Part 18. Camping

3K 282 7
                                    

Part 18. Camping

Happy Reading
Jangan lupa vote dan komennya untuk cerita ini.

~~~~

Putri menatap malas Ibu Idah yang sedang menjelaskan di atas sana, rasa kantuk menerjang Putri sejak satu jam terakhir pelajaran Pkn mulai. Bukan Putri saja yang merasa seperti itu, sebagian teman sekelasnya pun juga, bahkan Nita yang bangkunya di ujung sudah terlelap sedari tadi.

Ingin rasanya dia ikut bergabung bersama Nita.

Putri mengedip-ngedipkan matanya yang terasa perih, Cewek itu kemudian melirik ke sampingnya dan memutar bola mata malas melihat Zahra yang menatap polos ke atas, terlihat fokus tanpa merasa terusik dengan apapun.

"Zah, kasih tau gue rahasia biar gue nggak ngantuk di pelajaran Ibu Idah." Celetuk Putri gemas sambil menatap wajah Zahra dari samping yang tampak bercahaya karena terterpa sinar matahari pagi.

"Hah?"  Zahra berbalik tapi hanya sebentar sebelum kembali memperhatikan Ibu Idah yang sedang menjelaskan tentang Hubungan Internasional.

"Kasi gue tips yang anjur, kok bisa lo nggak pernah ngantuk di kelas sih?"

Zahra menghela nafas karena merasa terusik dengan Putri, dia akhirnya berbalik menghadap Putri yang masih saja memprrhatikannya. "Nggak ada tips-tips an, Put. Kalau kita serius menuntut Ilmu, ya, pasti sadar sendiri kalau kita nggak boleh sia-siakan semenit pun dari apa yang dijelaskan Ibu guru."

"Hidup jangan dibawah serius amat, lo bisa aja stres nanti." Ujar Putri.

Zahra menatap dalam Putri. "Harus dibawah serius kalau itu menyangkut agama. Dunia memang penuh dengan senda gurau tapi kita sebagai manusia nggak boleh menganggapnya enteng."

Putri menghembuskan nafas jengah. "Gue minta tips, Zah," Greget Putri. "Bukan ceramah, waktu lo salah mah." Putri memilih berbalik, menatap jendela kaca yang menampilkan dunia luar.

Dia juga tahu kalau dunia penuh senda gurau, panggung sandiwara, tapi apakah salah dia mengambil sedikit adegan yang tidak ada di kertas skenario? Putri mengerutkan dahi. "Hidup Zahra itu-itu aja, nggak bosan kah?" Sahut Putri pelan.

Bunyi ketukan pintu tidak mengusik Putri yang mulai terlelap di atas lipatan tangannya, Zahril dan Zul beserta rombongan Osis masuk dengan sopan.

"Assalamualaikum," Salam Zahril sambil tersenyum kepada Ibu Idah yang menatap bingung kepada rombongannya.

" permisi, Bu. Saya dan teman saya ingin memberitahukan informasi." Ucap Zul sopan sambil tersenyum ke Ibu Idah yang sudah melepas spidolnya dan berjalan ke arah meja guru.

"Walaikumussalam. Oh silahkan, Nak." Bu Idah mempersilahkan mereka berdiri di depan kelas untuk menyampaikan kepentingannya.

Zul maju selangkah, cowok itu memperhatikan satu persatu siswa-siswi yang ada di kelas XI IPS 2, dia menyunggingkan senyum saat tatapannya bertemu dengan Zahra yang memandang malu ke arahnya.

"Oke. Ini perihal acara kemah besok." Zul mulai berbicara, sedangkan Zahril dan satu lagi anggota Osis menyebar membagikan kertas yang berisi hal-hal yang harus mereka persiapkan untuk kemah besok. "Aturan dari sekolah untuk kemah besok yang berlangsung tiga hari dua malam di puncak. Pertama, diwajibkan kepada semua kelas untuk mempersiapkan segala hal yang terkait hal dalam list itu. Makanan, tenda dan peralatan lainnya harus siap dan dikumpulkan di aula sekolah paling lambat besok pagi jam tujuh.

"Bus berangkat paling lambat jam 9 pagi, jadi semua peserta harus ada di sekolah sebelum jam tersebut. Dan diharapkan kepada pengurus inti kelas untuk mengatur teman temannya selama di sana." Zul mengangguk kepada Zahril yang sudah membagikan kertas list. 

"Sekretaris Kelas siapa?" Tanya Zul.

"Saya, Kak." Seorang siswa yang duduk di bangku depan mengangkat tangannya.

"Saya minta kamu tulis di kertas selembar siapa-siapa saja yang akan ikut berpatisipasi dalam acara ini kemudian kumpulkan pada jam istirahat nanti."

"Baik, Kak." Ujar Siswa itu.

"Itu saja. Jika ada pertanyaan, kalian bisa langsung datang di ruang OSIS. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh."

.
.
.
.
.

Zahril berjalan di koridor sepulang sekolah, seperti biasa dia akan ke kelas Zahra untuk menjemput adik kesayangannya itu, dan dimana ada Zahril, di situ ada Zul juga.

"Nanti di setiap Bus akan ada anak Osis. Lo mau di bus mana?" Tanya Zul yang berjalan di samping Zahril.

"Kalau bisa gue di Bus XI IPS 2, gue mau jagain Zahra. " Ucap cowok itu datar, sebelah tangan Zahril berada di saku celana sedangkan sebelahnya lagi memegang ponsel.

"Sok-sok an lo jagain Zahra. Bilang aja lo mau satu Bus sama pujaan hati." Ujar Zul membuat Zahril menghentikan langkahnya dan memberikan tatapan tajamnya.

"Adhi kan satu Bus juga sama Putri. Lo nggak bisa dekat-dekat, udah ada tamengnya dia."

"Gue bilang, gue mau jagain Zahra, Adik gue." Kata Zahril tajam.

"Wuiiii.. iya, iya. Noh tuh adik kesayangan lo," tunjuk Zul kepada Zahra yang baru saja keluar dari kelas bersama Putri.

Zahril terdiam, menatap wajah Putri yang berbinar bahagia saat Adhi datang menghampirinya dan mengajaknya pulang bersama. Zahril menghela nafas dan mengatupkan rahangnya mengingat kelakukan Adhi di belakang Putri.

Dia tidak mengerti mengapa dia merasakan kemarahan hanya karena dia mengetahui bahwa Adhi punya selingkuhan padahal Putri bukan siapa-siapanya, hanya hatinya yang entah kenapa bisa terarah ke Putri.

"Zah!" Panggil Zul sedangkan Zahril tetap melihat ke arah Adhi dan Putri berjalan melintasi lapangan ke arah parkiran sekolah.

Zahril melepaskan pandangan kemudian menatap Zahra yang berjalan ke arahnya dengan senyuman yang merekah di wajahnya, Zahril memutar mata dan mengusap dengan kasar wajah Zul yang memperhatikan Zahra dengan wajah melongo.

"Brengs*k." Aduh Zul menatap Zahril yang sudah merangkul Zahra dan membawanya menuju parkiran.

.
.
.
.
.
.

TBC.

PUTRI (Selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang