Kentut Sembarangan adalah Ilegal Di Planet Lain

108 5 0
                                    

Happy memasuki kamarnya. Ia melempar tas ke sembarang arah. Rambut hitam lurusnya juga terlihat acak-acakan, padahal Happy tak berebut baju diskon di mall. Ini bukan karena uang 100.000-nya terjatuh di sekolah. Bukan juga karena debat PILGUB atau PILPRES.

Ini berbeda.

Kalimat itu. Kalimat yang membuat seorang Happy Siska terpuruk dalam keadaan sedih. Kalimat itu berasal dari lisan orang yang paling ia percaya. Mau mengingat saat di mana orang tersebut mengatakan kalimat itu?.

Baiklah, mari kita ingat-ingat kembali.

--


Happy melambaikan tangan. "Icha!"

Siswi yang dipanggil segera menoleh dan mendekat. Di tangannya, terdapat tiga novel berbeda. Ia menaruh ketiga novel itu di atas meja. Dia adalah Icha yang bernama asli Najma. Happy memberikan gelar sebagai sahabat terbaik pada Icha, karena sikap Icha yang mendengarkan semua keluh kesah. Namun, namanya juga teman, pasti ada sisi buruknya. Tahu sisi buruk Icha? Dia adalah seorang wibu* akut, nolep*, suka melanggar peraturan, dan sering dilabel buruk oleh para guru. Sisi baik Icha? Ya, seperti tadi, dia cocok menjadi pendengar keluh kesah. "Semua novel lu klise banget. Terus, akhirnya happy ending semua. Gimana lu bisa suka sama novel yang ending-nya bahagia semua?" tanya Icha yang menarik kursi untuk duduk di sana. Happy tersenyum lebar, seperti mendapat keberuntungan yang amat besar. Sedangkan Icha? Ya, dia ikut tersenyum, bukan senyum tulus dari hati, melainkan senyum yang merendahkan, tetapi Happy tak menyadarinya.

"Tapi lu suka, 'kan, Cha?"

"Suka kok."

Happy kegirangan. Dia mengambil kembali ketiga novel itu. "Oke, besok gua bakalan kasih liat novel yang lebih 'wow' dari ini!"

"Happy ending?"

"Iyalah!"

"Ada yang sad ending gak?"

Happy terdiam. Dia melirik Icha dari sudut matanya. "Sad ending?" Happy menunduk. Dia menatap lantai yang berdebu itu, seperti ada yang menarik di sana. "Gua suka happy ending karena ...," Dia memotong ucapan. Perlahan, kedua mata Happy menggulir ke arah Icha. "... nama gua Happy!" lanjut Happy yanh hampir membuat Icha terkena serangan jantung.

"Blekok," bisik Icha diam-diam.

"Cha, novel gua gak ada yang sad ending. Gua gak suka ama sad ending. Nyebelin!"

Icha menghela napas panjang. Kedua mata Icha bergulir pada Happy lalu berkata sesuatu yang membuat Happy diam seribu bahasa dan seribu kata.

"Cacing besar alaska!!!."

--

Bukan, bukan itu!.

Kalimat yang terakhir Icha sampaikan bukan itu. Ayolah, Happy, ingat kembali kalimat terakhir Icha. Eh, bukan kalimat terakhir sebelum ajal datang. Maksud Happy, kalimat terakhir yang Icha sampaikan tadi siang.

Ayo, kita ingat lagi.

"Lu belom bayar uang kas dua bulan."

Bukan! Happy, ingat-ingat lagi. Ayolah, jangan melupakan kalimat dari teman terbaikmu.

"Menuju kematian, dan melampaui isekai*!"

Ah, Happy, kau ini bagaimana. Tentu saja bukan itu kalimatnya. Ingat lagi!.

"Kentut sembarangan adalah ilegal di planet lain."

Gendut!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang