16. Kado Tanpa Nama

44 4 1
                                    

Yuli menatap bosan ponselnya. Dia merasa lelah hari ini. Tugas sekolah, tugas organisasi, dan banyak lagi. Sok sibuk banget sih Yul.

Dia menatap langit-langit kamarnya. Dia menghembuskan nafasnya, dia butuh istirahat. Dia ingin memejamkan matanya, namun tak bisa.

Sejak tadi dia merasa ada yang mengganjal dalam pikirannya. Dia juga bingung. Namun tak bisa dipungkiri jika saat ini dia tengah kecewa. Sebab sudah 5 hari setelah hari lahirnya dia belum mendapatkan perayaan dari sahabat sekolahnya. Sebenarnya dia tidak mengharapkan perayaan yang besar nan mewah. Dia tak butuh itu, dia hanya berharap mendapatkan ucapan serta doa dari para sahabatnya.

Dia mencoba berpikir positif, mungkin para sahabatnya kini tengah sibuk belajar sehingga lupa akan hari ulang tahunnya.

Yuli mencoba tidak memikirkan itu lagi. Dia mencoba memejamkan matanya. Dia butuh istirahat, melepas letih yang telah membludak dalam dirinya.

**
Tok..tok..tok

"Yuliii..yul.." Gilang kakak Yuli memanggil adiknya itu.

Yuli yang masih terlelap itu enggan membuka mulutnya menyahut pangilan kakaknya.

"Yul, tidur ya. Yul kakak masuk ya."

Klek. Gilang membuka kenop pintu kamar Yuli. Benar saja adiknya itu tengah tertidur pulas. Bahkan sampai mengeluarkan dengkuran pelan namun masih terdengar olehnya.

"Anjayy malu-maluin tidurnya ngorok."

"Yul, yul, bangun oyy." Gilang terus menyebutkan nama adiknya itu sambil menepuk pelan pipinya, namun percuma saja tak ada tanda-tanda adiknya itu akan membuka matanya.

"Kebo banget sih lu. Kasian juga sih pasti dia kecapean."

Gilang meletakan sebuah paket yang berbentuk kotak diatas meja belajar Yuli. Ya, Gilang datang untuk menghantarkan paket itu, dia menerimanya dari kurir yang menghantarnya tadi.

Sebelum menutup pintunya, Gilang menatap sekali lagi muka lelah adiknya sambil tersenyum tulus. Gilang sangat menyayangi adiknya itu meski seringkali dibuat kesal olehnya.

Sudah jam delapan malam Yuli belum terbangun juga, mungkin kali ini dia benar-benar lelah.

Yuli terbangun mendengar namanya dipanggil sejak tadi.

"Yuli." Suara itu terdengar lagi. Yuli mengucek kedua matanya. Dia tau mamanya memanggilnya sejak tadi, namun dia enggan menjawab.

Yuli mengambil ponsel diatas nakas disampingnya. Dia menatap terkejut, benar saja sekarang sudah pukul delapan malam. Pantas saja mamanya sendari tadi memanggil namanya.

"Astaga gue gak sholat ashar sam maghrib lagi. Double nih dosanya. Ya allah maafin yuli yah. Hari ini yuli kehilapan."

Yuli bangun dari posisi tidurnya. Dia memegang kepalanya pusing. Mungkin karena kelamaan tidur. Dia bergegas kekamar mandi lalu menemui mamanya.

"Kenapa ma?" Tanya Yuli yang sekarang sudah ada di dapur dimana mamanya itu berada.

"Makan malam yok. Dari tadi dibangunin juga, kasian noh kakak, adik sama papamu kelaparan nungguin kamu."

Yuli menatap sedih kearah Kakak, adik dan papanya. Sungguh raut muka mereka seperti orang kelaparan yang sudah sebulan tak makan.

"Salah sendiri gak bangunin ke kamar." Ucapnya sambil mengambil tempat duduk di meja makan disamping Eki adiknya.

"Dari tadi udah dibangunin lu. Eki udah bolak balik kamar lu." Gilang emosi mendengar ucapan adiknya. Sebenarnya dia tidak marah, itu hanya godaan setan yang sendari tadi berada didekatnya jelas karena bawaan laparny.

AmigoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang