Telat Tak Sesuai Ekspektasi

1K 27 3
                                    

Happy Siska, siswi dengan tinggi 165 cm, rambut hitam lurus panjang bak kuntilanak, kulit putih seperti mayat, serta selalu mengenakan jepit rambut Spongebob di poni kanan. Dia anak baru di SMA Bintang Kencana dan ini adalah hari pertama ia sekolah.

Sengaja ia terlambat masuk agar bisa dihukum lalu bertemu dengan siswa tampan yang terkenal se-kabupaten, yang memegang jabatan sebagai kapten tim basket, dan yang berlabel anak billionaire. Seperti novel yang kemarin dia beli. Di mana seorang siswi terlambat dan menjalin kisah kasih SMA bersama siswa tampan, kapten tim basket, dan yang lebih parah adalah siswa itu anak billionaire. Dengan percaya diri yang menembus batas realita, ia memanjat pagar seperti tokoh utama di novel.

Namun, ia lupa bahwa ia mengenakan rok abu-abu selutut. Saat berada di puncak pagar, roknya sobek. Suara robekan itu membuat Happy mematung, tak percaya dengan apa yang ia dengar. Ia meraba rok. Benar, sobek. Bagaimana ini? Yang benar saja ia masuk ke kelas dengan rok sobek? Ah, sial.

Dengan hati-hati, ia turun dari pagar. Beruntung tidak ada satpam. Dengan tangan yang menutupi bagian rok yang sobek, ia berjalan ke arah ruang guru. Akan tetapi, sebuah suara bariton memanggil, "Hei, kamu!"

Sontak Happy terkejut. Suara petir menyambar, suara hujan deras, dan suara kucing bertengkar tiba-tiba muncul di benaknya. Oke, ini hanya awal. Ia akan dihukum lalu bertemu dengan siswa tampan. Ketika melihat asal suara, ia terkejut. Tidak ada siapa pun di sini. Kosong, tidak ada orang, kecuali Happy. Jangan-jangan itu hantu? Tunggu, ini fiksi remaja, bukan kisah horor! Lalu siapa yang memanggil tadi?.

"Hei, Nak!" suara kembali terdengar dan terasa sangat dekat. Happy mundur beberapa langkah. Ia mulai takut. "Hei, Nak! Di bawah sini!!" suara itu lagi, tapi Happy diminta melihat ke bawah? Dengan perlahan, Happy menunduk. Benar, ada orang di bawah. Pendek sih, tinggi dikit dong. Lagaknya, orang ini adalah satpam, terlihat dari seragam satpam yang dikenakan dan name tag di sana.

Udin? Oh, nama bapak ini Udin.

"Maaf, Pak, saya enggak liat, saya lagi pake sepatu," Happy mencoba mencari alasan, walau agak tak masuk akal. Pak satpam mengangguk. "Kamu Happy, 'kan? Siswi dari Belanda?"

Happy tertawa kecil. "Iya, Pak, dari Belanda—BELAkaNg DApur!" Happy terlihat kesal disebut siswi dari Belanda. "Saya dari Ciamis, Pak." Ia berkacak pinggang. Dari Belanda? Wajah asli orang Ciamis dibilang dari Belanda? Sepertinya Happy harus membuka toko perawatan mata agar semua orang dapat membedakan wajah lokal dan wajah impor.

"Oh, maaf, bapak gak tau. Tapi, kamu beneran siswi baru itu, 'kan?" tanya Pak Udin pada Happy yang sedang menyisir rambut dengan jemari layaknya duta shampo lain. "Iya, saya Happy."

"Masuk kelas berapa?"

"10 IPA 1."

"Oh, IPA 1. Kamu harus lapor dulu ke wali kelasmu di ruang guru kalo mau masuk kelas."

"Emang ruang gurunya dimana?" Wajar Happy bertanya seperti ini, karena, lihat! Sekolah ini sangat luas bak lapangan sepak bola, bahkan lebih luas lagi. Pak Udin menjawab, "Dari sini, lurus aja, abis tuh belok ke kanan."

"Ada ruang guru?"

"Bukan, toilet. Nah, dari toilet, belok ke kiri."

"Ada ruang guru!"

"Bukan, UKS. Terus dari UKS, lurus aja dikit."

"Ada ruang guru!"

"Bukan, kantin." Jawaban Pak Udin membuat Happy hampir darah tinggi. Ia ingin sekali menubrukkan kepala ke dinding kalau jawaban Pak Udin seperti ini terus.

Tak lama, seorang guru datang dengan jilbab ungu, seragam batik parang rusak, dan rok ungu. "Permisi, Pak Udin. Ini Happy, ya?" tanya sang guru. Merasa disebut, Happy menoleh lalu menangguk cepat. "Iya, Bu! Saya Happy."

Gendut!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang