♔My Precious Bastard Boyfriend♔
Di dalam ruangannya itu, Dylan memejamkan matanya dengan kepala yang bersandar pada kursi kebesarannya. Lagi dan lagi Dylan terus menghela nafas beratnya. Dia tidak tau apa yang merasukinya semalam hingga mampu berbuat sekeji itu kepada Brighita.
Dylan mengakui bahwa ia cemburu melihat kedekatan Brighita dengan pria ingusan itu. Terkadang Dylan ingin membunuh pria itu saat mampu membuat Brighita-nya tersenyum. Karena hanya dirinya lah yang boleh membuat Brighita tersenyum.
Aarghhhh!! God.
Dylan menggeram frustasi. Sepenuhnya ia sadar bahwa Brighita telah mengisi setengah dari hidupnya. Mau tidak mau Dylan harus mengatakan bahwa ia telah menyukai Brighita. Entah kapan datangnya rasa itu, tapi yang jelas Dylan telah merasakan yang namanya cinta.
Sekarang apa yang harus di lakukannya?
"Permisi sir." tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, Lucy masuk ke ruangan atasannya itu.
"Apa jadwalku malam ini?" tanya Dylan tak bersemangat.
"Kau harus menghadiri sebuah pesta Sir."
"Baiklah. Kau boleh pergi." titah Dylan.
Lucy mengangguk lalu bergegas keluar. Ia sedikit bingung melihat sifat Dylan hari ini. Pria itu tampak tak berselera, begitu dingin tak tersentuh. Bahkan saat berbicara tadi, Dylan yang biasanya akan selalu menatapnya nampak enggan melirikkan matanya meski hanya satu centi.
Saat ini, Brighita juga Felicya yang bercerita ria di atas kasur mulai terlihat seperti saudara. Tidak ada lagi rasa canggung diantara keduanya.
"Jadi, bagaimana kau bisa bertemu dengan Daddy?"
Hadirnya Felicya mampu mengalihkan kegelisahan yang kini dirasakan Brighita.
"Kau yakin ingin mendengarnya?"
"Hemm." angguk Brighita.
Meski agak ragu untuk membuka kembali kisah lama yang menyakitkan, tapi jika itu mampu mengalihkan rasa sakit Brighita saat ini, maka tak akan menjadi beban bagi Felicya untuk menceritakannya.
"Saat itu, hidupku sangat kesusahan. Aku yang harus berkeja untuk membiayai sekolahku sendiri, di saat umurku yang seharusnya merasakan masa bermain serta kasih sayang orang tua. Pada hari itu, Daddy merupakan salah satu pengunjung tempat ku bekerja. Dan disitulah pertemuan pertama kami. Karena usiaku yang saat itu belum tau apa-apa, aku hanya merasa senang saja akan kehadirannya."
Brighita diam. Ternyata tidak hanya dia yang saat itu merasakan kesusahan. Bahkan Felicya telah menderita lebih dari apa yang dialaminya. Tidak seharusnya dulu ia bersikap buruk pada Felicya.
Brighita memeluk Felicya erat. Ia sadar, ia membutuhkan sandaran Felicya sebagai sosok seorang kakak.
"Maaf dulu aku membuat keluargamu berpisah" ucap Felicya menyesal.
Brighita menggeleng, tak terima dengan ucapan Felicya barusan.
"Kau tidak salah. Semua itu adalah takdir. Takdir yang memang tidak bisa kita ubah."
Setelah lama mereka mengeluarkan penyesalan penyesalan yang dulu pernah mereka lakukan, kini keduanya dapat bernafas lega. Hubungan mereka juga sudah tak secanggung dulu.
Drttt..
Brighita mengambil ponselnya yang bergetar. Di layar pipih itu, tertera nama bunda selaku si pemanggil.
"Iya bunda?"
"Tata, nanti malam kau akan menghadiri pesta sebagai gantiku. Maaf ya bunda harus menyuruhmu. Kau tidak keberatan bukan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Precious Bastard Boyfriend [End]
RomanceDylan Jordan Bouttier. seorang ahli waris dari Bouttier's group yang melarikan diri di saat akan di angkat sebagai Ceo oleh sang ayah. Dylan memilih New Zealand sebagai tempat pelariannya. Dylan Jordan dengan segala pesonanya, ketampanannya, serta...