Part 25. 1. Terungkap Juga.

3.2K 315 12
                                    

Part 25.1. Terungkap Juga.

Part ini sangat singkat. Hanya 600 lebih kata.

Happy reading
Vote dan komen, ya!

~~~~~

"Kamu beneran nggak apa-apa?" Tanya Zahra sekali lagi memastikan. Dia menatap Putri dengan kening mengerut.

"Gue nggak apa-apa," Ujar Putri tersenyum.

"Kalau kamu nggak kenapa-napa lalu tadi wajah kamu memerah karena apa?" Tanya Zahra lagi. Gadis itu bingung sendiri melihay kondisi Putri sekarang.

"Nggak ada. Cuma terkena debu buku tadi." Putri nyengir dengan wajah meringis memdengar penuturannya sendiri. Alasan yang tidak masuk akal sama sekali.

"Kamu tidak alergi sama udang aja? Sama debu pun alergi?" Tanya Zahra dengan wajah polosnya.

"Iya. Tapi alergi debu buku aja. Makanya selama ini gue anti sama buku," Putri tertawa renyah karena kalimat konyolnya sendiri. Mana ada orang alergi karena debu buku? Adanya sifat malas.

Zahra mengangguk sambil mengguman 'oh'. "Ya udah kita ke kelas aja? Udah hampir jam ke enam."

Putri mengangguk. Mereka berdiri dan berjalan keluar UKS. Berjalan di koridor sekolah yang renggang karena saat ini jam pelajaran telah dimulai. Hanya ada satu dua kelas yang koridornya ramai karena jam kosong.

"Zahra calon bidadari dunia dan surga gue," Ucap seseorang dari belakang mereka. Zahra berbalik kemudian menundukkan wajah saat melihat Zul lah yang berdiri di depannya. Di samping cowok itu juga berdiri Zahril yang memasang wajah datar.

Zahra diam. Begitupun Putri dan Zahril. Putri membuang wajah ke samping, tidak kuat hanya untuk sekedar menatap wajah cowok itu. Padahal dulu dia tidak merasa seperti ini. Putri merasakan wajahnya yang kembali memanas.

"Kok pade diam, sih?" Zul bertanya menatap mereka satu persatu. "Lo juga kenapa diam? Nggak biasanya." Zul menunjuk Putri.

Putri berbalik. "A.. aku.. Eh gue mau balik ke kelas dulu. Ada tugas. Bye Kak Zul." Cewek itu kemudian berlalu dengan secepat angin ke kelasnya meninggalkan Zahra yang juga sama bingungnya dengan Zul.

"Kenapa tuh anak?" Zul menyenggol bahu Zahril.

Cowok itu hanya menatapnya sambil berkedip.

"Lo kok malah diam dari tadi?" Zul menggerutu kecil. "Bagaimana lo bisa dapetin gebetan lo kalau lo masih sikapnya kayak gini? Kaku. Nah itu juga tuh yang buat para cewek nggak mau dekat-dekat sama lo walau lo tampannya kebangetan. MATA LO! Kayak leser pencabut nyawa aja!" greget Zul.

"Kak Zul nggak boleh kayak gitu. Kalau Kakak memang suka sama seseorang nggak usah ngumbar berlebihan. Nggak baik. Mending dipendam dulu. Setelah yakin kakak baru ngungkapin deh perasaan kakak. Tapi jangan ngajak pacaran. Dosa. Mending kakak datang ke orang tuanya. Minta baik-baik. Kemudian nikah deh."

Zul menatap lekat Zahra. Kembali tersihir. Cowok itu tersenyum. Suka sama cewek sholehah itu memang beda. Tidak kayak cewek yang lainnya. Mungkin itu sebab mengapa jantungnya selalu berdetak kencang saat di samping Zahra. Zul berdehem, "Jadi Zahra mau gue lamar?"

"Ehhhh.... Nggak gitu juga kok kak." Zahra berujar panik.

"Jadi mau dipacari?" Zul tersenyum mengoda saat Zahra meliriknya sedetik dengan mata membola dan wajah memerah.

"NGGAK, KOK." Zahra jadi gelagapan sendiri.

"Lamar?"

"Ihh Kak Zul!"

Zul tertawa keras. Gemas dengan Zahra yang bertingkah sangat polos.

"Jangan gombalin adek gue," Zahril mendengus kemudian menatap Zahra. "Kenapa masih di sini? Sana lo ke kelas."

Zahra terdiam sebentar. Menyergit dan menatap Zahril. "Emang kenapa kalau aku masih mau disini?"

"Dilarang. Ada binatang buas." Ujap Zahril ngawur.

"Eh?" Zahra kembali bereaksi polos membuat Zul tidak bisa memalingkan tatapan dari wajah Zahra yang cantik tapi polosnya kebangetan.

"Udah sana!" Zahril mendorong jidat cewek itu hingga mundur selangkah. Zahra melotot memukul dada Zahril sekali kemudian melenggang pergi juga.

"Adek lo lucu juga, ya. Jadi pengen gue per istri beneran." Guman Zul masih melihat Zahra yang berjalan menjauh dan berbelok di koridor ujung.

"Udah ada tamengnya." Ujar Zahril datar.

"Loh? Kok bisa?" Zul memprotes. "Lo bilang cuma bercanda!"

"Gue nggak bercanda. Setelah kelas dua belas. Dia akan nikah."

***

Putri baru saja akan menjalankan mobilnya kembali setelah mengantar Zahra sampai di rumahnya saat ponselnya berbunyi. Cewek itu menyergit saat melihat nomor tidak dikenalnya dalam kolom pesan.

+6282xxxx gue bakalan buktiin. Liat aja lo.

Putri kembali membaca pesan itu dan melihat nomor si pengirim. "Salah sambung, Pak? Apanya yang lo mau buktiin." Putri mendengus kemudian jari-jarinya bermain di layar ponselnya mengirim pesan balasan. Tidak lupa menuliskan sumpah serapah diakhirnya.

Putri melemparkan ponselnya di dasbor dan menjalankan mobilnya pulang.

.
.
.
.

TBC.

PUTRI (Selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang