Part 5. Perubahan Sikap
Sore itu menjadi sore yang sibuk bagi Sma Pelita, aula sekolah sudah dipenuhi oleh kursi yang berjejer dengan sofa di bagian depan sebagai tempat khusus untuk para juri yang akan akan menilai tampilan dari siswa baru malam penutupan nanti.
Sekitar jam tiga lewat sore ini, saat Toa dari Musholla sekolah mengeluarkan lantunan sholawat pertanda waktu sholat ashar akan segera tiba. Aine di depan kelas membahas beberapa hal yang harus disediakan untuk malam nanti seketika berhenti dan menyuruh siswa-siswi di gugus tiga untuk menyelesaikan tugasnya dengan cepat sebelum ke musholla untuk sholat berjamaah.
Begitupun dengan Putri yang sedari tadi sudah berkutat dengan kardus langsung melepaskannya begitu saja, membuat Zahra dan siswi lainnya menatap ke arahnya.
"Apaan lo liatin gue?" sahut Putri garang dan menatap Zahra tajam. Tanpa rasa bersalah, gadis itu beranjak berdiri.
"Loh, mau kemana, Putri?" itu pertanyaan dari Zahra yang bingung melihat Putri.
"Bukan urusan lo. Urusi saja pacar lo yang sok cakep itu. Gue mau kemana kek, itu terserah gue." semprot Putri sinis yang membuat Zahra terdiam.
"La? Kenapa lo yang sewot?" sahut siswi lain yang berada di sisi lain Zahra. "Orang nanya baik-baik gitu."
Putri mendengus." Gue nggak butuh pertanyaan unfaidah dari teman lo." sahut gadis itu mengibaskan rambutnya. "Mending lo lo pade cepaten urusi itu kardus. Gue capek, mau ke Mushollah segerin otak gue dulu."
Setelah mengatakan itu, Putri berlalu keluar kelas tanpa memperdulikan sindiran dari arah belakangnya. Gadis itu berjalan dikoridor yang ramai dengan para siswa yang berlalu lalang, kesibukan juga terlihat di sini.
Putri mendongak saat mendengar namanya dipanggil. "Putri!"
Ia menatap ke arah lapangan dimana dua cowok menggunakan almamater osis berjalan ke arahnya.
"Mau kemana?" kata Zulkifli sesaat berada di depan gadis itu.
Putri tertunduk saat pandangannya bersitatap dengan mata tajam. "Ke Musholla, kak."
"Mau sholat, yah?" Sahut pria itu lagi.
Putri hanya mengangguk.
"Ya udah. Ayo . Kami juga mau ke mushollah. Bareng aja sekalian." Zulkifli baru saja ingin menarik lengan Putri tapi tangannya ditepis seseorang.
Putri mengerjap melihat itu, merasakan kedua pipinya memanas mendengar ringisan dari Zulkifli dan berikut kalimat pria di samping cowok itu. "Nggak usah sentuh-sentuh."
"Apaan sih, Ril. Cemburu?" kata Zulkifli yang langsung dihadiahkan jitakan dikepala.
"Apaan cemburu." Sahut Zahril mendelik ke arah Zulkifli yang terkekeh. "Eh, lo. Zahra ada di
kelas?"Putri mendengus. "Ada, kak. Masih dikelas tadi."
Zahril mengangguk. "Eh, bro. Gue cabut bentar." sahut cowok itu kepada Zulkifli yang mengangguk bingung.
Tanpa menunggu lagi, Zahril langsung berlari memutar arah untuk ke ruang gugus tiga berada.
"Zahra siapa sih?"
Putri melirik Zulkifli, kemudian mereka berjalan bersisian di koridor sekolah.
"Pacar Kak Zahril." cicit Putri pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
PUTRI (Selesai)
Romance"Cinta tanpa perjuangan. Insan yang memiliki rasa, saling mencintai tapi memilih bersembunyi dibalik kabut rasa. Takut mengungkapkan, takut memperjuangkan, hingga mereka hanya bisa saling menyakiti." . . . . . . Zahril Mubarak adalah cowok ya...