang putra.

Aldo memang berbeda dengan sang kakak. Putra keduanya ini agak keras sifatnya.

"Tidak apa-apa, Tante. Tante, bisa Allea bicara sebentar?" Allea menghampiri Bu Hera sebelum kesalah pahaman makin meruncing.

"Boleh Al, silakan!"

Allea menjelaskan dengan suara pelan kepada Bu Hera kenapa Aldo meneriakinya pembohong. Bu Hera terlihat mangut-mangut sambil tersenyum.

"Aldo, dengar bunda, ya! Kak Allea tidak bohong, tadi Kak Al buru-buru datang ke sini jadi ponselnya tertinggal."

"Iya 'kah, Bunda?" suara Aldo melunak.

"Iya, Sayang, besok Kak Allea bawakan, asalkan kamu mau belajar lagi sama Kak Allea, gimana setuju?"

Aldo mengangguk, karena sang Bunda ikut meyakinkan, anak itu pun percaya. Allea menarik napas lega, kegundahan seketika menguar. Tinggal memikirkan besok, bagaimana ia bisa meminjam ponsel, untuk bukti pada anak majikannya.

Sementara, di ruang tamu Pak Helmi sedang membaca sebuah surat, senyum mengembang di bibirnya mengundang tanya di benak Bu Hera dan Allea.

Kedua wanita beda usia itu saling berpandangan, heran.

"Ayah, kenapa senyum-senyum sendiri?" tanya Bu Hera seraya mendekati suaminya.

"Ini, Bun, coba baca surat ini!" Pak Helmi menyodorkan selembar kertas, disambut Bu Hera dengan rasa penasaran tinggi.

"Surat dari siapa, Yah?"

"Tadi ada tukang POS ke sini, baca saja!" jawab Pak Helmi.

Bu Hera segera membaca surat yang diterimanya dari suami dengan suara dilantangkan.

*Assalamualaikum.

Apa kabarnya Bundaku, juga Ayah dan Adikku Dodo?

Semoga kalian dalam keadaan baik-baik saja. Altar merindukan kalian semua.

Altar sengaja mengirim surat ini sekedar memberitahu, saat ini Altar sedang dalam perjalanan pulang.
In Syaa Allah besok pagi Altar sampai di rumah.

Oh iya, Altar juga sangat merindukan senja dan seseorang yang ingin Altar temui. Katakan padanya tunggu kepulanganku besok.

Wassalamu'alaikum.

ALTAREXA ALFIANSYAH PRAMESTI*

"Alhamdulillah, Yaa Allah, akhirnya putraku akan segera pulang." Mendekap kertas surat dengan segenap perasaan campur aduk.

Bendungan air mata jebol, membentuk anak sungai di pipi Bu Hera, saking bahagia, sang buah hati tercinta akan kembali ke tempat naungan.

Wanita cantik paruh baya itu beralih memeluk Allea yang berdiri terpaku di sampingnya.

Cinta Sang Abdi NegaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang