Part 27. Tahun Ajaran Baru

3.2K 312 16
                                    

Part 27. Tahun Ajaran Baru.

Double Update!
Vote dan komen yang banyak.

~~~~

Zahril baru saja keluar dari kamar mandi saat dia melihat Zul duduk di lantai kamarnya sambil memegang stik games. Cowok itu sedang memainkan games sepak bola sambil teriak-teriak tidak jelas.

"GOOOALLLLL." Zul berteriak melengkik sambil mengacungkan tangannya ke atas yang memegang stik. "Yeay.. Yeayy."

Zahril menggeleng. Cowok itu berjalan ke lemari yang berada di samping televisi yang menayangkan permainan sepak bola Zul. "Lo berhenti main. Sana mandi, udah mau azan magrib."

"Sebentar! Ini udah mau menang." Zul kembali fokus dengan permainannya, memperbaiki posisi duduknya kembali bersila.

"Go.. go.. go.. Ayo, sandung aja biar tau rasa." Zul memainkan stiknya dengan greget dengan kedua mata perlahan membulat. "GOALL!!.. YEY GUE MENANG. GUE MENANG, MAN!"

Zahril mendesah kesal. "Lo nggak siap-siap ke Masjid? Udah mau azan."

Zul meletakkan stiknya di lantai setelah sebelumnya menjeda permainannya. Zul menatap Zahril yang sibuk mengancingkan baju koko nya. "Oh udah Magrib? Tidak terasa aja nih waktu."

"Lo aja yang tidak nyadar. Lo asik main games aja sih. Sana lo siap-siap. Gue tunggu di bawah." Zahril mengambil sarung yang terlipat di lemari kemudian memakainya.

"Siap, Bos."

Zahril memperhatikan tampilannya di depan cermin kemudian beranjak saat dirasanya penampilannya udah cukup baik. Cowok itu berjalan ke arah pintu, sedang Zul baru saja mengambil handuk yang dipakai Zahril tadi. "Eh, beresin dulu ps gue."

"Nanti. Setelah dari masjid," Ujar Zul yang sudah berjalan ke kamar mandi.

"Lo yang cepetan. Gue tunggu di bawah." Zahril memperingati Zul sekali lagi. "Kalau lo nggak cepetan. Gue tinggal sama bokap gue."

"Iya. Iya. Cerewet amat sih jadi cowok." Zul berhenti sebentar, mendengus ke arah Zahril yang masih berada di ambang pintu sebelum masuk ke kamar mandi.

Zahril hanya mengangkat bahunya acuh tak acuh kemudian keluar kamar dan menutup pintu di belakangnya. Bersamaan dengan itu, Putri keluar dari kamar Zahra dengan penampilan yang juga sudah rapi. Dengan jarak sedekat ini, Zahril bisa mencium harum parfum stroberry gadis itu.

Zahril mengerutkan dahi. Menatap Putri datar. Cewek itu berpenampilan seperti semula, dengan rambut yang terurai dan kaos setengah lengan yang dipasangkan dengan celana jins yang mencetak kaki jenjang cewek itu.

Walau tidak suka dengan penampilan Putri, Zahril tidak menyuarakannya. Dia malah membulatkan mata terkejut mendapati Putri berada di depannya.

"Lo mau pulang?" Tanya Zahril pelan.

Putri mengangguk. Tidak dipungkiri berapa gugupnya dia saat bersitatap langsung dengan Zahril dan terlibat komunikasi dengan cowok itu. Karena seingatnya, sangat jarang bisa dalam posisi ini bersama Zahril.

"Iya, kak. Udah mau pulang. Soalnya Mama udah telfon dari tadi," Putri menjawab canggung dengan senyum tipis di wajahnya.

Kemudian terdengar Radio Masjid kompleks melantunkan sholawat. "Yakin? Nggak baik keluar rumah saat menjelang magrib. Apalagi udah mau Azan. Sebaiknya sesudah sholat magrib baru lo pulang."

"Nggak apa-apa, kok. Mama lagi sendiri di rumah. Takutnya ada apa-apa."

"Nggak. Biar gue antar lo nanti pulang sama Zahra. Tunggu gue pulang dari masjid," Zahril bersikeras bahkan cowok itu sudah menyipitkan matanya. "Sana masuk."

PUTRI (Selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang