Cinta Sang Abdi Negara 9

1.6K 60 0
                                    

Happy Reading

Halaman panti asuhan NURUL HIKMAH ramai dipenuhi para tamu dan anak-anak yatim piatu. Mereka berseliweran dengan wajah riang, tiada beban yang menghimpit sebagaimana anak-anak yang merindukan keberadaan orang tua kandung.

Rumput hijau di halaman panti di jadikan karpet alami, kontras dengan dekorasi yang ditata sedemikian rupa oleh para ahli.

Keluarga Bapak Jendral Helmi Suseno sangat antusias menyambut acara ulang tahun putra bungsu mereka Aldo Muhamad Gumelar.

Acara dimulai, para tamu undangan serta semua yang hadir dipersilakan duduk di kursi yang sudah tersedia.

Acara demi acara pun berjalan lancar tanpa kendala dari mulai sambutan, doa bersama hingga tiup lilin dan potong kue, semua berjalan sesuai harapan. Di puncak acara, seorang MC atau pembawa acara mempersilakan Pak Helmi naik ke atas panggung untuk menyampaikan sambutan terakhir.

Sikap penuh wibawa, Pak Helmi berdiri di belakang mixcropone. Mantan Jendral itu sejenak mengatur napas untuk menyesuaikan suaranya.

"Assalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh. Saya Helmi Suseno beserta keluarga, sekali lagi mengucapkan banyak terima kasih atas kehadiran para tamu terhomat di acara ulang tahun putra saya yang ke delapan tahun." Pak Helmi menghirup udara sejenak.

"Semoga Allah Subhanahu Waa Ta'alla senantiasa melimpahkan Rahmat dan Hidayah kepada kita semua, dan tak lupa saya ucapkan terima kasih pula kepada pihak panti asuhan yang sudah berkenan membantu dan menyediakan tempat untuk kami. Di acara terakhir ini saya ingin menyampaikan satu lagi kabar gembira, mungkin sebagian yang hadir sudah bisa menduga apa yang ingin saya sampaikan ini. Sebelumnya saya panggilkan dulu putra sulung saya." Mata tua nan tajam itu memandang lurus ke arah sang putra.

"Altar kemarilah, Nak ...!"

Sang pemuda mengikuti perintah ayahnya untuk naik ke panggung, lalu berdiri di samping pria gagah setengah baya itu.

Altar menelengkan mata ke arah gadisnya yang duduk di kursi jajaran tamu paling depan bersama Umi Rita. Allea menyunggingkan senyum manis.

"Ini putra sulung saya, Altarexa Alfiansyah Pramesti yang baru kembali dari tugasnya di medan latihan, dan di kesempatan yang berbahagia ini ada yang ingin putra saya sampaikan. Ayo Altar katakan sesuatu pada mereka." Altar mengangguk, mengambil alih tempat Ayahnya berdiri di hadapan mix.

"Assalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh. Seperti yang Ayah saya katakan, di sini saya ingin menyampaikan bahwa saya berniat melamar seseorang untuk mendampingi hidup saya, sekaligus menyempurnakan agama, saya perkenalkan calon pendamping saya-"

Altar menghentikan kalimat, matanya kembali melirik ke arah Allea yang terlihat tegang. Di samping gadis itu, Umi Rita mengulum senyum.

Di tempat terpisah, ketegangan melanda Rendy yang sedang duduk bersama keluarganya.

Pemuda tampan berambut cepak itu berharap wanita yang sedang dilamar Altar di atas panggung itu bukanlah Allea. Agar hatinya tidak patah.

Seperti halnya Altar, pemuda itu memiliki impian indah bersama gadis yang berhasil mencuri perhatiannya sejak pertama bertemu.

Suasana di acara ulang tahun putra bungsu pasangan Bapak Jendral Helmi Suseno dan Bu Herawati sedikit menegang saat Altar menjedakan kalimatnya.

Kasak-kusuk mulut yang tak diam. Bertanya-tanya, siapa gerangan wanita yang beruntung dipilih oleh pemuda tampan dan gagah bermasa depan cerah bergelar Kapten ini.

Altar kembali melanjutkan ucapan yang tertunda, menghirup udara sejenak. "Saya ingin memperkenalkan sekaligus melamar wanita istimewa yang tak lain sahabat masa kecil saya, putri angkat dari Umi Rita Setia Asih yaitu, Allea Fahriani Syahputri."

Cinta Sang Abdi NegaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang