MPBB\\29

44.1K 1.4K 119
                                    

♔My Precious Bastard Boyfriend♔


Satu minggu berlalu semenjak hilangnya Brighita, Dylan tak mampu berkomikasi dengan baik. Perusahaan yang di pimpinnya di biarkan tanpa adanya dia sebagai sang pemimpin. Alhasil, Irhamlah yang harus berkorban waktu agar perusahaan itu tidak terbengkalai.

Dylan termenung melihat selembar kertas yang tergeletak di lantai kamarnya. Kertas itu sangat keramat baginya. Sangat mengubah hidupnya. Dylan yang saat ini bersimpuh di atas dinginnya lantai kamar, meneteskan air matanya perlahan.

Air mata itu terus mengalir tanpa ada suara isak tangis di bibir Dylan.

"Jojo." panggil suara yang mengalun lembut di telinganya. Saras sang ibunda, memasuki kamar, lalu melangkah mendekati putranya.

Hal pertama yang bisa di lihatnya dari sang putra adalah kemalangan yang saat ini menimpanya. Saras tidak bisa berbuat apapun untuk menghilangkan kesedihan di mata sang putra. Karena inilah buah dari hasil yang pernah ia tanam sebelumnya.

Perlahan Saras menyentuh kepala bagian belakang Dylan, lalu membawanya ke dalan dekapan hangat.

Saat sepenuhnya berada dalam dekapan sang bunda, barulah Dylan mengeluarkan isakan kecil dari bibirnya.

"Tidak apa. Semua akan kembali sayang." Saras menepuk punggung Dylan, menenangkan.

Bukannya tenang, tangisan Dylan justru semakin tergugu. Dalam tangisnya ia seakan mengadukan segala kesedihan dan segala beban yang saat ini tengah menimpa pundaknya.

"Aku salah, Bunda. Aku salah.. Brighita gadis baik. Tapi dia terluka karena kesalahan yang aku buat. Aku menyesal.. Menyesal.....  Sangatt...."

Menyaksikan putranya mengadu dan menangis pilu menyesakkan hati Saras. Ibu mana yang tidak akan bersedih jika melihat putranya menderita??

Lelah. Dylan akhirnya dapat memejamkan mata dalam pangkuan sang bunda. Tangan Saras begitu piawai mengelus rambut putranya.

Di balik pintu, Virgoven yang sedari tadi mengintip, menyimak interaksi antara anak dan istrinya itu, tak kalah sedih. Ia merasa gagal sebagi seorang ayah. Karena tidak mampu mengendalikan perilaku putranya itu. Ia terlalu membiarkan Dylan berbuat sesuka hati. Karena ia begitu percaya bahwa Dylan mampu mengemban tanggung jawabnya.

Pagi harinya, Dylan mulai beraktifitas seperti biasa. Ia kembali segar meski ada sedikit lingkaran hitam di bawah matanya. Tapi sama sekali tak mempengaruhi ketampanan Dylan.

Virgoven serta Saras yang sedang menikmati makan paginya di meja makan, terkejut melihat kehadiran anak mereka. Karena Dylan selalu mengurung diri di kamar.

Mereka terharu karena Dylan telah bergabung ke meja makan pagi ini. Itu tandanya, Dylan telah melewati masa terpuruknya.

"Kau sudah memberi tau Irham akan hal ini?"

"Sudah ayah." jawab Dylan seadanya.

Saras memperingati Virgoven agar tidak membicarakan mengenai perusahaan terlebih dahulu.

"Makanlah nak. Kau tidak perlu datang ke kantor dulu. Kita bisa pergi berlibur? Mungkin, jepang? Bagaimana menurutmu?" Saras terlalu bersemangat menyambut kembalinya Dylan.

Dylan memberikan tatapan pengertian pada sang ibunda. Lalu selanjutnya menatap jengah sang ayah.

"Ayah, ajaklah bunda liburan. Apa kau tidak tau? Dia saat ini tengah memberimu kode."

Virgoven mengerjap sebelum menimpali. Ini terlalu mendadak, untuk Dylan melontarkan candaan garingnya.

"Kau kan tau sendiri, nak. Bunda mu ini sangat boross. Setiap pergi berlibur dia hampir menguras dompet ayah sebanyak 4 miliar." keluh Virgoven.

My Precious Bastard Boyfriend [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang