MPBB\\23

41K 1.4K 413
                                    

Karena udah pada nagih, akhirnya part yang niatnya bakal aku selesain besok, aku kebut biar cepet selesai.

Gak tau kalian bakal dapet feel nya atau gak? Saya udah usaha semampu saya..

Happy Reading yaaa😘😘

♔My Precious Bastard Boyfriend♔



"Huek."

Brighita langsung melepas pagutan mereka. Lalu kedua tangannya membekap mulutnya yang serasa akan muntah.

"Kau kenapa?" tanya Devano, khawatir. Merasa cemas melihat wajah Brighita yang sekarang berubah pucat pasi.

Brighita berlari menuju kamar mandi saat perutnya kembali berontak untuk mengeluarkan isinya.

Di dalam kamar mandi, Brighita terus memuntuhkan seluruh isinya hingga tak tersisa. Anehnya, perutnya sama sekali tak membaik. Tubuhnya lemas. Brighita ambruk di lantai. Air matanya kembali keluar.

Apa dia hamil?

Setelah merasa kondisinya mulai membaik. Brighita menyusul Devano yang menunggunya di luar dengan perasaan cemas.

"Kau tidak papa?" tanya Devano, memegang kedua bahu Brighita.

Brighita yang sedari tadi menunduk menunjukkan wajah penyesalannya. Entah untuk apa, yang jelas ia merasa menyesal.

Devano yang mulai paham, memilih memeluk Brighita dan menenangkannya.

"Sudahlah, jangan dipikirkan. Kita akan mencari solusinya bersama. Yang pasti aku akan selalu menemanimu." Devano mengakhiri kalimatnya dengan kecupan di dahi Brighita. Mengurai pelukannya, Devano menyelipkan helaian rambut Brighita ke telinganya.

"Sekarang kita hanya harus memastikan itu benar atau tidak. Aku akan mengantarmu pulang. Kau harus banyak istirahat. Besok aku akan menjemputmu, kita akan kedokter."

Brighita mengangguk pasrah. Saat Devano menuntun tubuh lemahnya keluar dari hotel.

Sepanjang malam Brighita tidak dapat tidur. Pikiran akan adanya nyawa yang tumbuh dalam dirinya, membuatnya senang sekaligus cemas.

Ia senang karena jika memang ia hamil, itu artinya, ia sedang mengandung darah daging Dylan. Anak mereka. Hatinya menghangat membayangkan wajah Dylan yang antusias menanti kelahiran anak mereka. Dan ini bisa saja menjadi pondasi awal dalam keluarga kecil mereka.

Tapi kecemasan itu timbul saat memikirkan kedekatan Lucy dan juga Dylan. Jelas mereka pasti melakukan hubungan yang tidak wajar. Brighita takut jika Lucy tiba-tiba akan hamil sepertinya.

Brighita hanya mampu berharap jika Dylan tidak akan seceroboh itu.

Semalam suntuk Brighita tidak bisa memejamkan matanya. Ia pikir Dylan akan pulang, tapi tidak. Pria itu sama sekali tidak menjenguknya. Hubungan macam apa ini?

Brighita telah mengabari Devano jika dia akan membeli alat pengecek kehamilan saja. Jadi Devano tidak perlu menjemputnya dan mengantarkannya ke rumah sakit.

Benda kecil yang ada di genggaman tangannya itu memberi dampak yang sedikit tidak baik bagi Brighita yang saat ini gemetar. Setelah mengikuti instruksi pemakain dan menunggu beberapa menit, Brighita memaksakan dirinya untuk melihat hasilnya.

Dan saat itu juga, matanya membulat dan diiringi derai air mata. Tangannya turun mengusap perut ratanya.

"My baby." isak Brighita penuh keharuan.

Brighita bergegas memberikan kabar bahagia ini pada Dylan. Ia langsung menyambar tas miliknya dan keluar menuju kantor Dylan.

Di kantor Dylan.

My Precious Bastard Boyfriend [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang