Cinta Sang Abdi Negara 11

1.7K 51 2
                                    

Happy Reading

Acara walimahan Altarexa Alfiansyah Pramesti di Masjid Al-Muhajidin berjalan lancar, seruan napas lega terlontar dari mulut semua yang hadir di acara sakral tersebut.

Serempak mata yang hadir memandang takjub ke arah Allea yang sedang berjalan dengan langkah penuh irama kekhidmatan, memasuki masjid di mana acara walimahan itu dilangsungkan, kanan kiri di apit oleh Bu Hera dan Umi Rita.

Balutan baju kebaya warna putih indah melekat di tubuhnya, lengkap dengan jilbab warna senada, dihiasi pernak-pernik gemerlap tertimpa cahaya dari lampu yang berpendar.

Dari kepala menjuntai bunga melati sampai ke depan dada sebelah kanan, menambah aura cantik semakin mempesona, menyihir semua yang hadir di dalam masjid.

Lontaran pujian mulai terdengar tanpa direkayasa. Siapa sangka gadis sederhana dari panti asuhan anti bersolek, malam ini tampil bak bidadari.

Rendy memandang tak berkedip, mulutnya mengeluarkan suara decak kagum. Sungguh sempurna Ciptaanmu, Tuhan. Batin sang pemuda.

Suara decakan Rendy terdengar di telinga Altar yang duduk tak jauh dari sampingnya, sehingga sang pengantin pria mendongakkan wajah, penasaran.

Mata Altar tepat mengarah pada wanita yang baru saja di sahkan. Dada Sang Kapten bergemuruh hebat, serasa mimpi melihat pemandangan indah, memukau mata.

Altar semakin terpaku memandang Allea berjalan gemulai kian mendekat. Matanya enggan berpaling ke arah lain, hingga sang pengantin wanita duduk dihadapan, hanya berjarak satu jengkal.

Altar kini leluasa mengamati wajah cantik sedikit berbeda, polesan make up natural tanpa menutupi kecantikan aslinya, buah karya sang ahli, tangan perias.

Penghulu mempersilahkan acara selanjutnya dimulai. Prosesi penyerahan mahar, kemudian dilanjut dengan khotbah seputar pernikahan yang dibawakan oleh salah satu murabbi di masjid itu.

Selesai dengan khutbahnya, Sang Murabbi menyampaikan beberapa wejangan untuk dijalani dan ditaati dalam biduk rumah tangga.

"Saudara Altarexa Alfiansyah Pramesti, sekarang saudara adalah imam bagi istrimu, di mana tanggung jawab dunia dan akhirat sang istri berada di pundak ini." Sang Murabbi menepuk pundak Altar. Sang Kapten diam menyimak.

"Saudari Allea Fahriani Syahputri, saudari sekarang seorang istri maka dari itu ta'atilah suamimu. Melangkahlah di sampingnya atas nama agamamu, maka kau akan memasuki surga dengan pintu manapun yang kau kehendaki. Sekarang jabatlah dan ciumlah tangan suamimu dengan menyebut basmallah."

"Bismillahirihmanihorim." Allea mencium punggung tangan lelaki yang kini sah menjadi imamnya.

"Silahkan Nak Altar untuk mencium kening istrinya," tambah penghulu, menambahkan intruksi.

Altar menangkup wajah wanitanya, mengecup kening cukup lama. Gelenyar aneh mereka rasakan bersama.

Allea berkeringat dingin, riak panas menjalar diseluruh tubuh reaksi pertama kali dirinya disentuh lelaki tanpa jarak di usia baligh.

Suara riuh dan tepuk tangan hadirin menyadarkan keduanya dari moment syahdu, sang pengantin tersipu malu.

"Alhamdulillahi robbill alaamiin semua berjalan dengan khidmat dan lancar," ucap penghulu tersenyum lebar, diikuti desahan napas lega yang lain.

Acara dilanjut dengan sungkem kepada orang tua. Isak bahagia saling bersahutan, rasa haru yang mendalam menyelimuti suasana di dalam masjid.

Di kesempatan langka ini, kedua mempelai mendapat wejangan, doa dan petuah-petuah untuk di jalani dalam hidup berumah tangga.

Cinta Sang Abdi NegaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang