Part 16. Kecewa

3.2K 310 10
                                    

Part 16. Kecewa

Happy Reading!!
Jangan lupa vote dan komen yah untuk memberi dukungan cerita ini.

~~~~~~~~~

Zahril terbangun saat azan subuh sudah berkumandang, cowok itu menggeleng melihat Zul yang tertidur di lantai di atas karpet dengan bantal guling di pelukan cowok itu.

"Bangun, Woii.." ujar Zahril membangunkan Zul dengan menggoyangkan bahu cowok itu dengan keras. "Udah azan, goblok. Gue mau ke masjid."

"Iya. Iya. Ini gue bangun elah."

Zahril menatap Tv yang masih menayangkan permainan bekas tadi malam. "Lo tidur jam berapa?"

Zul sudah duduk. "Jam tigaan kayaknya. Gue nggak ingat."

"Gue mau ke masjid, lo mau ikut nggak?" Tanya Zahril yang sudah meraih handuknya.

"Walaupun soal agama gue masih keterbelakangan, tapi kalau urusan sholat di masjid gue nggak pernah absen." Kata Zul kemudian berdiri.

Zahril memutar matanya. "Gue mandi duluan, lo bersihin dulu kamar gue. Kamar gue kayak kapal pecah lo datangin."

Zahril menendang kulit kacang yang berhamburan di atas lantai, botol kopi dan beberapa plastik makanan ringan juga terhambur di kamar Zahril.

Zahril mandi dengan cepat, tidak butuh waktu sepuluh menit cowok itu sudah memakai koko dan sarungnya menunggu Zul yang baru selesai mandi.

"Nih koko dan sarung." Ujar Zahril sambil menyodorkan pakaian kepada Zul yang sedang mengeringkan rambutnya yang basah. "Lo cepetan siapnya. Gue tunggu di bawa."

Zul mengangguk, Zahril berbalik dan melangkah keluar kamar, menghampiri pintu di samping pintu kamarnya dan mengetuknya.

"Zah? Udah bangun, nggak?" Teriaknya membangunkan Zahra.

"Iyya, kak udah bangun!" Teriak Zahra dari dalam kamar.

"Ya udah. Kakak mau ke masjid dulu." Pamit Zahril dan melanjutkan langkahnya ke lantai bawa.

Lima menit menunggu, Zul sudah berada di samping Zahril juga, bersiap untuk berangkat ke masjid.

Zul celengak-celenguk memperhatikan semua ruangan di rumah itu seperti mencari sesuatu. "Eh, Ril. Bidadari gue mana? Kok nggak muncul-muncul, sih? Emang dia nggak pergi masjid?"

Zahril mengerutkan dahinya, tapi detik berikutnya dia tersadar dan menapok kepala Zul dengan peci yang berada di tangannya. "Zahra nggak ke masjid. Perempuan salatnya lebih baik di rumah."

"Oh.." Zul manggut-manggut. "Ya udah, panggil bokap lo, kita berangkat sekarang, udah azan juga kayaknya dari tadi."

Zahril berjalan ke pintu. "Papa gue udah pergi dari tadi, yang azan tuh dia."

"Wisss.. keren juga tuh calon mertua gue." Puji Zul mengikuti langkah Zahril yang sudah berada diluar rumah. "Nanti kalau gue udah nikah sama Zahra, gue mau minta minta bimbingan agama sama calon mertua, biar tambah sayang dia sama gue."

Zahril mendengus. "Gue nggak akan restuin adik gue nikah sama lo." Ujar Zahril membuat Zul mendelik.

"Kenapa?" Tanya Zul sewot. Mereka berjalan di jalanan kompleks yang disinari dengan cahaya rumah-rumah.

PUTRI (Selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang