Prolog

5.5K 184 12
                                    

Holla! Selamat datang pada lanjutan kisah Nantha dan Dios. Moga betah ya. Mohon perhatian saja, cerita ini hanya berupa short story. Jadi part-nya gak bakal banyak amat.

Maap kalau ada typo, Enjoy 😆😇

——————

Tangan lentik Nantha dengan lincah menscroll layar ponsel yang menampilkan sebuah akun seseorang yang sudah rutin setiap hari selama bertahun-tahun ia intai. Postingan lelaki itu tak ada yang menampilkan wajah tampanya yang amat dirindukan Nantha. Padahal ia berharap akan ada satu postingan yang bisa mengobati kerinduannya ini. Kerinduan sepihak. Miris memang dirinya ini.

Namun, hari ini berbeda. Postingan lelaki itu berbeda. Yang biasanya cuma foto alam, kota, tumbuhan dan sebagainya. Sekarang tidak. Foto itu potretan sosok sang pemilik akun itu sendiri. Senang memang. Tapi ada satu hal yang membuatnya merasakan sakit yang teramat di dadanya. Sakit yang melebihi rasa sakit delapan tahun silam yang masih saja membekas. Dan sekarang ia malah mendapatkan sakit yang baru dan tepat menusuk sakit lama yang masih ternganga lebar belum tersembuhkan. Betapa hancurnya ia saat ini. Sungguh sangat hancur.

"Beb? Hey!"

Nantha tersentak dari lamunannya. Menerjap barang beberapa detik, kemudian ia berusaha tersenyum manis pada cowok berkaca mata di depannya. Berkulit kuning langsat dengan tubuh yang tinggi. Alis yang agak tebal, hidung yang pas-pasan, bibir tipis nan merah muda, serta wajah yang lumayan tegas. Lelaki berwajah oriental itu sangatlah tampan. Kemeja krem dan celana bahan hitam lelaki itu kenakan. Banyak mata wanita yang melirik penuh pujaan pada lelaki yang menjadi kekasih Nantha selama lima bulan ini.

"Oh, kamu udah sampai." Lelaki yang bernama Bagas itu tersenyum manis, menampilkan dua lesung pipi yang semakin meningkatkan pesona lelaki ini.

"Kalau aku belum sampai, terus yang ada di depan kamu ini siapa? Hantu?" Nantha terkekeh mendengar itu dan memasukkan ponsel ke dalam tas kecilnya.

"Itu namanya basa basi tau!" Bagas mengulurkan tangannya, mengacak puncak kepala Nantha gemas.

"Iya, aku bercanda, Sayang!"

Tidak ada. Sama sekali tidak ada detakkan keras pada jantungnya saat Bagas menyebutnya sayang. Kadang ia mempertanyakan hatinya. Kenapa ia tak bisa merasakan debaran jatuh cinta selama delapan tahun ini. Apa hatinya mulai kehilangan kepekaan terhadap cinta. Apa hatinya tak bisa merasakan lagi apa yang disebut orang jatuh cinta. Apa benar itu?

"Ishh, kamu berantakin rambut aku!"

Bagas hanya tertawa manis. Setelahnya mereka memesan makanan. Mengobrol ringan yang sesekali diiringi gurauan dari lelaki manis itu. Membuat mereka menjadi pasangan yang menjadi sorotan mata atas keserasiannya. Di restoran mewah yang mereka kunjungi ini, musik jazz mengalun lembut mengiringi makan malam yang dihiasi lilin di setiap meja. Menambah kesan romantis pada setiap mata yang memandang. Mereka berdua menikmati makan malam itu. Makanannya yang sangat lezat. Pelayanan yang sopan. Suasana yang damai. Serta kesan romantis yang sangat jelas. Makan malam ini adalah makan malam impian setiap gadis. Begitu pun Nantha. Ia sangat salut pada Bagas yang punya selera tinggi dalam memilih restoran. Tampaknya restoran ini akan masuk dalam list restoran favorit Nantha.

"Suara penyanyi bagus banget!" puji Nantha mendengar suara bariton dari penyanyi di panggung kecil sana. Bagas merespon hanya dengan gumaman, tanpa melepas tatapan dari wajah cantik Nantha malam ini.

Nantha yang sadar dengan tatapan Bagas pun membalas tatapan si manik hitam legam itu. "Kenapa? Ada yang salah sama wajah aku? Atau ada yang nempel?"

Bagas menggeleng, masih dengan tatapan lekat pada Nantha. Sontak Nantha semakin kebingungan.

"Kamu sangat cantik malam ini."

Nantha tersanjung malu atas pujian itu. Dress biru laut yang berupa terusan menjadi pilihan Nantha malam ini. Dress itu hampir mencapai lutut Nantha, tak memiliki lengan tapi bagian bahu tertutup. Mengembang dari pinggang hingga bawah, dengan bahan borkat yang melampisi. Rambutnya yang panjang ia kepang ke samping. Sederhana tetapi menawan.

"Makasih," ucap tulus Nantha.

Tiba-tiba Bagas meraih kedua tangannya yang berada di atas meja. Menggenggamnya erat seraya menatapnya serius.

"Tha. Kita udah pacaran selama lima bulan. Aku tahu itu waktu yang singkat, tapi kita udah kenal lama dan umur kita juga memungkinkan. Pekerjaan aku sengaja manager cukup untuk biaya kehidupan." Nantha tahu apa yang akan diucapkan Bagas.

Lelaki itu merogoh kantong celana bahan yang ia kenakan. Mengeluarkan sebuah kotak beludru lalu membukanya. Memperlihatkan sebuah cincin permata yang amat cantik. Nantha terpana.

"Anantha Aquila. Maukah kau menikah denganku?"

Nantha tahu hal ini akan terjadi. Sangat amat tahu. Dan ia sudah mempersiapkan diri untuk itu. Mata penuh harap Bagas ia tangkap dengan baik. Hatinya pun semakin mantap.

Sekelebat foto di sosmed beberapa menit yang lalu melintas dalam benaknya. Mengingatkannya atas rasa sakit yang kembali hadir. Seharusnya ia bisa membalas lelaki itu sekarang. Namun pria di depannya ini terlalu baik untuk hal itu.

"Bagas. Maafkan aku."

➖➖➖➖➖

TBC~

Holla! Gimana prolognya?
Moga kalian sukalah ya.

Kasih vote dan komennya yak. Share juga. Akun Oe sekalian di follow. Ehe!

Thanks for reading guys!

Your Bride (TRBB#2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang