21. Figuran Doang

37 4 0
                                    

Hari yang baru semangat yang baru. Tapi tidak untuk cewek yang hari ini nampak acak-acakan. Kima saat ini tengah memecahkan soal Kimia dalam buku yang memiliki makna Bentar Lagi Ujian Nasional.

Kima menyukai pelajaran Kimia. Tapi bukan berarti menguasai. Meskipun disetiap ujian selalu dia yang mendapatkan nilai tertinggi.

Minggu depan akan di laksanakan UNBK. Kima mengambil mata pelajaran pilihannya Kimia. Makanya dia sekarang belajar Kimia.

Sekarang adalah jam pelajaran keempat. Guru yang semestinya mengisi pelajaran tiga jam kedepan hari ini berhalangan hadir.

Mendengar kabar guru tersebut berhalangan hadir, membuat keadaan kelas sudah tak terkoordinir lagi.

Lihat saja keadaan di depan kelas, sebagian penghuni laki-laki kelas itu bermain bola plastik. Sesekali tawa mereka menggema di penjuru kelas, menghasilkan bising yang membuat beberapa diantara mereka terganggu, ada juga yang ikut tertawa.

Misalnya seperti saat ini, salah satu pemain yang bernama Budi ingin menendang bola didekat meja guru yang sengaja di dekatkan ke tembok. Saat Budi menendang Bola semilir angin yang cukup kuat datang membuat Bola yang akan ditendangnya bergerak dan kakinya malah menedang keras meja didekatnya.

Hal itu membuat seisi kelas tertawa. Sementara korban tengah meringis kesakitan.

Permainan sementara dihentikan, para pemain kini tengah memegang perut yang keram akibat tertawa yang berlebihan.

Kima yang duduk di barisan depan melihat jelas kejadian itu. Kini dia juga tenggelam dalam tawanya. Sungguh itu hiburan disela ribetnya soal Kimia.

"Bud lu masih ada nafaskan?" Tanya Kelvin sahabat dekat Budi yang saat ini masih tertawa.

"Yaiyalah bego. Gue nafas pake paru-paru bukan telapak kaki."

Jawaban Budi membuat kelas dipenuhi suara tawa kembali. Beruntung kelas sebelah sedang tidak ada guru juga.

Tak lama terdengar samar-samar speaker sekolah menyebutkan ketua kelas dan sekretaris kelasnya.

Kima yang masih asik tertawa, tak menyadari jika dirinya dipanggil. Kima adalah sekretaris kelasnya.

"Yok ke kantor." Suara lelaki terdengar mengajaknya.

"Ngapain?" Kima yang masih berusaha menghentikan tawanya kini menatap bingung orang yang mengajaknya itu.

"Dari tadi di panggil noh?"

"Berdua?"

"Bertiga sama Jhon."

"Ya udah ayok." Kima beranjak dari tempat duduknya, berjalan mengikuti langkah orang didepannya.

Merasa ada yang aneh, Kima berhenti dan bersuara, "Katanya sama Jhon?"

"Jhon udah duluan, cepet pake sepatu."

"Lu pake sepatu yang lain. Gue hari ini gak bawa sepatu." Pinta Kima pada orang yang kini berdiri dihadapannya.

Kima memang terkenal malas membawa sepatu. Alasannya, dia yang sering dipanggil dan bolak-balik kelas-kantor membuatnya malas memasang sepatu. Sekalinya pakai sepatu, dia memakai tanpa bertanya  sepatu teman-teman cowoknya yang berukuran jauh lebih besar dari kakinya.

"Gak."

"Ya udah gue nyeker aja."

"Pake yang lain aja."

"Gak ada. Yang lain masih susah gue pakenya."

"Pake yang Fedli noh, sering juga kan lu pake?"

"Ganooo. Gue tuh pake yang Fedli kalo sepatu lu gak ada. Dan gue kalo pake sepatunya Fedli suka mau jatoh. Orang yang buat sepatunya itu gak pake rumus trigonometri."

AmigoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang