11. Suara Ardios IV

2.5K 119 36
                                    

Maap kalau ada typo, tolong dikoreksi yak 😇
Enjoy guys 😉

~~~

Kembali mata abu-abunya tak mau terpejam. Telah tengah malam waktu menunjukkan, badan yang amat letih ini seolah tak membutuhkan waktu rehat agar tenaganya terisi lagi. Suara ngorok yang sangat menganggu telinga bersumber dari Jojo, tertidur lelap dan nyenyak di kasur bawah bersama Levin. Lian pun begitu di sampingnya. Seketika rasa iri terhadap tiga orang itu timbul, ia juga ingin mengelana di dunia mimpi. Mimpi indah yang selalu membuatnya sesak saat terbangun. Mimpi apalagi kalau bukan memimpikan sosok Nantha. Wanita cantik itu sangat mendominasi semua kinerja otaknya, bahkan menguasai alam bawah sadarnya saat jatuh tidur.

Dan sosok itu pulalah yang menjadikan matanya ini tak mau di ajak istirahat. Obrolan seputar mantan Nantha terngiang-ngiang dalam benaknya. Memunculkan sebuah semangat yang telah lama ia singkirkan karena sikap pengecutnya.

Jikalau Nantha benar-benar telah berpisah dengan lelaki yang bernama Bagas itu, apa orang pengecut sepertinya dirinya ini masih layak untuk mendapatkan hati Nantha? Apakah bisa?

"Huft... " Helaan nafas menjawab pemikiran itu. Hatinya tentu ingin merasai hangatnya cinta dari hati itu, tapi otaknya tak ingin mengalami sakit jika cinta itu tak ada lagi untuknya. Dios mengaku akan kepengecutan dirinya ini.

Gusar. Dios beralih menegakkan tubuh, baju kaos hitamnya telah tergantung di belakang pintu. Telah menjadi kebiasaan buatnya untuk tidur tanpa atasan. Berdiri dengan dua kaki berotot, dua tungkai itu mulai bergerak. Melangkah keluar dari kamar temarannya. Yang ia butuhkan kali ini adalah kesendirian, sekejap otaknya memilih kolam renang sebagai tujuan.

Ketika pintu depan ia buka, sosok pengisi benaknya berdiri diam di samping kolam. Menengadah ke atas langit, fokus memperhatikan langit kelam dengan satu dua kerlipan bintang. Rambut gelombangnya bergoyang pelan, menggodanya untuk merasai lembutnya helaian sutra itu. Sial. Hanya melihat punggung itu saja membuatnya ingin segera memeluk Nantha.

"Kau tak bisa tidur?" Ia pun mencoba buka suara. Dari iris abu-abunya ini sangat jelas keterkejutan pada punggung kecil itu, sedikit terlonjak. Cepat, Nantha berbalik menghadapnya yang masih melanjutkan langkah.

Dios menggeram kesal. Semburat merah merona di pipi itu membuatnya tak bisa menahan diri. Sungguh, tangannya gatal untuk mencubit pipi favoritnya itu sedari dulu. Ditambah piyama terusan sepanjang lutut, berwarnakan peach dengan lengan panjang. Entah kenapa keinginan untuk memeluk tubuh mungil Nantha semakin membesar.

"Di—Dios? Arrgghh..."

Byur...

Dios melotot kaget. Spontan, ia berlari cepat ke kolam renang dan ikut menceburkan diri. Menggerakkan tangan dan kaki, berenang menuju Nantha yang gelisah. Tubuh itu pun telah sempurna dalam dekapannya, dengan sangat erat ia mulai berenang menuju permukaan. Nantha prioritasnya.

"Hua... Hah... Hah... Hosh... "

Nantha sangat ngos-ngosan. Tangan wanita itu bertopang pada bahunya, hingga membuat wajah mereka dekat dengan sendirinya. Dios tentu ikut mengambil nafas, namun matanya sama sekali tak pernah lepas dari wajah wanita yang ia gilai ini.

"Lo ceroboh banget, sih!" sentaknya tiba-tiba. Kecemasan yang menggebu membuatnya lepas kontrol. Nantha tak menjawab. Hanya tertunduk lemas di dekapannya.

"Lo kok segitu takutnya sama gue? Kenapa, hah?" Alasannya menanyakan itu karena acara kecebur ini. Kenapa Nantha berlagak seperti orang ketakutan saat dirinya ini mendekat? Apa Nantha menghindarinya? Tapi kenapa? Kenapa Nantha menghindarinya. Hatinya tersentil akan pemikirannya itu.

"Ana!" panggil Dios dengan desisan. Nantha masih tak bersuara. Dios semakin kesal, kesabarannya nyatanya telah habis. Sebelah tangannya pun mengambil dagu lancip Nantha. Memaksa wanita itu untuk menatapnya.

Your Bride (TRBB#2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang