3. Penjelasan, Amarah dan Cinta

2.4K 141 14
                                    

Maap kalau ada typo, tolong dikoreksi ya😊
*Hati-hati panas dingin, ehe!* 😅
Enjoy guys 😇😆

—————————

Suasana menjadi heboh disaat Dios turun dan berkata bahwa Nantha pingsan. Dua wanita paruh baya yang sedang asik berbincang pun langsung cemas dan segera berlari tergopoh-gopoh ke lantai dua, lebih tepatnya ke kamar Dios yang sekarang tengah ditempati Nantha. Refleks saja, melihat dua wanita itu beranjak, semua juga mengikuti. Tak terkecuali Levin yang hati berkabut gelap.

"Kayaknya Nantha kelelahan. Biarin aja dia istirahat dulu, kemungkinan besok dia akan sadar. Kalian tidak perlu cemas begitu," jelas Papa Juan yang diikuti kekehan, meledek dua wanita paruh baya yang terlihat sangat cemas. Papa Juan, Papa kandung Levin adalah seorang dokter.

"Wajarlah kalau kami cemas, Mas. Biasanya Nantha walaupun kelelahan gak sampai pingsan gitu." Bunda Inara yang tidak terima diejek membalas sang suami.

"Hmm, tampaknya Nantha juga banyak pikiran akhir-akhir ini. Dengan kondisi kurang istirahat ditambah banyak pikiran, wajar kalau dia sampai drop."

Semua orang terdiam. Memikirkan apa yang membebani Nantha hingga kondisi kesehatannya menurun. Padahal biasanya gadis ini jarang terjangkit penyakit. Bahkan untuk flu pun jarang. Tapi yang namanya penyakit tak bisa ditebak kapan akan menyerang.

Diantara semua kepala yang masih bertanya-tanya. Hanya satu yang tahu penyebab Nantha drop. Siapa lagi kalau bukan Levin.

"Udah hampir tengah malam ini. Lara, kamu mau nginap di sini?" Mama Risa bertanya pada Lara yang diam memperhatikan.

"Hmm, kayaknya nggak deh, Ma. Aku besok masuk kerja," tolak lembut Lara.

"Dios, kamu anter Lara sana! Udah malam ini."

Pinta sang Mama sama sekali tak didengar oleh Dios. Hampir saja terlewati oleh Levin, lelaki yang menjadi tunangan kekasihnya ini sedari tadi hanya diam terpaku pada wajah tenang Nantha. Levin tak bisa menjabarkan jenis apa emosi Dios, yang pasti Dios sama sekali tak melepaskan mata barang sedetik pun dari wajah Nantha. Bahkan tadi saat turun untuk menyampaikan ketidaksadaran Nantha, lelaki itu tampak sangat cemas. Bisakah Levin sekarang menertawakan Dios, ia yakin lelaki itu juga memendam hal yang sama seperti yang dirasakan Nantha. Tapi bersikap seolah tak peduli. Dengusan kesal Levin hadiahkan pada Dios.

"Dios?"

"Hah, ya Mah? Ada apa?" Dios baru tersadar. Tanpa ada rasa curiga sama sekali, Mama Risa kembali berujar.

"Kamu ante—"

"Lara biar sama Levin aja, Tan. Ini Levin juga mau pulang," potong Levin tenang. Lara membelalakkan mata dan menatap tak percaya pada lelaki bermanik biru itu.

"Eh, nggak papa kamu yang nganterin Lara?"

"Nggak papa kok, Tan. Sekalian aja."

Lara ingin sekali menolak tapi entah kenapa ia tak bisa mengeluarkan suara. Jadinya dia hanya bisa menerima keputusan itu tanpa perlawanan berarti.

Di sinilah mereka sekarang. Berduaan dalam mobil Levin dengan suasana mencekam yang kentara. Lara seakan tercekik dengan aura gelap dari lelaki yang sekarang lagi mengemudi itu. Jari lentik wanita muda ini tak hentinya bergerak gelisah. Meremas tali tas selempangnya tiada henti. Dan kerisauan itu bertambah dua kali lipat saat mobil ini memasuki gedung apartemen Levin. Apartemen yang sangat ia ingat dalam benaknya.

"Keluar!" Suara bernada dingin itu menusuk gendang telinga Lara. Dengan tangan bergetar, ia mencoba untuk membalas perkataan Levin.

"Tapi ini bukan apartemen aku," cicitnya takut-takut. Sedetik kemudian ia tersentak kaget melihat sebuah tangan melayang memukul stir. Ketakutan Lara semakin menjadi-jadi.

Your Bride (TRBB#2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang