2. Takut

2.4K 143 7
                                    

Eh, kenapa Oe up lagi? Ini sebagai persembahan spesial bagi pembaca TRBB. Spesial karena TRBB sampai 10 ribu pembaca. Huaa, aku nggak nyangka bakal sampai angka segitu. Oe sebagai author sangat berterima kasih kepada pembaca setia TRBB. Terima kasih atas dukungan kalian.

Maap kalau ada typo, Enjoy guys 😇😊😆

—————

Drrrttt..... Drrrttttt.....

Dahi Nantha sukses mengerut saat deringan ponsel mengusik tidur cantiknya yang baru dua jam berjalan. Oh Ayolah! Tidak bisakah si penelepon mengerti jika tubuhnya ini butuh istirahat setelah semalaman bekerja lantaran mendapatkan shift malam? Ia sungguh butuh istirahat.

Drrttt..... Drrtttt.....

"Emhh... Ck! Siapa sih nelfon?" ujarnya lirih dengan suara serak khas bangun tidur. Dengan mata yang masih terpejam, Nantha menggapai-gapai narkas sebelah kanannya, meraba benda persegi panjang yang masih saja berdering nyaring.

"Hallo?" Suara seraknya sangat kentara sekali.

"Astaga, Sayang! Kamu pikir sekarang jam berapa? Masa anak gadis jam segini masih aja molor, sih?" Omelan itu langsung membuat Nantha mengetahui siapa sang penelfon. Kepalanya semakin menyeruak ke dalam empuknya bantal.

"Nantha tadi malam shift malam, Bun. Apalagi tadi malam Nantha bantu Dokter operasi. Baru sempet tidur ini," jelas Nantha yang masih setia memejamkan mata. Oh! Kasurnya ini sungguh sangat nikmat. Tubuhnya benar-benar penat.

"Oalah. Bunda pikir kamu begadang nonton drakor."

"Hmm. Bunda ngapain telfon Nantha?" Bukannya kurang ajar atau gimana, kesadaran Nantha saat ini memang di ambang batas.

"Aduh, hampir aja lupa. Bunda mau bilang kalau nanti malam kita makan malam di rumah Mama Risa, ya. Kamu free kan malam ini?"

Mata Nantha langsung melek. Ia kembali teringat dengan undangan makan malam yang sangat ia hindari itu. Sempat ia melupakan ajakan Ryan kemarin dengan kesibukan kerjaannya. Mengingatnya kembali malah semakin membuatnya sakit. Secara mendadak rasa kantuknya hilang, digantikan dengan buncahan perih yang memenuhi rongga dadanya.

"Kalau Nantha gak ikutan, gimana Bun?" Ia akan berusaha untuk menghindari acara itu.

"Loh, emang kamu ada acara lain nanti malam?"

Haruskah Nantha berbohong pada sang Bunda tercinta. Keraguan pun melanda, mengingat ia tak pernah berbohong pada Ibundanya ini. Bibir bawahnya ia gigit pelan.

"Hmm, nggak sih." Dirinya benar-benar tak bisa berkata bohong pada wanita yang telah melahirkannya ini.

"Kalau kamu kosong, pergi aja, ya. Udah lama kita nggak ngumpul. Apalagi anaknya Risa juga baru balik dari Jerman. Dia seumuran dengan kamu, kan? Sekalian reunian, lah."

Ingin rasanya Nantha berteriak kalau ia tidak mau ikut karena keberadaan lelaki itu. Ia sungguh tak ingin kembali merasakan sakit ketika melihat secara langsung wajah yang selalu memenuhi mimpinya selama delapan tahun ini. Ia tak ingin melihat secara langsung bahwasanya Dios telah memiliki calon masa depan. Nantha takut. Meskipun ada sebuah rindu yang tersemat, ia rela menyimpan rasa itu demi tak merasakan kekecewaan nantinya. Sungguh Nantha takut untuk melihat Dios. Ia tak memiliki keberanian.

Air matanya pun jatuh. Dengan cepat dihapusnya kasar. Kenapa ia menjadi sangat lemah seperti ini? Dari dulu lelaki itu memang menjadi kelemahannya.

"Oke. Nantha bakal pergi nanti malan, Bun." Tidak bisa menolak permintaan sang Bunda, Nantha pun setuju walaupun hatinya hancur lebur.

"Levin yang akan jemput kamu, ya. Ya udah, lanjutkan tidur kamu."

Your Bride (TRBB#2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang